NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 ~ Mengirim Bunga

Tiga tahun kemudian, Dana mengantar Sylvia menjual bunga, dengan menggunakan mobil pick-up, mobil yang telah di sediakan di Desa untuk di pergunakan para warganya untuk menjual hasil panen mereka.

Dana, Sylvia juga Shifa sibuk memasukkan bunga-bunga yang hendak di jual ke kota, melihat kesibukan mereka, datanglah tenaga bantuan baru.

"Hai ... ada yang bisa aku bantu?" tanya Bagas berbasa-basi.

"Bagus Gas, datang di waktu yang tepat, bolehlah bantu kita, ini banyak banget bunganya, jika ga ada tenaga bantuan mungkin kita akan terlambat," jelas Shifa merasa di ringankan pekerjaannya.

"Bu ...," keluh Sylvia sambil mengerutkan keningnya.

"Tak apa Via, kita benar-benar membutuhkan tenaganya," ucap Shifa sedikit berbisik.

Apa daya Sylvia jelas dia tidak dapat menolak ucapan sang Ibu.

Dana yang awalnya berkerja profesional pun merasa terganggu, karena Bagas seakan sengaja memberikan bunga itu kepada Sylvia, padahal di sampingnya ada Shifa.

Sungguh Dana kesal melihat sikap Bagas, bahkan berani-beraninya memegang tangan Sylvia saat memberikan bunga kepada Sylvia.

Shifa tidak menyadari akan sikap Bagas, Shifa hanya berpikir kerjaan akan segera selesai jika banyak yang membantu.

Setelah bunga-bunga tertata rapi di atas mobil Pick-up, Dana pun menyalami Shifa untuk berpamitan.

Namun Bagas kembali menawarkan diri, "Bu ... perlu saya ikut agar bisa meringankan kerjaan mereka?" tanya Bagas berbasa-basi kembali.

"Tidak perlu Bagas, Bunga ini tidak turun satu tempat, so ... cukup kami berdua," tolak Sylvia tanpa harus menunggu ucapan sang Ibu.

"Tapi Via–" ucap Ibu terjeda.

"Via pamit ya Bu," salam Sylvia sambil menarik lengan sang Ibu.

"Ayo Dana keburu siang," ucap sylvia yang tidak ingin menunggu lama lagi di sini, karena takut Bagas banyak menawarkan diri.

Dana hanya menganggukkan kepalanya, lalu memasuki kendaraan tersebut. Dana yang telah banyak belajar berbagai hal tentu saja telah menguasai menyetir, sehingga Dana yang mengantar sekaligus menyetir kendaraan tersebut.

"Huft," Helaan nafas dari Sylvia.

"Kenapa sayang?" tanya Dana sambil menahan tawanya.

"Pura-pura ga tahu?" ucap Sylvia sambil memukul bahu Dana.

"Haha, kamu memang cerdas sayang, jika saja kamu tidak berbicara lebih dulu mungkin Ibumu akan mengizinkan Bagas ikut," puji Dana sambil tersenyum dan fokus mengemudi.

"Dan untung saja kali ini kamu sudah pandai mengemudi sehingga dapat mengantarku, thanks ya sayang," ucap Sylvia merasa bersyukur dan menggelayut mesra di tangan Dana.

"Iya, apa sih yang ga untukmu sayang," ucap Dana sambil menyium lengan Sylvia, yang mana tangan Sylvia kini telah di pegang Dana.

"Tolong tunjukkan kepadaku ya sayang arahnya, karena aku ga tahu kan," pinta Dana, dan mendapatkan anggukan dari Sylvia.

Sylvia begitu menikmati moment ini, bahkan Sylvia lupa jika Dana ke depannya tidak akan selalu ada di sampingnya, bahkan perjuangan yang selalu di kerjakan bersama itu akan sirna untuk sementara waktu.

Maaf sayang kini usia kita sudah 16 tahun dan beberapa tahun lagi aku tidak berada di sampingmu sampai perusahaan itu telah berada kembali di tanganku. Selama itu kau harus berusaha sendiri lagi. Batin Dana dengan menghela nafas pelan juga halus.

Dana yang menyadari itu hanya mampu membuat Sylvia bahagia untuk saat ini. Untungnya Bagas tidak sampai mengikuti mereka ke kota.

Kini mereka telah berada di sebuah kota, kota yang berbeda dengan kediaman Fernando juga perusahaannya.

Membuat Dana merasa aman tanpa perlu melihatnya kembali seperti beberapa tahun silam.

Sylvia sudah mulai sibuk dengan menunjukkan tempat penjual bunga di kota itu. Membuat Dana pun melepaskan tangan Sylvia.

Tempat ke satu hingga ke lima telah mereka lalui, kini tiba di tempat terakhir dengan pesanan yang jelas berbeda pula.

Dana pun menurunkan bunga itu bersama dengan Sylvia. Dan mereka memasukkan kepada toko bunga itu. Namun kedatangan pembeli membuat Nadira dan Dana membantu untuk langsung menatanya.

Kebetulan penjual toko itu sedang sendiri, hingga Dana maupun Sylvia bersukarela membantu penataan bunga itu.

Dan saat memberikan kwitansi, mata Dana tertuju kepada seorang pria yang berada di sampingnya.

Fernando?. Batin Dana dengan menahan nafasnya sekaligus menatap pria itu tajam tepat dari arah samping.

Untungnya Fernando tidak menyadari akan tatapan tajam Dana. Saking sibuknya Fernando bertransaksi dengan konsultasi untuk hal ini dan itu.

Dana pun enggan menganggu mereka, membuatnya kembali mengalah dengan mundur dan kembali duduk di dalam mobil.

Ketika telah berada dalam mobil itu, Dana dan Sylvia saling tatap, Sylvia sadar akan sikap Dana, karena Sylvia pun menyadari akan kehadirannya.

Ya Tuhan kenapa pula aku harus di pertemukan kembali dengan pria itu. Keluh Dana saar berada di dalam mobil.

"Mas ... tolong ke sini ambilkan bunga mawar merah," ucap Fernando kepada Dana, dan kebetulan juga Dana sudah menggunakan masker.

Dana mengerutkan keningnya, dan menunjuk dirinya.

"Iya kamu siapa lagi?" timpal Fernando yang menyangka jika Dana adalah pegawai toko bunga tersebut.

Tanpa banyak bicara Dana turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya untuk mengambil bunga sesuai pesanan Fernando.

"Salah ... bisa tidak sih kamu itu kerja? pegawai seperti ini ko bisa-bisanya di pertahankan," protes Fernando saat Dana memberikan bunga tersebut.

Dana hanya mampu terdiam tanpa banyak kata, jelas salah toh dia bukan pegawai toko, bagaimana cara merangkai Dana pun tidak mengerti.

"Maaf Tuan dia bu–"

Dana dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Maaf Tuan biar saya ganti kembali, sekali lagi maaf karena saya pegawai baru," ucap Dana penuh kebohongan.

Ngapain Dana malah mengaku pegawai toko? apa maksudnya. Apa dia mau kena cecar si Fernando yang kejam itu?. Batin Sylvia dengan menajamkan kedua bola matanya.

Namun tanpa di duga, entah apa yang Dana ucapkan mampu melunakkan hati Fernando bahkan Fernando menyukai kinerja Dana yang mahir dengan berbagai bunga, bahkan masukan Dana dapat dia dengarkan dengan baik.

Akhirnya bunga-bunga yang di ambil Dana, Fernando dapat menerimanya dan Fernando memberikan tangkai-tangkai bunga itu kepada pemilik toko.

Lalu di hias sedemikian rupa menjadi bunga yang sangat cantik.

Tanpa di duga setelah rangkaian bunga itu selesai di rangkai sedemikian cantiknya dan telah membayarnya. Fernando menghampiri Dana lalu memberikan tips kepadanya.

Dana mencoba tersenyum dan berterimakasih, setelah Fernando berlalu, penjual bunga itu menghampiri Dana dan memeluknya erat.

"Terimakasih banyak Nak, entah apa yang akan terjadi jika tidak ada dirimu, maaf membuatmu terlibat hingga di sangka pegawaiku," ucap Fernando.

"Iya Pak sama-sama, tadi saya hanya ingin memberikan kwitansi pembayaran pengiriman bunga yang Bapak pesan," jelas Dana dengan memberikan secarik kertas kepada pemilik toko tersebut.

"Oh iya," ucap Pemilik toko tersebut lalu mengambil kwitansi tersebut, menandatangani dan membayar sesuai jumlah yang tertera dengan yang tertulis di kwitansi, namun ada lebih satu lembar dengan terang-terangan di berikan kepada Dana.

Jelas Dana menolaknya, dan hanya mengambil pembayaran sesuai pesanan. Dan membuat penjual toko membulatkan kedua matanya namun berakhir mengembangkan senyuman.

Bersambung ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!