Istri Pengganti

"Mari kita bertaruh, Leon akan jatuh hati pada Anna." ucap Diana pada Baron, suaminya. Mereka tahu Anna dan Leon sedang berduaan di ruang musik. Melihat kedekatan keduanya, bukan masalah besar bagi mereka. Itu semua karena mereka telah tahu perangai Anna yang baik dan tulus. Anna juga memiliki potensi yang baik, meski tidak pernah diakui oleh keluarga Adiguna.

"Bertaruh apa? Aku sudah menebak hal ini akan terjadi. Sejak pertama kali bertemu Anna, aku bisa melihat ketulusannya. Jika dia terus berada di dekat putra kita, aku yakin Laura akan langsung terlupakan." jawab Baron santai, sambil membaca berita di layar ponselnya.

Mendengar nama Laura membuat Diana menjadi kesal. "Laura? Apakah kau sudah menemukannya?"

Baron mengangguk, "Anak itu ada di London. Dia hamil anak Liam, sahabat putra kita."

"Apa?" Diana sangat terkejut. Tidak menyangka Laura sanggup melakukan hal itu pada putranya. Awalnya Diana tidak menerima Laura menjadi menantunya. Laura memiliki sifat yang angkuh dan terlalu mendominasi. Tetapi melihat Leon bahagia bersamanya, membuat Diana perlahan menerima Laura. "Astaga, berani sekali anak itu mempermainkan Leon."

Perusahaan Winston adalah perusahaan terbaik di negara ini. Apapun bisa dilakukan asal memiliki kekuasaan di sana. Dua hari setelah Laura hilang, Baron sudah lebih dulu menemukannya. Tetapi Baron menahan untuk merahasiakannya dari Leon dan menutupi keberadaan Laura dari Leon. Baron tidak ingin putranya sakit hati pada perempuan itu.

"Apakah Laura masih belum ketemu?" tanya seorang pria matang bertubuh kekar yang dibalut oleh setelan jas yang sangat pas di tubuhnya. David Permana, teman baik Leon sejak kuliah. Anak muda itu juga merupakan pewaris tunggal perusahaan orangtuanya yang bergerak di bidang yang sama seperti perusahaan Winston. Bukan hanya mereka yang bersahabat, perusahaan mereka juga menjalin kerja sama yang baik sejak dulu.

Leon mengangguk, wajahnya terlihat resah karena kekasih hatinya belum juga ditemukan. "Sebenarnya aku heran, agensi itu tidak bisa menemukan Laura. Sepertinya ada yang aneh." lanjut David.

Leon mengangkat alisnya, "Siapa yang akan melakukan itu? Yang kutahu Laura dan aku tidak pernah terlibat masalah dengan siapa pun. Aku yakin Laura memang memiliki alasan pribadi meninggalkanku."

Leon selalu menanamkan pada dirinya bahwa ia memiliki andil besar atas kepergian Laura.

David menghela nafas, bicara dengan orang yang cinta buta memang sulit. "Coba pikirkan lebih detail lagi. Seorang teroris atau bahkan mafia narkoba sekali pun bisa ditemukan, apalagi gadis seperti Laura. Aku tahu ayahnya juga memiliki pengaruh di negara ini, tapi tidak lebih berpengaruh dari keluargamu. Jadi aku rasa bukan karena kelalaian agensi itu, tapi seseorang memang sengaja menutupi keberadaan Laura darimu." tutur David panjang lebar demi membuka mata hati sahabatnya ini.

Dan ya, hati Leon tergugah, ucapan David cukup masuk akal. Tetapi siapa orang yang berani dan sanggup melakukannya. Baron, nama itu muncul di benaknya. Hanya ayahnya yang bisa melakukan itu. Tapi apa alasannya? Selama ini Laura memiliki hubungan yang baik dengannya.

"Pikirkan itu Leon, aku hanya mencoba membuka jalan pikiranmu."

Leon mengangguk, David adalah orang yang bijak dan perlu didengar ketika dia memberi saran. "Aku akan mencoba menyelidikinya."

"Ngomong-ngomong dimana Liam? Aku belum pernah melihatnya satu bulan ini." Leon menanyakan salah satu sahabatnya, Liam.

"Dia sedang berada di London." jawab David.

"London?"

"Hem, dia sedang mengembangkan perusahaannya di sana." jawab David.

Leon mengangguk sambil meneguk vodka yang memabukkan itu. "Kenapa dia tidak mengabariku dan hanya mengabarimu?"

"Aku tidak bicara dengannya, ayahnya yang memberitahuku saat bertemu di pesta pernikahan salah satu investor kami."

"Aneh sekali. Tidak biasanya dia begini."

"Terserah dia saja dan jangan pikirkan Liam. Sekarang pikirkan Anna yang menjadi korban keegoisan keluarga kalian." kini ekspresi David menuntut. Pria itu tidak suka seseorang seperti Anna mendapat perlakuan yang tidak adil.

Mendengar nama itu disebut suasana hati Leon berubah. Wajah gadis cantik itu memenuhi kepalanya.

"Aku akan mengirimnya ke universitas terbaik di Inggris setelah Laura kembali. Sejak mengenalnya lebih dalam, anak itu berbakat juga. Hanya saja keluarga Adiguna mengabaikannya sehingga bakatnya terbuang sia-sia. Jadi aku akan menghadiahinya pendidikan yang bagus dan karir yang mumpuni sebagai balas budi keluarga kami." balas Leon.

David mengangguk dan merasa itu sepadan. "Sebenarnya aku butuh gadis seperti Anna."

Ucapan itu membuat Leon tergelitik, "Maksudmu?"

Pria tampan itu tersenyum tulus, "Sebenarnya aku memperhatikan Anna sejak dulu. Dia sangat pintar, bijak dan juga...manis. Aku hendak mendekatinya, tapi kau malah menikahinya."

Leon tidak tahu mengapa dadanya terasa sesak mendengar itu. Ada rasa tidak rela munculdalam dirinya. Dan dia tidak menyangka sahabatnya menaruh perasaan pada Anna yang sekarang jadi istrinya. Apa yang Anna miliki sampai membuat seorang pewaris tunggal perusahaan raksasa terpikat? Wajah Anna berkelebat di pikirannya. Ketika gadis itu tersenyum dan bicara dengan lantang. Ternyata memang sangat cantik dan manis.

"David, kau tidak tahu sedang bicara dengan siapa? Anna adalah istriku sekarang." suara Leon tidak seperti biasanya.

David tidak peduli "Sekarang iya, bukankah kau akan menceraikannya setelah Laura kembali? Aku bersedia menerima Anna dengan suka rela."

Ucapan David menusuk hatinya, benar ia akan menceraikan Anna begitu Laura kembali. Tapi kenapa dia tidak rela dan tidak bisa membayangkan akan menceraikan Anna. Kenapa dia harus marah dengan David? Yang dia cinta adalah Laura, bukan Anna. Jika Anna dengan David dia tidak berhak melarang.

Leon mengangguk meski hatinya berat. "Jadi Leon, aku harap kau menjaga Anna dengan baik untukku, sebelum aku menjemputnya darimu." senyum David penuh makna. Menjaga dalam artian tidak menyentuh Anna.

Saat ini Anna sedang sibuk mengadakan bazar dalam rangka penggalangan dana untuk komunitas amalnya. Ia harus menemui banyak pengusaha restoran untuk ikut bekerja sama dalam bazar ini. Beruntung Diana bersedia menyalurkan dana modal sehingga ia hanya perlu mengatur agar acara ini berhasil. Namun setiap tiga kali seminggu, Anna akan belajar bermain piano dengan Leon setiap malam membuatnya terlalu lelah dan kurang bersemangat.

"Besok lusa bisa tidak kita tidak belajar dulu?" tanya Anna ketika mereka berhenti belajar.

"Kenapa?"

"Lusa adalah puncak acara penggalangan dana untuk korban banjir di kota A, acaranya akan lama, mungkin sampai malam."

Leon mengangguk, "Tapi kenapa kau mau bersusah payah demi hal ini? Kau bisa saja menyumbangkan uang yang banyak, tidak perlu serepot ini."

"Kau tidak akan mengerti tuan kaya raya. Rasanya akan berbeda ketika membantu orang dengan keringat kita sendiri."

Memang Leon tidak akan pernah mengerti akan hal ini sebab tidak pernah merasakannya.

"Oh ya, aku ingin bertanya. Apakah kau mengirimkan truk es krim ke lokasi bazar tadi siang?" tanya Anna.

Leon menggeleng, "Benarkah? Hari ini Kak David, temanmu datang ke lokasi bazar. Dia bilang truk es krim itu dikirim olehmu."

"Apa? David?"