Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Gilang.
Sejak meninggalkan rumah sakit, Gilang terus kepikiran dengan penyampaian dokter tadi. Jika memang benar ada seseorang yang berniat mengha-bisi nyawa ayah mertuanya, lalu siapa orang itu? Apa sebelumnya Ayah mertuanya itu mempunyai musuh? Kalaupun memiliki musuh, tak mungkin juga rasanya musuh tersebut sampai mengintai orang yang sudah terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, kecuali memiliki suatu kepentingan besar sehingga menginginkan kematian ayah mertuanya. Gilang terus berpikir, mencoba memahami situasi yang terjadi pada ayah mertuanya.
"Apa ini semua ada hubungannya dengan ibu serta saudara tirinya, Gracia?." kecurigaan Gilang mengarah kepada dua makhluk yang rela menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisinya tersebut.
"Apa mas mau teh hangat?." kedatangan Gracia di ruang kerjanya menyandarkan Gilang dari pikirannya.
"Boleh juga." balas Gilang. Gra pun beranjak ke dapur, hendak membuatkan teh untuk Gilang. Tak lama berselang, Gracia kembali dengan nampan berisi segelas teh.
"Ini tehnya, mas." Gra meletakkan gelas teh di atas meja kerja Gilang.
"Duduklah...! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." pinta Gilang.
Gracia lantas menempati kursi didepan meja kerja Gilang. Menunggu hal apa yang ingin dibicarakan oleh pria itu.
"Apa perusahaan papa kamu sudah sepenuhnya di serahkan kepada ibu tiri kamu?."
Gracia tak langsung menjawab, ia malah bertanya-tanya mengapa Gilang tiba-tiba membahas tentang perusahaan ayahnya.
"Tadi dokter menceritakan bahwa ada seseorang yang sengaja ingin mencelakai papa kamu di rumah sakit. Itulah alasanku menanyakan hal ini kepadamu." Terang Gilang seolah bisa membaca kebingungan di wajah Gracia.
"Apa? Ada orang yang ingin mencelakai papa?." Gracia sampai membekap mulutnya, tak percaya ada orang yang tega melakukan hal keji di saat ayahnya sudah terbaring koma di ranjang rumah sakit.
Gilang mengangguk, membenarkan.
"Rencananya aku ingin membawa papa kamu untuk berobat ke Singapore. Di sana beliau akan lebih aman dan pengobatannya pun lebih terjamin. Jangan sampai ada orang lain yang tahu tentang keberadaan papa kamu di sana nanti, terutama dua makhluk tidak tahu diri yang kini menguasai semua harta papa kamu!."
Gracia paham betul siapa yang dimaksud oleh Gilang.
"Kenapa mas melakukan semua ini? Kenapa mas bertindak sejauh ini untuk membantu kesembuhan papa?." Bukankah ia tidak memohon untuk itu semua, lalu mengapa Gilang melakukan semua kebaikan sampai sejauh itu untuk ayahnya.
"Karena beliau adalah papa mertuaku."
Deg
Jawaban Gilang terdengar begitu menyentuh dihati Gracia. Pria itu memperlakukan ayahnya layaknya ayah mertua yang sesungguhnya, padahal kenyataannya pernikahan mereka hanya untuk menghindari dosa, bukan untuk benar-benar menjalani biduk rumah tangga yang sebenarnya, sebab Gracia masih ingat betul dengan kata-kata Gilang bahwa dirinya bukan selera pria itu.
"Apapun alasan kamu sampai rela melakukan semua ini untuk papa, aku tetap ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih sama kamu, mas. Terima kasih banyak atas semua kebaikan kamu untuk papa." kedua bola mata Gracia sudah nampak berkaca-kaca karena tersentuh dengan niat baik Gilang.
"Tidak perlu berterima kasih, selagi kamu menjadi istriku itu artinya kamu dan juga keluargamu adalah tanggung jawabku, kecuali dua makhluk tak tahu diri itu." balas Gilang.
"Sekarang jawablah...! Apa perusahaan papa kamu sudah sepenuhnya berpindah tangan pada ibu tiri kamu?." Gilang kembali fokus pada pertanyaannya di awal.
Gracia menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Perusahaan masih sepenuhnya milik papa hanya saja kondisi papa yang seperti sekarang ini, maka mau tak mau mama yang turun tangan untuk mengurus perusahaan. Tapi, aku pernah dengar sewaktu mama mengobrol dengan pengacara keluarga. Kata pengacara jika papa meninggal dunia maka perusahaan akan jatuh ke tangan mama selaku istrinya."
"Mengapa harus jatuh ke tangan wanita itu, sementara papa masih memiliki anak kandung sebagai ahli warisnya?." Kedua alis tebal milik Gilang saling bertaut, tidak habis pikir.
"Entahlah.... mungkin mama sudah mengatur semuanya, karena malam itu aku tidak sengaja memergoki mama meminta tanda tangan papa, sewaktu kondisi papa belum separah sekarang ini."
Deg.
Mendengar cerita Gracia, kecurigaan Gilang kepada ibu tiri Gracia semakin besar. Ia yakin bahwa ibu tirinya Gra ada hubungannya dengan seseorang yang berusaha mencelakai ayahnya Gracia.
"Apapun yang terjadi, jangan sampai berita tentang rencana papa berobat ke Singapore diketahui oleh ibu serta saudara tiri kamu!. Untuk masalah perusahaan, aku akan mengurusnya. Kedua makhluk tidak tahu diri itu tidak pantas menikmati kemewahan yang bukan milik mereka." pesan Gilang dan Gra pun mengangguk paham.
Padahal mereka sudah melakukan yang lebih dari itu, tapi ketika Gilang menuntunnya duduk dipangkuan pria itu, Gra merasa detak jantungnya berdegup lebih cepat, terlebih saat ini Gilang membenamkan wajahnya pada tengkuknya.
"Kamu tidak boleh terlena dengan sikap manis mas Gilang, Gracia! Tutup hatimu rapat-rapat kalau tidak ingin terluka! Mas Gilang bisa kapan saja membuangmu dari kehidupannya!." dalam hati Gracia seolah mengingatkan diri sendiri untuk membangun benteng kokoh dihatinya, agar tidak mudah terlena dengan sikap manis dan juga kebaikan Gilang.
"Lupakan pria itu, berhenti mencintainya! Seorang istri sepantasnya mencintai suaminya, bukan pria lain." Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Gilang berkata demikian.
"Kamu paham kan dengan apa yang aku katakan?." imbuh Gilang melihat Gra masih diam saja.
"Paham, Mas." semua perkataan Gilang merupakan perintah yang harus di patuhi oleh Gracia, walaupun sebenarnya hatinya menolak. Ya, bagaimana mungkin Gilang memintanya mencintai sedangkan pria itu sendiri membencinya, Gra tidak habis pikir dengan permintaan tak masuk akal Gilang. Bagaimana jika ia benar-benar jatuh cinta pada Gilang dan pria itu membuangnya begitu saja setelah bosan? Bukankah jika sampai hal itu terjadi, Gra akan menjadi wanita paling menyedihkan di muka bumi, menangisi perasaannya yang bertepuk sebelah tangan. Oh no.....
"Bagus."
*
"Sungguh, aku tidak tahu Gracia tinggal di mana sekarang, mas." Jawab Ola saat Rafa mendatangi kontrakannya dan menanyakan tentang alamat tempat tinggal Gra. Jujur, Ola juga baru tahu dari Rafa jika sahabatnya itu sudah tak lagi tinggal bersama dengan ibu serta saudara tirinya.
Rafa menghela napas pesimis. Satu-satunya harapan di mana ia bisa mendapatkan informasi tentang tempat tinggal Gracia saat ini, ternyata tak tahu juga di mana gadis itu tinggal sekarang.
"Baiklah, kalau begitu saya pergi dulu, Ola."
"Iya, mas."
Rafa meninggalkan kontrakan Ola dengan tubuh layu tak bersemangat. Entah harus kemana lagi ia mencari informasi tentang keberadaan gadis pujaan hatinya itu. Rafa ingin bicara sekali lagi dengan Gra, ingin memastikan apa sebenarnya penyebab sampai gadis itu memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Ia ingin Gracia memberikan penjelasan yang bisa diterima oleh akal sehat sehingga dirinya tak perlu lagi diselimuti berbagai macam prasangka tentang penyebab berakhirnya hubungan asmara di antara mereka.
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆
acara ultah dclub. bukan berti OG
enggak boleh ngerayain ultah dclub
dulu sama adik tirimu
sekarang kasar terhadap Gracia
terkadang aku ingin kabur saja, jika jadi Gracia sungguh hidup melelahkan
tertekan batin,
bagaimana carannya membawa ayah yg sakit
pergi ke kampung pelosok Bila perlu,,
jika punya uang kabur ke Singapur
kerja sambil again ayah berobat
ya
jangan sampai Gracia berjumpa dengan Yogi...
Kalau pun Yogi menumbalkan Gracia ke Gilang bagus juga,biar Yogi di hajar Gilang...
makasih udah up banyak hari ini kk othor Selvi 💕