NovelToon NovelToon
Takdir Kedua Nainara

Takdir Kedua Nainara

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: HaluBerkarya

Cewek naif itu sudah mati!

Pernah mencintai orang yang salah? Nainara tahu betul rasanya.
Kematian membuka matanya, cinta bisa berwajah iblis.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua, kembali ke sepuluh tahun lalu.
Kali ini, ia tak akan menjadi gadis polos lagi. Ia akan menjadi Naina yang kuat, cerdas, dan mampu menulis ulang akhir hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 8

Suara kursi roda yang digerakkan pelan terdengar mendekat. Naina dan Julian menoleh, melihat Aaron mendorong ibunya. Aaron tersenyum miring, tapi di balik senyumnya, matanya menatap Naina dengan campuran penasaran dan waspada. Sang ibu, sebaliknya, menatap Naina dengan tajam, wajahnya memerah oleh amarah yang jelas.

“Lihat! Anakku sampai sakit begini gara-gara kehujanan kemarin, tidak ada satu pun yang peduli padanya!” suara Bu Sinta bergetar, penuh amarah. Tangannya gemetar saat menunjuk Naina, dan sekilas melirik Julian yang berdiri di sampingnya. “Dan sekarang? Diam-diam kamu malah bergaul dengan orang asing yang tidak jelas seperti itu!”

Aaron mengepalkan tangan. Entah kenapa, ada rasa tidak terima saat Naina dekat dengan Julian, “Pantas saja kemarin kamu sok-sokan ngasih makanan, payung juga. Jadi benar, ya? Kamu ternyata memang suka sama dia!”

Naina mendengus, matanya melotot, “Tidak semua hal itu tentang cinta, Aaron! Aku sama Julian hanya teman!” Ia lalu menarik tangan Julian, berniat meninggalkan tempat itu.

Namun Aaron melangkah cepat, menghadang di depan mereka. Senyum miringnya tampak mengejek, “Kamu pikir dia benar-benar tulus sama kamu?” ujarnya pada Julian, “Aku kasih tahu, dia cuma manfaatin kamu buat bikin aku kesal!” senyum puas dari wajah Aaron terpancar.

 Dia mendekat, berbicara dengan nada rendah, “Kamu itu bukan siapa-siapa. Cuma pengganti, hiburan sementara… sampai dia berhasil dapatkan aku.” sambungnya.

Mendengar itu, Julian menanggapinya dengan senyum tipis, "Nggak apa-apa, Aku tidak peduli!" jawabnya tenang, namun mampu membuat Aaron marah.

“Naina, kamu boleh marah sama Aaron,” suara Bu Sinta terdengar berat, penuh drama. “Tapi bukan berarti kamu bisa sembarangan jalan sama laki-laki lain di depan mata anakku!”

Naina mendesah pelan, menahan senyum tipis yang sinis, “Lantas, aku harus apa, Tante? Harus bersama Aaron, begitu maksud Tante?”

Wanita itu mengangguk cepat, bibirnya melengkung seolah menemukan celah menang. “Tentu saja. Kamu juga jangan lupa, semua biaya rumah sakitku selama ini masih kamu yang tanggung. Gih sekarang pergi bayar, sekaligus biaya rawat inap Aaron semalam!" perintahnya.

.

.

Naina tersenyum tipis, senyum yang justru menusuk lebih dalam daripada sekadar marah. Ingatannya kembali berputar ke masa lalu, saat semua ini bermula.

Flashback

Sore itu, langit menumpahkan hujan deras. Naina baru saja keluar dari ruang rawat Zora, hendak pulang bersama beberapa pengawalnya, ketika pandangannya terpaku pada sosok yang begitu dikenalnya.

Aaron.

Cowok itu berdiri di depan ruang dokter dengan wajah panik, air hujan yang merembes lewat jendela seakan jadi saksi betapa rapuhnya dia saat itu. Tangannya bergetar memohon, suaranya nyaris patah, “Tolong, Dok… lakukan sesuatu untuk Ibu saya.”

Namun sang dokter hanya menghela napas, lalu menggeleng. “Kami tidak bisa ambil tindakan tanpa biaya yang cukup. Kondisinya sudah berat, harus segera operasi dan menjalani cuci darah. Kalau tidak… kami tidak bisa jamin.”

Aaron mematung, lalu jatuh terduduk di bangku lorong rumah sakit. Bahunya berguncang, isakan tertahan, dan hujan di luar seolah ikut meratap bersamanya.

Aaron memaksakan diri untuk bangkit, melangkah keluar, menembus hujan deras, dia kehilangan arah. Cowok itu berjalan gontai di bawah derasnya hujan, tanpa payung, tanpa jas hujan.Dia menangis-menggigil kedinginan. dia kalut dan begitu rapuh sore itu.

Naina yang masih memperhatikannya tertegun di tempat. Hatinya mencelos melihat cowok yang diam-diam begitu ia sukai tampak hancur dan rapuh. Ia tak tahan.

“Payung!” ucapnya singkat pada pengawal, lalu berlari kecil ke arah Aaron dengan payung hitam terbuka.

Aaron berhenti ketika bayangan itu menaunginya. Ia mendongak, kaget sekaligus bingung.

“Naina…” suaranya parau, nyaris tak terdengar di tengah deru hujan.

Naina menatapnya dalam-dalam. “Bangun, Aaron. Kamu nggak perlu mikirin biaya lagi.”

Aaron menatap tak percaya, hujan bercampur dengan air matanya.

“Aku yang akan tanggung semua biaya pengobatan Ibu kamu,” tegas Naina, suaranya mantap,

Dan sejak hari itu, seluruh operasi hingga perawatan cuci darah untuk penyakit gagal ginjal kronis (Uremia) bu Sinta ditanggung penuh oleh Naina.

flasback off.

...----------------...

Naina menggeleng pelan, senyum getir mengembang di wajahnya. Sekadar mengingatnya saja sudah membuat dadanya sesak. Rasa sakit hatinya kian memuncak saat menyadari betapa dulu ia begitu bodoh, dengan rela mengeluarkan biaya besar demi kesembuhan seseorang yang kini tak tahu diri, Aaron, dan juga ibunya.

“Ah, iya…” Naina mendengus kecil, lalu menatap tajam. “Kebetulan Tante Sinta baru saja mengingatkan tujuan aku ke sini!” serunya lantang.

Suasana langsung memanas, suara Naina yang tegas membuat beberapa orang sekitar menoleh, penasaran dengan keributan yang terjadi.

“Aku datang ke sini bukan cuma untuk menjenguk,” lanjutnya, menahan amarah, “Aku datang untuk memberitahu kalau mulai sekarang, aku akan menghentikan semua biaya pengobatanmu!”

“Kamu…” Bu Sinta menunjuk Naina dengan tangan gemetar, matanya merah, suaranya meninggi.

“Apa hakmu menghentikan biaya pengobatan? Dasar kalian orang kaya suka semena-mena sama orang miskin!” serunya lantang, membuat beberapa pasang mata di ruang itu langsung menoleh.

“Oh astaga…” ia menepuk dada, lalu menoleh ke arah Aaron dengan wajah penuh derita. “Penyakitku ini… sudah stadium akhir. Nak, pasti sangat berat buatmu menanggungnya…” ucapnya sambil terisak, air mata mengalir dramatis.

Orang-orang yang melihat pun mulai berbisik-bisik, sebagian menggelengkan kepala, tatapan mereka berubah iba pada Bu Sinta dan mencemooh Naina.

“Nak, kamu balik saja sekolah dengan baik,” lanjut Bu Sinta dengan suara parau, menatap Aaron penuh penderitaan,.

“Ma, mama tenang saja. Aku akan bekerja sampingan untuk mencari biaya itu. Kita tidak boleh di rendahkan harga diri hanya karena miskin,” ujar Aaron tegas.

“Tidak, kamu kan calon mahasiswa unggulan.” Bu Sinta menggeleng keras, air matanya mengalir deras, “Mama nggak mau menghalangi jalan kamu. Mending sekarang kamu urus surat keluar mama dari rumah sakit. Biar nanti mama lanjut jualan untuk cari biaya. Kita nggak boleh manfaatin uang orang!” ujarnya tegas, suaranya bergetar, seolah-olah mencari validasi dari orang-orang yang sejak tadi memperhatikan.

Bisikan simpati terdengar di antara kerumunan. Beberapa orang menunduk iba, bahkan ada yang menepuk bahu Aaron pelan, mendukung keputusan ibunya.

Naina tertawa kecil, tawa yang sama sekali tidak menyiratkan kebahagiaan, “Lucu sekali. Sekarang kalian main drama di depan umum, berharap aku merasa bersalah?” Tatapannya menusuk, dingin dan tajam. “Tante, jangan sok mulia. Kalau bukan aku, Tante nggak akan bisa berada di sini hari ini. Operasi, cuci darah, obat-obatan, semua dari kantongku.” Ujar Naina.

“Naina, cukup!” suara Aaron meninggi, wajahnya memerah menahan malu di hadapan semua orang. “Aku akan bayar semua! Semua biaya yang pernah kamu keluarkan buat mama… akan aku ganti! Tapi bukan sekarang!”

“Oke, deal!” ujar Naina lantang, membuat semua mata tertuju padanya. Ia sempat menatap Aaron dari ujung kepala hingga kaki, lalu tersenyum miring.

“Operasi empat ratus juta, seluruhnya. Obat-obatan? Anggap saja seratus juta bersih. Lalu cuci darah… dua ratus lima puluh juta. Tambah biaya kamu yang mondar-mandir menjaga, seratus lima puluh juta. Aku hitung kotor saja—” ia berhenti sejenak, menekankan kata-katanya, “berarti satu miliar pas.”

Aaron ternganga. “S-satu miliar?”

Naina mengangkat alisnya, senyumnya penuh kemenangan. “Kenapa? Untuk harga diri mama kamu dan semua pengorbananmu, itu murah sekali, Aaron.”

“Aku akan bayar semuanya!” tegas Aaron, meski wajahnya pucat dan keringat dingin membasahi pelipis. Jelas sekali gengsi dan harga dirinya dipertaruhkan di hadapan banyak orang.

Naina tersenyum puas. “Bagus. Aku memang suka cowok yang tahu diri.” Ia lalu merogoh tas kecilnya dengan santai, mengeluarkan selembar kertas yang sudah terlipat rapi.

“Iya, dan biar lebih jelas…” ia membentangkan kertas itu di meja resepsionis rumah sakit, membuat beberapa orang yang menonton ikut menahan napas. “Kita tanda tangan di sini saja. Kebetulan aku sudah siapkan surat utang sejak tadi.”

Suasana sontak hening. Tatapan semua orang kini tertuju pada Aaron yang terjebak di antara harga diri, ibunya yang sakit, dan kenyataan pahit yang baru saja ditelanjangi Naina di depan umum.

Prok… prokkk… prokkk…

Tepuk tangan tiba-tiba terdengar, memecah ketegangan di sana. Semua kepala menoleh, dan dari arah belakang, Zora melangkah maju dengan senyum puas.

Ia berhenti tepat di sisi Naina, lalu menatapnya penuh bangga, “Itu baru sahabatku,” ucapnya mantap, bibirnya melengkung lebar. “Kamu sangat keren, sayang.”

Naina hanya mengangkat dagunya sedikit, tersenyum tipis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
uni_riva
ada sekolah apa thoorr 😁
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: jiakhhhhh typo yang melenceng🤣🤣
total 1 replies
uni_riva
perjanjian apa yg sdh di sepakati mereka yaaa/Slight/
uni_riva
aku juga tak paham maksud nya bijimana /Shy/
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Aku pun/Proud/
total 1 replies
uni_riva
mna nih lanjutin nya thoorr /Cry/
uni_riva
si jae ini lawan atau kawan yaw
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Siapa lagi tuh si jaevan
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: Masa calon pacar zora liatin na airin mulu 😅
total 2 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kalo sama julian dia udah tue trus kan bukan manusia 🤔 kalo sama si kalron dia benalu parasit
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: Sama yg pasti2 aja lah 😂
total 2 replies
uni_riva
jgn sampe nih Zora sama Nathan jadian jga ya /Facepalm//Slight//Facepalm/
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Julian sama Naina saja belum😂
total 1 replies
uni_riva
modus mu Julian /Facepalm//Facepalm/
⧗⃟ᷢʷ Ñåñā💜: Akal-akalan barat🤣
total 1 replies
uni_riva
naina gak bsa tegas apa sama si gorong2 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Naina: nge-tes hts🫦😂
total 1 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kebanyakan mikir ah julian mah /Proud/
uni_riva
knp gak saling mengungkapkan Klo kalian saling jatuh cinta /Shy/
uni_riva
jgn sampe naina kepincut lagi sama si gorong2 yaaa thoorr 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Aaron: Naina hanya boleh untukku🫦
total 3 replies
uni_riva
knp blm up jga thoorr /Cry/
uni_riva: gak bisa saballllll aku lagi thoorr /Angry//Angry//Angry/
total 2 replies
uni_riva
dalam mimpi mu 😤
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kalungna othor noh yg simpen 😅
uni_riva
turunkan tanganmu, bukan thoorr 😁
uni_riva
cih ternyata nih org gak pinter2 amat 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: itu pintarnya secuil, di urutan 25 dari bawah, berarti masih ada 25 orang di bawahnya🤣
total 3 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Waduh siapa tuh yg datang /Determined//Determined/
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: 😁😄 iya
total 5 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Bagus ceritana mantull 🤗🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!