Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Gio baru saja memakirkan mobilnya di halaman rumahnya. Seteah itu dia beregas masuk ke rumah mewahnya. Dia mencari keberadaan kedua orang tuanya, yang biasanya menyambutnya pulang. Tapi hari ini, rumah terasa sepi. Padahal begitu banyak pelayan rumah yang berlalu lalang.
"Di mana ayah dan bunda?" tanya Gio kepada salah satu pelayan yang dia jumpai.
"Tuan Feri ada di teras belakang, dan Nyonya Desi ada di kamarnya."
"Terima kasih" balas Gio.
Gio memutuskan untuk menemui ayahnya terlebih dahulu. Dia berjalan menuku teras belakang rumah. Teras itu beratapkan kaca dengan dinding alumunium yang ditumbuhi tanaman bunga menjalar sehingga terkesan seperti green house. Gio melihat ayahnya sedang menengguk teh dari cangkirnya.
"Ayah" panggil Gio.
Feri menoleh ke belakang dan melihat Gio sedang berjalan ke arahnya, setelah itu putranya duduk di bangku bambu tepat bersebelahan dengannya.
"Kamu sudah pulang?" tanya Feri.
"Baru aja, Yah" ucap Gio.
"Gio, ayah mau membicarakan hal yang sangat penting kepada kamu" kata Feri memasang mode serius.
"Tentang apa, Yah?" ujar Gio penasaran.
"Apa kamu serius dengan perasaan kamu terhadap Sofia? Maksud ayah, apa Sofia memiliki perasaan yang sama terhadap kamu dan dia bisa menerima kamu apa adanya?" cecar Feri.
Gio terdiam beberapa detik. Mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan oleh ayahnya. Sebelum dia berhasil menyusun kalimat untuk memebalas perkataan ayahnya.
"Untuk saat ini Sofia mungkin belum memiliki perasaan denganku. Tapi aku akan membuat dia jatuh cinta kepadaku dan menerima aku apa adanya" balas Gio.
"Apa yang membuat kamu yakin dengan Sofia?" tanya Feri lagi.
"Karena dia adalah wanita pertama yang membuat aku tertegun dengan sikapnya yang apa adanya. Mungkin di depan media dia terlihat angkuh, glamour, dan selalu memperhatikan penampilannya. Tapi dia itu wanita yang sederhana, mandiri, dan pekerja keras" jelas Gio.
"Ayah tidak tahu apa yang dimiliki Sofia sehingga dia bisa membuat kamu jatuh cinta terhadapnya. Tapi satu hal yang perlu kamu ketahui, perjuangan kamu akan lebih sulit meyakinkan bunda kamu daripada Sofia" balas Feri.
"Memang bunda kenapa, Yah?" sela Gio tak mengerti.
"Setelah bunda, melihat tayangan konferensi pers tadi, dia melihat bagaimana kamu begitu melindungi Sofia dari buruan para wartawan. Tapi hal itu justru membuat bunda kamu tidak menyukainya karena status dia sebagai seorang selebritis. Bunda menganggap kalau Sofia bisa merusak nama baik dan citra keluarga kita di depan media dengan segala gosip yang menerpa dia" jelas Feri.
"Bagaimana bunda bisa berpikir seperti itu? Bahkan aku sendiri sudah menyelidiki segala latar belakang keluarga Sofia. Sampai keluarga dia yang di Polandia saja aku selidiki" seru Gio.
"Ayah tidak bisa membujuk bunda kamu untuk percaya dengan kamu atau Sofia. Jadi ini tugas kamu untuk meyakinkan dia" tutur Feri.
"Aku akan menemui bunda" kata Gio lalu beranjak dari bangku bambu itu dan meninggalkan Feri.
Gio berjalan agak cepat menaiki tangga menuju lantai dua. Sesampainya di depan kamar bundanya, dia mengetuk pintu beberapa kali, sampai terdengar suara bundanya yang mengizinkannya masuk.
"Bunda" ucap Gio sambil membuka pintu.
Terlihat Desi sedang duduk di sofa dekat jendela sambil membaca sebuah majalah. Gio menghampiri bundanya dan duduk di sebelahnya. Desi terkejut saat Gio bersandar di bahunya, seperti anak kecil.
"Kamu pasti capek ya?" kata Desi mengelus kepala Gio.
"Gio cuma kangen sama bunda" balas Gio manja.
"Gio boleh bunda mengatakan sesuatu?" tanya Desi dengan nada serius.
Gio kembali menegakkan tubuhnya dari sandaran di bahu bundanya dan berbalik memandang Desi.
"Apa bunda?" balas Gio.
"Berhenti menjadi bodyguard dan kembalilah menjadi CEO. Bunda tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan, itu sama saja kamu merendahkan reputasi kamu sendiri hanya untuk seorang wanita yang belum kamu ketahui baik dan buruknya" kata Desi panjang lebar.
"Kenapa bunda berkata seperti itu? Bukannya bunda mendukungku untuk mengejar cintaku?" tanya Gio.
"Itu sebelum bunda tahu bahwa wanita itu adalah Sofia. Apa kamu tidak berpikir, dia adalah seorang selebritis sudah berapa kali dia terkena gosip dengan berbagai pria atau bahkan sudah berapa kali dia tidur dengan pria lain. Apa kamu tidak memikirkan itu?" tegas Desi dengan nada tinggi.
"Cukup bunda. Sofia bukanlah wanita seperti itu. Walaupun dia seorang model tapi dia masih menjaga dirinya. Aku sudah menyelidiki tentang Sofia dan keluarganya, Bun" kata Gio berusaha setenang mungkin.
"Kamu hanya mengetahui apa yang terlihat. Bukan berarti dia tidak memiliki rahasia. Pokoknya bunda tidak setuju. Apa kamu lupa dengan Dita? Dia yang berasal dari keluarga baik-baik saja bisa melakukan tindakan memalukan seperti itu apalagi Sofia yang sudah terbiasa berada dalam pergaulan bebas" jelas Desi.
"Tapi bukan berarti jika Sofia hidup di dalam pergaulan bebas pasti dia mengikutinya. Yang tampak buruk di mata belum tentu buruk di dalamnya. Bunda terlalu percaya dengan apa kata orang" ujar Gio.
"Kamu baru mengenal Sofia saja sudah berani melawan bunda. Itulah salah satu pengaruh buruk Sofia bagi kamu. Terserah kamu mau melakukan apapun yang berhubungan dengan Sofia. Jika dia menyakiti kamu itu artinya dugaan bunda benar, dan kamu pasti akan menyesal karena sudah melawan bunda" bentak Desi dengan tatapan tajam.
"Aku tidak bermaksud melawan bunda. Tapi cobalah bunda mengerti, apa yang aku inginkan" kata Gio.
"Yang kamu inginkan adalah awal dari sebuah kesalahan kamu. Di luar sana masih ada banyak perempuan yang lebih baik daripada Sofia. Yang jelas-jelas memiliki reputasi baik. Kalau perlu bunda yang akan mencarikan wanita itu untuk kamu" balas Desi.
"Stop bunda. Mungkin Gio harus mengingatkan bunda lagi, kalau Dita juga pilihan bunda tapi ternyata dia tidak sebaik yang kita pikir" sela Gio.
"Kamu sudah mulai kurang ajar dengan ibu kamu sendiri. Kamu akan menyesal karena telah memilih Sofia" bentak Desi.
Gio terdiam dan terpaku beberapa detik mencoba mencerna perkataan bundanya yang sudah tersulut oleh rasa benci terhadap Sofia. Sekarang Gio tahu bahwa perjuangannya bukan hanya mendapatkan hati Sofia tapi juga mendapatkan kepercayaan dari bundanya sendiri.
Setelah berakhirnya adu argumen, Gio memutuskan keluar dari kamar bundanya dan menuju ke kamarnya. Di dalam kamar Gio membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan.
Gio kembali mengingat bagaimana senyum ramah Sofia ketika hanya ada dirinya, Okka, dan juga Alin. Senyum yang selalu bisa membuat jantung Gio berdegup kencang. Lalu bagaimana kesederhanaan Sofia yang membuat Gio semakin jatuh cinta kepada Sofia. Dia semakin yakin kalau Sofia adalah wanita yang selama ini dia tunggu.
"Aku bisa gila kalau memikirkan Sofia terus menerus. Kenapa dia selalu berputar di kepalaku" ujar Gio sambil memegangi kepalanya.
"Kenapa semua jadi rumit seperti ini? Bunda tidak setuju dengan Sofia, pasti tidak akan mudah melakukan semua ini jika bunda secara terang-terangan mengibarkan bendera perang" kata Gio.
Gio menjadi bingung sendiri dibuatnya. Dia harus fokus untuk mendapatkan Sofia atau mendapatkan kepercayaan bundanya.
"Ah kepala ku jadi pusing. Sebaiknya aku mandi dengan air hangat supaya bisa berpikir dengan tenang" ucap Gio bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.