NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Punya Suami Yang Perhatian

Alika dan Tania menatap Nayla yang sedang senyum-senyum sendiri. Mereka heran bukan main melihat sahabatnya itu, sebab sejak keluar dari perpustakaan wajah Nayla terus dihiasi senyuman lebar, seolah ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan. Senyum itu bukan sekadar senyum biasa, melainkan senyum yang penuh arti, seperti orang yang baru saja mendapat kabar baik atau mungkin habis dipuji orang terkasih.

Tania melirik Alika dengan wajah bingung. “Dia kenapa sih?” tanyanya sambil sedikit mengerutkan dahi, matanya terus menyorot ke arah Nayla yang bahkan tidak sadar sedang diperhatikan.

Alika hanya mengangkat bahunya dengan wajah polos. “Gak ngerti tapi dia kayak gitu abis ngobrol sama Pak Rayyan. Mungkin Pak Rayyan habis jelasin sesuatu kali.”

Tania mengerutkan kening lebih dalam, rasa penasarannya makin memuncak. “Tapi kok gue malah mikir jangan-jangan Nayla udah diapa-apain sama Pak Rayyan ya,” katanya dengan nada curiga yang berlebihan, membuat ekspresi wajahnya semakin dramatis.

Plak!

Tania langsung meringis saat lengannya dipukul Ida lumayan keras. “Hush! Kamu tuh suka aneh-aneh mikirnya. Lagian Nayla itu istrinya Pak Rayyan, mau diapa-apain juga sah-sah aja,” ucap Alika setengah berbisik tapi penuh penekanan.

Tania refleks nyengir lebar, menutupi rasa malunya karena sudah berpikiran aneh. “Ya soalnya mencurigakan banget. Tadi sebelum kita tinggalin, wajah Nayla kusut kayak orang habis ujian. Eh setelah sama Pak Rayyan malah ceria gitu, kayak habis disulap.”

Alika menggeleng pelan, senyum tipis muncul di bibirnya. “Itu tandanya hidup sama orang yang tepat. Bisa bikin hari-hari jadi penuh senyum.”

Tania akhirnya mengangguk-angguk kecil, menyetujui ucapan Ida. “Iya juga sih. Enak ya kalau punya pasangan gitu, bisa bikin suasana hati berubah jadi baik dalam sekejap.”

Sementara itu, Nayla sama sekali tak menyadari percakapan kedua sahabatnya. Ia masih larut dalam dunianya sendiri, seolah dunia di sekitarnya meredup dan hanya menyisakan bayangan wajah Rayyan di pikirannya. Sejak kejadian di perpustakaan tadi, Nayla merasa begitu bahagia, hatinya dipenuhi perasaan hangat yang sulit dijelaskan.

Ya, mau bagaimana lagi? Saat Nayla sedang cemburu karena kedatangan Rena dan semua pujian yang ia dapatkan, Rayyan justru langsung menjelaskan semuanya tanpa diminta. Bahkan Rayyan dengan sabar menghadapi sifat kekanak-kanakannya. Itu membuat hati Nayla luluh tak karuan.

Beberapa waktu lalu.

“Kakak liat aja di medsos dia!” seru Nayla dengan wajah kesal, pipinya menggembung lucu seperti anak kecil yang sedang ngambek.

Rayyan hanya menatapnya sambil terkekeh kecil. “Buat apa aku buka medsos yang udah aku blokir? Lebih enak aku liat wajah istri aku sendiri. Apalagi istri yang makin cantik kalo lagi cemburu.”

“Apa sih! gak lucu tau!” Nayla memalingkan wajahnya cepat-cepat, menutupi pipinya yang mulai merona merah. Ia tak bisa menahan rasa malu sekaligus jengah dengan cara Rayyan menggoda.

Rayyan lalu meraih dagu Nayla dengan lembut, membawannya agar kembali menatap matanya. “Aku serius Sayang. Kamu makin cantik kalau cemburu.”

Wajah Nayla makin merah, matanya berusaha menghindar, namun tetap saja ia tak kuasa menolak tatapan dalam dari suaminya.

“Dan sekarang, waktu wajah kamu memerah begini, cantiknya berkali-kali lipat,” bisik Rayyan sambil menyibakkan anak rambut Nayla ke belakang telinga. Sentuhan itu begitu sederhana, tapi mampu membuat jantung Nayla berdetak kacau, seakan dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka berdua.

Nayla diam, tak mampu berkata apa-apa. Jantungnya berdetak begitu cepat, seolah bisa meloncat keluar dari dadanya. Ia malu luar biasa mendengar kalimat Rayyan, seolah ingin menghilang dari sana agar tidak terus digoda.

“Sudahlah jangan pedulikan omongan orang. Karena di hati aku ini cuma ada satu nama. Dan itu kamu,” ucap Rayyan tulus sambil meletakkan tangan Nayla di dadanya.

Nayla menelan ludahnya dengan susah payah saat merasakan detak kencang di dada Rayyan. Ia kira hanya dirinya yang merasakan degup itu. Nyatanya Rayyan pun sama. Rasa hangat menjalar dari telapak tangannya hingga ke seluruh tubuh, membuat hatinya terasa lebih tenang.

Tak lama, Rayyan perlahan mendekatkan wajahnya. Refleks Nayla langsung memejamkan matanya rapat-rapat. Wajahnya kian panas, napasnya tercekat. Dan…

“Gimana Nay? Ikut gak?”

Lamunan Nayla buyar seketika oleh suara Tania yang cukup nyaring. Ia menoleh dengan wajah polos.

“Ikut ke mana?” tanyanya bingung.

Tania mendengus kesal, melipat tangannya di dada. “Sumpah nyebelin! Dari tadi gue sama Alika ngomong, lo gak dengerin.”

Nayla cengengesan, menepuk dadanya sendiri. “Hehe maaf,” katanya dengan ekspresi kikuk.

“Jadi kalian mau ke mana?” tanyanya kemudian dengan nada penasaran.

“Kita mau jalan-jalan ke mall,” jelas Alika aku dengan senyum manis. “Lo ikut gak?”

Barulah Nayla sadar kalau mereka sudah berada di parkiran SMA Brawijaya. Langkah-langkah siswa lain berseliweran, sebagian sudah ada yang menyalakan motor, sebagian lagi sibuk memesan ojek online. Udara sore itu cukup teduh, langit sedikit mendung seolah ingin menurunkan hujan, tapi angin yang bertiup justru membawa kesejukan.

“Boleh tapi gue izin dulu sama Kak Rayyan,” jawab Nayla akhirnya.

Kedua sahabatnya kompak mengangguk. Mereka sudah terbiasa dengan Nayla yang harus selalu izin pada suaminya. Bagi mereka, itu bukan masalah, malah terkesan lucu karena menunjukkan betapa Rayyan begitu perhatian pada istrinya.

Nayla segera mengeluarkan ponselnya dari tas. Jarinya lincah mencari kontak Rayyan, lalu menempelkan ponsel ke telinga. “Kak lagi di mana?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.

Di seberang sana, suara berat Rayyan terdengar tenang. “Salam dulu Nayla.”

Nayla langsung menggaruk belakang kepalanya, nyengir malu. Tania dan Alika yang ada di samping sampai saling melirik bingung melihat tingkahnya.

“Iya maaf. Assalamu’alaikum Kak.”

“Wa’alaikumussalam. Ada apa?” suara Rayyan terdengar lembut.

“Kakak di mana?” ulang Nayla, kali ini lebih hati-hati.

“Masih di ruang guru. Kenapa?”

“Em aku mau minta izin jalan sama temen-temen, boleh gak?” suaranya terdengar ragu, seolah sedang diinterogasi.

“Mau ke mana? Sama siapa aja?” tanya Rayyan cepat, nada suaranya berubah serius.

Nayla sedikit terdiam, merasa benar-benar seperti siswa yang sedang ditanya wali kelas. Ia menarik napas pelan sebelum menjawab, “Ke mall, bareng Tania sama Alika. Boleh ya?”

Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya suara Rayyan terdengar lagi. “Boleh tapi jangan pulang kesorean. Jangan lupa makan juga.”

Nayla tersenyum lebar, hatinya terasa hangat mendengar perhatian suaminya. “Iya makasih Kak. Kakak juga jangan lupa makan,” jawabnya lembut.

“Iya. Hati-hati di jalan.”

“Iya Kak.”

Setelah menutup telepon, Nayla kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas dengan senyum tak lepas dari wajahnya.

“Gimana?” tanya Tania, wajahnya penuh rasa penasaran.

“Boleh,” jawab Nayla sambil tersenyum semakin lebar.

Alika dan Tania langsung kompak bersorak. “Yeay, kalau gitu berangkat!” seru Tania riang, lalu berlari kecil masuk ke dalam mobil. Alika menyusul dengan senyum lebar, sementara Nayla hanya terkekeh kecil sebelum ikut masuk.

Di dalam mobil, suasana semakin ramai dengan celoteh khas mereka bertiga. Tania yang menyetir sibuk memutar musik, Alika sibuk membuka aplikasi untuk mencari diskon di mall, sementara Nayla hanya menatap keluar jendela, senyum tipis masih menghiasi wajahnya. Pikirannya masih tak bisa jauh dari Rayyan.

‘Ternyata punya suami yang perhatian itu rasanya begini ya,’ batinnya, sambil meremas pelan tas yang ada di pangkuannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!