Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 20
Di dalam mobil Rachel melambaikan tangannya pada Sony, dan memberikan semangat pada adiknya itu. Tangannya mengepal dan di tekuk dengan sudut 90 derajat.
"Fighting" kata Rachel pada Sony. Sony sampai terkekeh melihat kakaknya bertingkah seperti itu.
Rasanya tidak sesuai saja dengan BMW X7 hitam yang di tumpangi kakaknya itu.
Rachel menutup jendela mobil Sagara ketika, dia sudah melewati pagar rumah ayahnya.
Brakkk
Mata Rachel langsung melebar, tentu saja dia terkejut. Karena baru menutup kaca jendela, Sagara sudah melemparkan dokumen ke pangkuan Sheila.
"Ya ampun mas, untung jantungku kuat. Kalau aku lemah jantung, bisa pingsan" keluh Rachel.
"Ratu drama" celetuk Sagara sambil sesekali melihat ke arah depan karena dia memang menyetir sendiri.
Sagara masih menunggu sebenarnya, dia tidak mau langsung bicara atau bertanya tentang dokumen itu.
"Masih tidak bicara juga?" tanya Sagara terlihat lebih serius dari sebelumnya.
Rachel mulai merinding melihat tatapan Sagara yang seperti guru BK yang menangkap anak yang sudah bolos dengan lompat pagar setinggi 2 meter. Auranya sama seperti itu.
Dengan agak ragu, Rachel berusaha bersikap wajar.
"Bicara apa mas? tidak ada yang perlu di bicarakan" kata Rachel mencoba bersikap biasa dan santai.
Citttt
"Aduh mas, dapat SIM nya nembak ya, sakit tau, kejedot" kata Rachel yang memang jidatnya terbentur sedikit ke kaca jendela tadi karena Sagara mengerem mendadak mobilnya.
"Biar kepalamu itu bisa berpikir dengan benar. Bagaimana kamu akan mengatasi masalahmu itu?" tanya Sagara.
Sagara tahu, Rachel sejak tadi berusaha tenang hanya di depan ayahnya. Sagara bahkan sempat melihat Rachel bahkan mencuci satu gelas saja di dapur tadi selama lebih dari sepuluh menit. Dia terus menggosok gelas itu sambil melamun. Sagara tahu, dia pasti bingung memikirkan masalah penalti yang harus dia bayar ke perusahaan yang sudah dia kecewakan hanya untuk mendapatkan penjelasan dari Ravi itu.
Rachel menundukkan kepalanya. Kemudian dia menoleh ke arah Sagara.
"Mas, bisa aku minta tolong padamu tidak?" tanya Rachel dengan mata yang berkaca-kaca.
Sagara menarik nafas dalam, akhirnya Rachel mengucapkan kata itu padanya. Sejak tadi hanya kata itu yang dia tunggu, dan dia pasti akan menolong Rachel.
"Aku suamimu kan? tentu saja bisa"
Rachel tersenyum pada Sagara dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Terimakasih mas, tolong katakan pada ayah. Kalau kita akan pergi ke luar negeri atau kemana gitu, dengan waktu yang sangat lama. Kamu juga boleh menceraikanku..."
"Apa maksudmu?" tanya Sagara bingung.
Sagara pikir, Rachel akan minta tolong padanya membayarkan dendanya. Kenapa malah mengatakan semua itu.
"Mas, aku tidak bisa membayar denda itu. Aku juga tidak mau ayah khawatir. Mas bisa menceraikan aku, karena aku pasti di penjara. Jangan sampai ayah tahu, mas tolong sampaikan pada ayah kita pindah ke luar negeri atau kemana. Tolong sesekali juga tengok ayahku ya mas..." Rachel menjeda ucapannya karena air matanya sudah mengalir.
Rachel menundukkan kepalanya dan menangis, dia sudah menahan ini sangat lama sejak di rumah ayahnya tadi. Dia sudah berusaha berpikir, memikirkan jalan keluarnya, tapi dia tidak bisa menemukannya. Dia memberi semangat pada Sony, juga karena dia merasa mungkin beberapa saat dia tidak akan bisa bertemu adiknya itu. Dia memeluk ayahnya sangat lama sebelum keluar dari kamar Hery Adiwijaya, dia tidak bisa memikirkan hal lain lagi.
Sementara Sagara, dia memandang wanita yang sudah menjadi istrinya selama beberapa hari itu. Dia tidak menyangka kalau Rachel yang katanya sangat mandiri, memang seperti apa yang di katakan oleh orang-orang di dekatnya. Rachel tidak mau menyulitkan orang lain, bahkan Sagara.
Sagara yang tadinya terlihat sangat serius, melembutkan pandangannya ke arah Rachel.
"Dasar bodohh" ucap Sagara pada Rachel.
Rachel yang sedang sangat sedih tidak memperdulikan hinaan dari Sagara itu.
"Kamu dengar tidak?" tanya Sagara.
"Aku lebih baik pura-pura tidak mendengarnya" kata Rachel sambil menyeka air matanya.
Sagara terkekeh, dia tidak percaya ada wanita yang sama sekali tidak mau menjual kesedihannya seperti itu. Kalau itu Hani, sebelum Sagara menawarkan bantuan, Hani akan merengek meminta bantuan pada Sagara.
"Mas menyebalkan, sudah tahu aku sedang sedih. Malah di bilang bodohh, mas tahu tidak itu bahasa yang terdengar menyebalkan seperti yang mengatakannya" kata Rachel meraih tissue di kotak tissue di dashboard mobil Sagara.
Sagara mendengus kasar, dia masih tidak percaya, Rachel masih bisa balas menghinanya.
"Aku ini suamimu, kenapa tidak minta aku membayar semua penalti yang kamu lakukan?" tanya Sagara yang sudah tidak bisa menahan diri lagi mengatakan semua itu.
Bisa-bisanya istrinya memilih di penjara daripada meminta bantuannya membayar semua dendanya.
Wajah Rachel langsung menunjukkan rasa terkejut yang luar biasa.
Matanya melebar dan mulutnya terbuka sedikit, itu adalah ekspresi wajar seseorang terkejut kan.
Rachel menoleh ke arah Sagara dengan wajah tidak percayanya itu.
"Hah, memangnya mas akan bayar semua denda itu untukku?" tanya Rachel yang masih tidak bisa percaya sama sekali.
***
Bersambung...