Aku Dan Maduku

Hana memeluk Kana dengan erat dan penuh rasa sayang, dicium seluruh wajah yang sangat persis dengan ang adik, jika melihatnya dia merasa jika adiknya ada dihadapannya.

"Kok bunda baru datang jenguk aku sih?? ". Tanyanya dengan cemberut.

Hana terkekeh pelan sambil meneteskan airmata, bahkan cara berbicara dan gerak gerik mereka sama persis, dia semakin merindukan sang adik.

" Loh kok bunda nangis?, aku bikin salah yah??". Tanyanya dengan khawatir.

Hana hanya menggeleng lemah semakin menangis, dia tidak bisa membendung perasaannya, berhadapan dengan sang keponakan membuatnya semakin merindukan adiknya yang sangat dia sayangi.

"Mommy, bunda kenapa??, kok dia malah nangis begini?? ". Tanyanya dengan bingung.

Kayya hanya tersenyum dan mengelus kepala sang anak, dia tahu Hana pasti sangat terpukul dan merindukan adiknya itu apalagi melihat wajah Kana yang sangat persis dengan sang adik.

"Bunda hanya menangis bahagia nak, dia sangat senang bisa melihat dan memeluk Kana, jadi Kana peluk bunda yah, dia pasti rindu padamu".

Kana mengangguk kemudian memeluk Hana dengan sayang bahkan mencium pipinya dengan senyuman lebar.

"Jangan nangis bunda, nanti Kana juga ikut sedih, ayo main sama Kana supaya bunda bisa senyum". Ucapnya dengan senyuman lebar.

Hana mengangguk tapi semakin menangis, entahlah perasaannya sungguh sedih melihat keponakannya tumbuh tanpa ibu dan dibesarkan orang lain yang begitu mencintainya.

"Ya ampun bunda kok malah tambah nangis sih". Panik Kana melihat Hana semakin menangis.

"Tidak apa-apa nak, bunda hanya rindu padamu, bunda selama ini tidak pernah bertemu dan melihatmu langsung kini bunda bahkan bisa memelukmu, bunda sangat senang".

Kana tersenyum lebar dan sangat senang matanya bahkan menyipit ketika tersenyum seperti itu, Lagi-lagi Hana menangis melihat senyuman itu sangat persis dengan adiknya.

Hatinya begitu rapuh kali ini, bertahun-tahun dia mencari adiknya tapi dia seolah kehilangan akses untuk bisa bertemu dengannya dan ternyata itu akibat ulah kedua orang tuanya.

"Maafin bund ayah, nanti setelah semuanya berakhir Kana akan tinggal bersama bunda, bunda janji akan menyayangi kamu melebihi nyawa bunda". Jeritnya dalam hati.

Kayya yang melihat tingkah Hana yang tadi menangis tanpa henti hanya bisa tersenyum sendu, ternyata yang dikatakan dokter Kayya padanya dibuku harian itu nyata adanya, kakaknya ini begitu menyayanginya tanpa pernah berpikir jika mereka bukan saudara kandung dan tidak sedarah.

"Tidak apa kak, nanti kita akan tinggal bersama, jangan terlalu sedih, kasian Kana melihat kakak sedih terus".

Hana mengangguk kemudian menghapus air mata nya, dia terlalu larut dalam kesedihan karena kehilangan adiknya ditambah lagi dia baru pertama kali bertemu dengan keponakannya yang kini telah yatim piatu.

"Kita makan malam sebelum pulang yah, setelah itu kita antar Kana pulang nanti".

Kana yang mendengar itu langsung memasang ekspresi sedih karena kembali harus berpisah dengan bunda dan mommynya.

Melihat itu Hana mengelus kepala Kana dan memberinya pengertian agar anaknya mengerti.

"Bunda lagi sakit nak, butuh banyak terapi dan harus berobat ke luar negeri lagi, jadi Kana harus di tinggal dulu, Kana mau lihat bunda cepat sembuh kan?? ". Tanya nya dengan senyum sendu.

Kana hanya mengangguk dan masih sedih, dia baru bertemu dengan mommy dan sekarang baru bertemu dengan bundanya tapi harus berpisah lagi.

Sejak tadi Kana memeluk Hana dengan erat, yah mereka kini tengah makan malam dirumah dokter Kayya karena Kayya membawa Hana untuk melihat rumah dan peninggalan milik Kayya yang dia pegang dna kelola, Kayya sudah memberikan hidupnya, nama baik, jabatan dan semua yang kini dia rasakan dan dia berjanji untuk menjaga segalanya sampai Kana dewasa dan mengambil alih kembali miliknya.

"Ini alasan kenapa Kana mengenalku?? ". Tanyanya kepada Kayya ketika mereka sudah menuju pulang kerumah.

"Benar kak, aku menjaga betul milik dokter Kayya dan memberitahukan segalanya pada Kana, siapa aku, siapa dokter ibu kandungnya dan juga siapa kak Hana, foto kalian pun dipajang besar disana berdampingan dengan foto pernikahannya.

"Dimana keluarga suami Kayya, apa mereka tidak mencari masalah dan juga berusaha merebut Kana dari kamu??".

Hana sangat penasaran hidup adiknya itu selama ini, apalagi dia merasakan bagaimana hidup dengan mertua yang parasit dan menyebalkan.

Mereka tidak mengetahui tentang Kana kak, mereka dulu berusaha memisahkan dokter Kayya dan suaminya, saat kecelakaan yang merenggut dokter Kayya dan suaminya, para dokter yang diminta untuk menjaga kerahasiaan dokter Kayya pun mengambil alih Kana dan juga yang lainnya, mereka hanya tahu dokter Kayya adalah seorang dokter dirumah sakit bukan pemiliknya".

Hana mengangguk mengerti, ternyata kisah hidupnya tidak jauh berbeda dari sang adik, bedanya suami adiknya begitu mendukung dan menyayangi adiknya.

"Apa Kayya tidak pernah bertemu dengan kedua orangtua ku selama ini?? ".

Dia kembali bertanya hal yang mengganjal di hatinya, tidak mungkin orangtuanya tidak tahu dan tidak mengenali Kayya.

"Mereka bertemu saat kecelakaan orangtua kakak itu, dokter Kayya yang mengoperasikannya dan berusaha untuk membuat mereka tetap hidup tetapi takdir berkata lain setelah operasi kedua orangtua kakak sadar dan menghembuskan nafas terakhir mereka setelah meminta maaf padanya, itulah sebabnya dokter Kayya begitu terpukul karena tidak bisa menyelamatkan kedua orangtua angkatnya.

"Apa itu alasannya mengapa Kayya memberikan segalanya padamu saat dia mengalami kecelakaan?? ".

Kayya mengangguk kemudian menerawang bagaimana terpuruknya dokter Kayya saat itu, matanya memanas mengingatnya.

"Dia selalu berkata, aku sudah gagal menjadi anak dan aku juga gagal menjadi adik yang bisa menjaga kakaknya, aku ingin kamu bisa menjaga satu-satunya yang tersisa yaitu kakak dan juga Kana, itu sebabnya dia menukar segala yang dia miliki bahkan orang tubuhnya untuk menolongku".

Mata Hana kembali memanas, adiknya itu selalu mendahulukan dirinya begitupun sebaliknya mereka memang tidak sedarah tetapi ikatan emosional dari saling menyayangi terjalin erat.

"Kak kalau kita sampai dirumah bersikaplah seperti orang habis depresi dan disetrum, kalau perlu kakak mengamuk tidak jelas yah, aku mengatakan pada mereka kakak akan menjalani kejut listrik untuk dijadikan gila perlahan".

Mata Hana langsung memandang Kayya dengan mata tajam, bisa-bisanya gadis nakal ini menyuruhnya bertingkah seperti orang gila.

"Tenang kak, aku sengaja membuat hal itu supaya kakak bisa membalas mereka sendiri tanpa takut ketahuan, paling mereka mikir kakak gila beneran jadi takut bukannya berani melakukan kekerasan pada kakak, kakak pasti mengerti maksudku kan?? ". Tanyanya menaikturunkan alisnya menggoda sang kakak angkatnya itu.

"Aku tidak menyangka otakmu sangat licik juga". Hana terkekeh pelan menyadari rencana adiknya itu.

"Lakukan itu pada ibu mertua dan adik ipar kakak itu, Arman tidak akan tahu dan tidak akan percaya pada mereka, Arman akan sanggah mereka yang gila beneran".