Ruang Ajaib Antagonis Kesayangan

Lilia menjadi mesin pembunuh yang efektif dan tak terhentikan. Dia tidak akan berhenti sampai semua orang yang bersalah telah dihukum. Dengan kecantikan dan keahlian yang dimiliki, Lilia menjadi legenda di dunia mafia, dan namanya menjadi sinonim dengan kekuatan dan ketakutan.

Setelah dendamnya terbalas, Lilia mengabdikan diri pada ketua mafia untuk menjadi agen rahasia kelompok mereka. Tugas Lilia adalah memperluas kekuasaan dan bisnis mereka, menggunakan keahlian dan kecantikannya untuk mencapai tujuan. Berkat kemampuan dan dedikasinya, Lilia menjadi salah satu agen paling dipercaya dan dihormati di kelompok mafia tersebut.

Dengan status barunya, Lilia hidup nyaman dan berharga. Dia memiliki akses ke sumber daya dan jaringan yang luas, serta kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang menantang dan menguntungkan. Lilia menggunakan kecerdasannya, kecantikannya, dan keahliannya untuk mencapai tujuan kelompok mafia. Dia menjadi sosok yang ditakuti dan dihormati oleh lawan-lawannya, hingga memiliki banyak musuh yang sangat menginginkan kematiannya.

Walau sudah memiliki segalanya, namun Lilia tidak menemui arti kehidupan yang sebenarnya. Dia hidup hanya untuk misi, untuk mencapai tujuan dan membalas dendam. Namun, suatu hari dia terlempar ke dunia baru ini dan mulai hidup normal, jauh dari kehidupan sebagai agen rahasia.

Di desa Suka Sari, Lilia menemukan hangatnya keluarga dan masyarakat yang peduli padanya. Dia memiliki suami yang mencintainya, ibu yang penuh kasih, dan warga desa yang sayang padanya. Lilia sangat bersyukur memiliki kehidupan baru ini, dia merasa bahwa dia telah menemukan arti kehidupan yang sebenarnya.

Dengan kehidupan baru ini, Lilia mulai meninggalkan masa lalunya sebagai agen rahasia. Dia fokus pada membangun kehidupan baru yang lebih baik, dan dia sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk memulai dari awal. Lilia merasa bahwa dia telah diberikan kesempatan kedua untuk hidup, dan dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Sepertinya sistem dapat melihat ke dalam hati Lilia. Sistem pun kembali datang, mengingatkan Lilia pada misinya. "Nona tidak berpikir untuk tinggal di sini kan?" tanya Taro. "Ingat nona, jadi kepala desa hanya bagian dari misi. Dengan jadi kepala desa nona bisa memakmurkan desa. Lagi pula kalau nona memutuskan tinggal di sini, nona tidak bisa lagi mendapat kemudahan dari kami. Apa nona pikir bisa membantu warga tanpa ruang ajaib kami?" lanjut Taro.

Mendengar perkataan Taro, Lilia tersadar dari niat sesaatnya. "Kenapa kamu bisa tau? Hampir saja aku berniat tinggal di sini," sahut Lilia. "Taro, apa benar aku bisa kembali dan hidup di dunia asalku lagi?" sambung Lilia.

"Tentu bisa nona, asal nona bisa menyelesaikan misi dari kami," jawab Taro.

"Aku jamin dalam seminggu desa akan makmur, lalu apa misi ketigaku?" tanya Lilia lebih lanjut.

"Misi ketiga adalah menyelesaikan cerita."

"Maksudnya?"

"Nona tau ending cerita ini kan? Tokoh Lilia akan hidup bahagia sampai punya anak dengan protagonis utama pria. Jadi nona harus hidup rukun dengan protagonis utama pria hingga punya anak kelak."

"Apa? Kamu menyuruhku punya anak?" Lilia terkejut.

"Iya nona. Selesaikan cerita ini dengan cepat dan misi terakhir akan kami beritahu nanti." Taro menghilang lagi.

"Taro! Taro!" Panggil Lilia berulang kali, namun sistem tidak mau datang. Lilia kesal. "Sialan," kata Lilia lagi, dalam hatinya.

Warga desa pulang satu persatu setelah semua urusan di rumah Lilia selesai. Sementara Lilia, Pandu dan Bu Ayu langsung beristirahat, agar besok bisa bangun pagi untuk mempersiapkan dagangan.

Pandu sudah lebih dulu terlelap dalam tidurnya sementara Lilia masih kesulitan menutup mata. Mungkin karena tadi dia sempat tidur selama satu jam. Sambil mancari rasa kantuk, pikiran Lilia melayang kemana-mana. Lilia yang sudah lama mengubur masa lalu pahitnya di dunia sana tiba-tiba kembali mengingat Erli dan Titan.

"Sudah 9 tahun Erli dan Titan meninggal, kenapa tadi aku tiba-tiba memimpikan Titan?" pikir Lilia.

"Kalau di pikir-pikir, aku sudah lupa dengan wajah mereka. Setelah selesai balas dendam untuk mereka, aku mencoba mengubur kenangan pahit itu hingga lupa wajah mereka." Lilia tiba-tiba ingin mengingat seperti apakah wajah Erli dan Titan, mendiang temannya di dunia modern sana.

Lilia pun memanggil sistem. "Taro, apa bisa kamu beritahu wajah Erli dan Titan, mendiang temanku? Aku lupa seperti apa wajah mereka," pinta Lilia.

Sistem datang dengan sekejap. "Mendiang? Bukannya yang mati hanya Erli? Titan masih hidup," jawab Taro.

"Kamu bercanda? Dulu aku dan Titan di tusuk berulang kali. Mayatnya di buang entah kemana, sementara aku dibuang ke laut."

"Titan selamat nona, sama seperti nona yang juga selamat."

"Selamat? Kamu yakin?"

"Sangat yakin, berdasarkan pencarian kami di sistem informasi kami, dia masih hidup." Sistem kemudian memperlihatkan wajah Titan di dunia modern pada Lilia.

Mata Lilia langsung membulat melihat foto Titan. Lilia bangun dan membandingkan foto Titan dengan wajah Pandu. "Kenapa wajah mereka mirip?" tanya Lilia, penasaran.

"Sistem kami memakai wajah Titan untuk memerankan protagonis utama pria. Mirip kan? Sistem kami memang canggih," jawab Taro.

"Apa semua tokoh di novel ini wajahnya real di dunia nyata?"

"Tentu saja, sama seperti nona yang wajahnya mirip dengan tokoh Lilia Cempaka. Maka dari itu cepatlah selesaikan misi nona. Nanti di akhir kami akan memberi tahu nona di mana Titan."

Lilia terdiam, isi kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan. Apa alasan dia tiba-tiba terlempar masuk ke dunia ini? Apakah ada rahasia yang besar di baliknya? Lilia merasa kepalanya sakit, dia pun berusaha menghilangkan segala pikiran yang mengganggunya. Lilia kembali berbaring, berusaha memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya.

Tiba-tiba, Pandu memeluknya, membuat Lilia terkejut. Namun, ketika dia melihat Pandu masih tertidur pulas, Lilia merasa sedikit lega. Tanpa sadar, Lilia mengangkat tangannya dan meraba wajah Pandu lebih dekat. "Titan?" ucap Lilia dengan suara yang lembut.

Suara Lilia membangunkan Pandu dari tidurnya. Pandu membuka matanya dan melihat Lilia yang sedang memandangnya dengan mata yang penuh keraguan. "Titan?" ucap Lilia lagi, membuat ekspresi wajah Pandu berubah.

Pandu merasa sedikit cemburu ketika mendengar nama "Titan" keluar dari mulut Lilia. "Siapa Titan?" tanya Pandu dalam hati. "Apa pria yang ada dalam hatinya saat ini namanya Titan?" Pandu merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, tapi dia tidak berkomentar sedikit pun.

"Tidak, kamu harus jadi milikku. Kamu hanya boleh mencintaiku," batin Pandu lagi. Tanpa kata, Pandu langsung mencium bibir Lilia. Serangan Pandu membuat Lilia terkejut dan matanya membulat.

"Apa malam ini akan menjadi malam pertama kami?" ucap Lilia dalam hati. Pasalnya sudah setahun mereka menikah tapi tidak pernah berhubungan suami istri.