NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hampir saja

Ferdi melangkah masuk ke ruang manajemen rumah sakit. Seketika semua staf yang berada di sana menunduk memberi hormat. Wajah mereka tampak penuh kegugupan, seolah keberadaan Ferdi membawa tekanan yang tak bisa dihindari.

“Pindahkan pasien atas nama Yono ke ruang VVIP,” ucap Ferdi tegas tanpa menoleh.

“Baik, Pak,” jawab para staf serempak.

Ferdi lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Ia menghela napas panjang, rasa lelah terpancar jelas. Pandangannya jatuh pada majalah bisnis yang tergeletak di kursi sebelah. Di sampul depan, terpampang berita: Butik Isabela Membuka Cabang di Seluruh Negeri.

Ferdi tidak tertarik dengan busana yang ditampilkan. “Yang menarik itu strateginya. Isabela benar-benar tahu cara memperluas pengaruhnya,” gumamnya sambil membolak-balik halaman.

Sementara itu, di ruang perawatan, Yono kini hanya ditemani Rahayu setelah Amira dan Ferdi pergi. Suasana menjadi hening, hanya suara mesin medis yang sesekali terdengar.

“Bagaimana ini, Pak?” Rahayu tampak cemas, matanya menatap Yono penuh kekhawatiran.

“Bapak baru saja dioperasi. Kalau saja Bapak sudah fit, Bapak bisa ajak kamu kabur, Yu. Sebaiknya kamu saja yang kabur, biar Bapak saja yang menanggung semua ini,” ucap Yono dengan nada datar.

“Jangan sok romantis, Pak. Kalau kamu di sini, aku juga di sini,” jawab Rahayu. Walaupun cerewet, ia tidak akan pernah meninggalkan Yono sendirian.

“Apakah Bapak yakin kalau Amira adalah kembaran Amora?” tanya Rahayu ragu.

“Walau Bapak belum bisa memastikan, tapi Bapak yakin Dokter Amora dan Amira adalah saudara kembar,” kata Yono pelan.

Belum sempat mereka melanjutkan pembicaraan, beberapa perawat masuk ke ruangan.

“Bapak Yono, kami akan memindahkan Anda ke ruang VVIP,” ujar salah satu perawat sambil memberi aba-aba pada rekannya untuk membantu.

“Tapi anakku tidak punya biaya untuk ruangan VVIP,” Yono berusaha menolak, tak ingin menambah beban pada Amira.

“Tenang saja, Pak. Semua biaya sudah ditanggung Tuan Ferdi Baskara,” jelas perawat.

Yono terdiam. Kali ini ia tidak bisa lagi menolak.

Sementara itu, Amira berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dua kali ia menuju ruangan Dokter Amora, namun yang dicari tidak ada—dokter itu sedang berkeliling memeriksa pasien. Amira yang tak betah menunggu akhirnya ikut berkeliling sejenak sebelum kembali ke ruang perawatan ayahnya.

“Di mana ayahku?” ucap Amira panik sambil menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Tempat tidur ayahnya kosong.

Seorang perawat yang lewat segera ia hentikan.

“Di mana ayahku?” tanyanya dengan nada tegas.

“Bapak Yono dipindahkan ke ruang VVIP,” jawab perawat ramah.

“Siapa yang menyuruh pindah? Aku tidak punya biaya, lo!” sahut Amira dengan nada khawatir.

“Tuan Ferdi yang menanggung semua biaya,” jelas perawat itu.

Senyum tipis terukir di bibir Amira. “Antarkan aku ke sana.”

Perawat itu pun mengantar Amira menuju ruang VVIP. Saat pintu dibuka, tampak jelas perbedaannya dengan ruang kelas tiga. Ruangan itu bersih, luas, lengkap dengan fasilitas modern, dan hanya dihuni satu pasien.

Yono yang melihat Amira berdiri di ambang pintu bersama perawat merasakan jantungnya berdetak cepat. Ia menelan ludah, dadanya bergetar oleh kecemasan.

“Apakah Amira sudah tahu semuanya?” gumamnya dalam hati.

Rasa waswas juga dirasakan Rahayu. Ia enggan kehilangan Amira, tetapi ia dan Yono sadar, sebaik apa pun kebohongan, pada akhirnya akan terbongkar juga.

“Kenapa pada melamun?” suara Amira mengejutkan Rahayu dan Yono.

“Bagaimana, Amira? Apakah sudah bertemu dengan Dokter Amora?” tanya Yono. Sebenarnya ia sangat enggan mengemukakan pertanyaan itu, tetapi hatinya hanya ingin segera tahu kebenaran.

Menunggu jawaban dari Amira membuat jantung Rahayu dan Yono berdebar kencang.

“Dokter Amora mirip sekali dengan aku,” jawab Amira tenang.

Sekejap wajah Yono dan Rahayu berubah. Seolah seluruh dunia runtuh, mereka merasa semuanya sudah berakhir. Yono sadar, cepat atau lambat ia harus kehilangan Amira. Dan yang lebih menakutkan lagi, mungkin ia juga harus menerima hukuman dari keluarga Amira.

“Sama? Apa maksudnya?” tanya Rahayu, berusaha memastikan dengan suara gemetar.

“Sama, aku juga tidak mau diam. Aku sudah dua kali ke ruangannya, tapi tetap saja tidak ada. Katanya sedang berkeliling,” ucap Amira. Ia memandang orang yang ia anggap sebagai orang tuanya itu dengan seksama, dan entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang salah.

“Oh, jadi kamu belum bertemu Dokter Amora?” tanya Yono hati-hati.

“Belum, Pak,” jawab Amira singkat.

Suasana mendadak hening. Tak ada percakapan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Amira, suamimu baik sekali memindahkan Bapak untuk dirawat di sini,” ujar Yono akhirnya.

“Kadang baik, kadang usil,” sahut Amira sambil tersenyum kecil.

“Amira, jangan ganggu suamimu. Kamu ini sudah dua puluh dua tahun, sudahi keusilanmu. Jadilah wanita yang baik,” nasihat Rahayu lembut.

“Baik, Ibu Ustazah,” jawab Amira sambil terkekeh.

“Pletak!” Sebuah jitakan mendarat di kepalanya.

“Kalau orang tua menasihati itu, dengarkan!” ucap Rahayu kesal, walau wajahnya sulit menyembunyikan kasih sayang.

Amira mendekati Rahayu lalu memeluknya erat.

“Ya, iya, ibuku tersayang... ibuku tercinta,” ucapnya manja.

Dalam hati, Rahayu merasa berat. Andai suatu saat Amira mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, mungkinkah Amira masih akan memeluknya seperti ini lagi? Air mata pun menetes di sudut matanya tanpa bisa ditahan. Yono yang menyaksikan ikut terharu, dadanya sesak melihat kebersamaan itu.

“Tapi, dia itu emang enak buat dikerjain,” Amira melepas pelukannya sambil nyengir.

“Loh, kok nangis?” tanya Amira heran melihat Rahayu menyeka matanya.

“Amira, berjanjilah sama Ibu. Jadilah istri yang baik, karena suamimu itu orang baik,” ucap Rahayu tulus, sekali lagi menasihati.

“Iya, Nak. Jangan jadi orang yang tidak tahu diri. Jadilah istri yang baik,” sambung Yono pelan, mendukung ucapan Rahayu.

“Tapi aku dan dia kan cuma nikah kontrak, Pak,” sahut Amira santai.

“Feeling Bapak mengatakan, kamu berjodoh dengan Ferdi,” ucap Yono mantap.

“Bapak sudah kayak peramal saja,” Amira terkekeh, membuat suasana yang tegang kembali mencair.

“Kalaupun kamu nanti berpisah, berpisahlah dengan baik. Jangan membuat masalah dengan orang baik,” kembali Yono memberi nasihat.

“Kenapa kalian sekarang jadi mode ustaz dan ustazah, sih?” ucap Amira terkekeh.

“Arghhh!” Amira langsung dijewer oleh Rahayu.

“Kami ini serius, Amira. Kamu malah anggap bercanda,” ucap Rahayu kesal.

“Iya, iya... Kanjeng Ratu dan Kanjeng Raja,” Amira memberi hormat tradisional sambil nyengir.

Rahayu dan Yono hanya bisa menggelengkan kepala. Walau Amira pecicilan dan terkesan brutal di luar, mereka tahu setiap ucapan mereka sebenarnya masuk ke hati Amira.

Ucapan Yono dan Rahayu itu justru membuat Amira dilema. Di satu sisi, ia masih kesal pada Ferdi karena tidak segera membebaskannya dari penjara, sehingga ia tidak bisa menyaksikan proses operasi ayahnya. Bahkan, Amira sudah membuat rencana untuk mengeruk semua harta Ferdi sebagai balas dendam. Tapi di sisi lain, nasihat dari orang-orang yang ia anggap sebagai orang tuanya membuat hatinya goyah.

“Kenapa diam?” tanya Yono. “Kamu sudah berencana buruk, ya, sama Ferdi?” tebaknya.

“Tidak... yah...” ucap Amira ragu.

“Amira... Amira... Ayah ini tahu kamu sejak bayi. Kamu tidak bisa membodohi Ayah. Kalau kamu punya niat buruk pada Ferdi, sebaiknya singkirkan. Ferdi itu polos, dan sepertinya punya trauma masa lalu. Ada orang cerdas yang mengendalikan hidupnya. Kalau kamu tidak bisa jadi istrinya, maka temanilah dia. Ferdi itu orang yang kesepian, Amira.” Yono menyampaikan pandangannya dengan lembut namun tegas.

“Yah... aku jadi mules dengar Ayah cerita tentang Ferdi terus,” ucap Amira sambil meringis.

Rahayu hampir saja melempar Amira dengan vas bunga karena kesal. Amira buru-buru melangkah menuju toilet.

Ceklek.

Pintu ruangan terbuka. Yono dan Rahayu terperanjat. Ternyata yang muncul adalah Dokter Amora.

1
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
3C
lanjut Thor....seru ceritanya
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!