"... selama aku masih berada didunia ini aku akan terus berusaha menjaga Luciana."
Perkataannya mengejutkanku. Selama dia masih berada didunia ini? Dia adalah seorang vampire yang hidup abadi, apakah itu berarti dia akan menjagaku selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Luciana
Bayang-bayang hutan yang gelap dan mencekam berada disekelilingku. Aku belum pernah keluar selarut ini, hanya suara desiran angin dan derap langkah kaki kuda yang menghiasi perjalanan kami.
Entah memang letak perbatasan yang cukup jauh atau hanya perasaanku saja bahwa perjalanan ini sangat memakan waktu.
Berlama-lama dihutan gelap seperti ini membuat suasana hatiku menjadi tidak nyaman.
Dari jauh aku melihat ada obor menyala disisi kana dan kiri jalan, sepertinya itu adalah tempat tujuan kami.
Keluar dari naungan pepohonan hutan aku bisa melihat sebuah bangunan besar berada disisi kanan jalan. Jalan ini lurus mengarah ke pintu gerbang besar yang tertutup rapat. Kutajamkan penglihatanku lebih jauh, ada sebuah jembatan batu yang berada di luar gerbang. Sepertinya itu adalah jurang pemisah.
William memelankan langkah kaki Nigel lalu bergerak menuju istal, ada beberapa vampire yang menghampiri kami. Mereka memakai baju seperti seorang pemburu, ada bilah pedang dimasing-masing sisi.
Salah satu prajurit mengulurkan tangannya padaku untuk membantu turun, kusambut tangan prajurit itu lalu tersenyum.
"Selama malam lord dan lady", mereka membungkuk dihadapan kami, "Ada masalah apa sehingga anda kemarin malam-malam begini lady Evangelin?", tanya salah satu prajurit yang tidak membawa senjata.
"Aku ingin mencoba sesuatu Sean", jawab Eve mulai melangkahkan kaki menuju bangunan.
Bangunan ini terlihat lebih besar dari dalam. Bersih dan terawat, ada banyak sekali pintu disetiap lorong.
Kami bergerak menuju ke lantai dua, diujung lorong sebelah kiri adalah tempat dimana kedua vampire itu dirawat.
Ada tiga vampire wanita yang mengurus pasien, ya anggap saja dua vampire yang terinfeksi racun itu adalah pasien. Pasienku
"Bagaimana keadaan mereka?". Eve mendekati salah satu pasien.
"Masih sama seperti saat anda pergi lady, ditambah lagi mereka terus menggigil dan berhalusinasi", jawab salah satu wanita vampire itu.
"Jadi begitu". Eve memandangku sesaat, "bagaimana luci kau siap?".
"Ya". Aku menjawab singkat dan berjalan mendekat.
Kuletakan tasku diatas meja, ada alat-alat pertolongan pertama dan sepertinya mereka baru saja mengganti perban.
Aku mengeluarkan dua kantung darah dari dalam tas lalu menuangkannya pada cawan yang sudah disediakan.
Aku mendekati salah satu pasien lalu mengelus rambutnya, rambut yang kusut basah akibat keringan. William membantuku mengangkat sedikit kepala pasien agar dia bisa menelan penawarnya dengan mudah, Eve juga melakukan hal yang sama pada pasien lain.
Perlahan tapi pasti pria vampire berambut merah di depanku meminum darah yang kutuangkan ke mulutnya hingga habis. Beberapa saat kami mengamati, belum ada perubahan, mereka masih menggigil.
"Bisa tolong ambilkan selimut?". Aku berkata pada salah satu wanita disampingku, dia mengangguk dan segera pergi.
Sesaat setelah dia kembali kuputuskan untuk menyelimuti tubuh kedua pasien ini agar berkeringat lebih banyak.
Aku sedikit heran melihat kejadian ini, aku mengira vampire tidak akan mengalami hal-hal manusiawi seperti sakit, tapi buktinya kami masih bisa merasakannya.
Aku mengeluarkan buku kecil dan sebuah pena dari dalam tas yang sengaja kubawa. Aku mencatat bahan-bahan penawar dibuku ini, tak lupa juga mencatat perawatan apa saja yang kuberikan kepada pasien.
Eve dan William memutuskan untuk pergi mengadakan rapat mengenai kejadian ini, sedangkan aku masih menunggu mereka siuman. Aku terus mengamati kondisi pasien, mereka sudah berhenti menggigil. Semoga ini pertanda baik.
"Lady",
Aku menoleh pada wanita vampire yang menunggu pasien lain dan pasien itu sudah membuka mata.
Aku berjalan mendekatinya lalu perlahan aku menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke leher, dia menatapku dengan sayu.
"Tenanglah kau akan segera membaik".
Aku mulai membuka perban yang membungkus luka dilengan kirinya. Sangat menakjubkan, aku bisa melihat luka itu pulih dengan sendirinya.
Aku segera mencatat semua yang kulihat. Pasien yang satunya pun juga sudah pulih dan sudah bangkit duduk, bajunya basah kuyup karena keringat.
"Apa yang kau rasakan sekarang?", aku bertanya pada pria vampire berambut merah.
"Penglihatan ku masih memburam", jawabnya lemas.
"Apa ada stok darah disini?"
"Ada, lady". Wanita itu segera membuka peti disudut ruangan lalu mengambil dua kantung darah dan segera memberikan kepada dua pasien.
Pintu terbuka, Eve dan yang lain berderap memasuki ruangan.
"Bagaimana Lu?", Eve berdiri disisiku.
"Mereka sudah pulih, lukanya juga sudah sembuh", aku tersenyum.
"Terimakasih lady Luciana, saya sangat menghargai bantuan anda", kata pria vampire membungkuk hormat dihadapanku.
"Dia Sean. Pimpinan para prajurit disini", Eve menjelaskan
Aku tersenyum lalu mengangguk menanggapi pria vampire bernama Sean itu.
"Anda akan tinggal lady Eve?".
Sean terlihat sangat menghormati Eve,
"Untuk sekarang tidak. Keadaan juga sudah normal, kami harus segera pulang dan menyiapkan lebih banyak penawar untuk prajurit Vampire yang lain".
Kami mulai berjalan keluar, keadaan diluar sudah sangat ramai dan sibuk tidak seperti saat kami datang tadi. Jumlah prajurit Vampire disini cukup banyak, aku bahkan tidak mengira bisa bertemu vampire sebanyak ini.
Beberapa Vampire terlihat sedang latihan menggunakan senjata, bertarung dan yang lain lagi. Ada sebuah arena dan tempat latihan yang luas di samping gedung perbatasan ini.
"Ngomong-ngomong, dimana Stefan?". William bertanya.
Benar juga, sejak kami datang Stefan tidak terlihat sama sekali.
"Lord Stefan sudah pergi sejak kemarin sore, dia hanya singgah sebentar melihat kondisi para prajurit lalu pergi lagi", Sean menjawab.
Mungkin Stefan sudah kembali ke manor house saat kami pergi, batinku, tapi kenapa kami tidak bertemu dengannya di jalan, atau Stefan mengambil jalan lain.
Tiba-tiba aku menjadi sedikit khawatir.
"Kami akan segera kembali jika penawar nya sudah selesai. Kalian harus tetap waspada!". Eve berkata tegas pada para prajurit dan mereka mengangguk hormat.
Kami mulai berkuda memasuki hutan, matahari sudah terbenam saat kami dalam perjalanan, berbeda seperti saat berangkat, kami lebih santai pada perjalanan pulang.
Masuk melewati gerbang belakang, aku tidak melihat Ash di istalnya. Stefan belum kembali.
Aku berjalan sambil melamun memikirkan dimana Stefan berada. Urusannya seperti apa sehingga dia harus menghilang sejak kemarin.
Eve memutuskan untuk membuat penawar racun pada pagi hari, dia meminta kami untuk beristirahat malam ini. Aku dan William setuju lalu kami berjalan menuju lantai dua dimana kamar kami berada.
Setelah mandi dan berganti menggunakan gaun hitam yang sedikit panjang, aku berbaring diatas tempat tidur melihat langit-langit kamar diatasku. Aku tidak letih tapi aku tidak boleh memaksakan tubuhku.
Pikiran tentang Stefan masih saja menggangguku. Dimana dia sebenarnya? apa dia sudah berada dikamar? tapi kenapa Ash tidak ada atau dia pulang tanpa menunggang kuda?
Tanpa pikir panjang aku bangun untuk melihatnya dikamar, memang ini sudah malam akan sangat tidak sopan jika mengganggunya, tapi aku tidak ingin rasa penasaran ini yang menggangguku.
Saat hendak melangkah tiba-tiba aku melihat sebuah asap tebal dimataku. Aku tidak bisa bereaksi untuk sesaat hanya diam terpaku melihat kabut ini, kabut mulai menghilang tapi aku melihat sesuatu yang lain.
Aku tidak berada dikamar ku, aku berada di sebuah ruangan kosong yang sedikit gelap, hanya ada kubah kaca diatas sebagai penerangan. Aku gelisah melihat kesana kemari.
Dimana aku?
Luciana.
Siapa?
Lu.
Stefan?
Aku menoleh kebelakang, disana ada seorang pria dengan rambut hitam yang kukenal, sedang duduk dilantai. Tangan dan kakinya dirantai, rambutnya kusut dan banyak luka sayatan pada tubuhnya yang tidak memakai baju.
Aku membelalak terkejut. Pria itu Stefan.
Aku mencoba berlari kearahnya namun tiba-tiba aku sudah berpindah ke tempat lain lagi. Di luar gerbang sebuah bangunan yang dikelilingi tembok tinggi. Ada dua pria yang berjalan melewatiku begitu saja tanpa melihat keberadaanku, mereka membicarakan sesuatu yang tak bisa kudengar. Siapa mereka?
Setelah beberapa saat kuamati ternyata mereka adalah manusia. Ini adalah markas manusia dan Stefan berada didalam,
Tidak.
Stefan tertangkap.
...~...