Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.
Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.
Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.
Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.
Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.
Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegelisahan Arga
"Memang gila laki-laki itu. Mulutnya itu kayak perempuan. Kasar dan cerewet banget, Sar."
Entah sudah yang keberapa kalinya Gita menggerutu soal Arga pada Sarah.
Jujur saja, Sarah begitu heran dengan Gita ataupun Arga. Dua orang yang terkenal menjaga sikap dan penilaian di mata orang bisa bertengkar seperti anjing dan kucing.
"Ya udah, kalau ada dia besok-besok kamu pergi aja. Gak usah diladeni." ucap Sarah.
"Huh.. Aku juga malas ngeladenin dia. Tapi dianya aja yang mepet aku terus. Risih banget tau gak. Mana pas lihat muka dia itu aku jadi keinget sama Gilang dan Gian. Rasanya mau ku cakar aja mukanya yang songong itu."
Gita menggerakkan kedua tangannya di depan Sarah seolah ingin mencakar wajahnya.
"Lihat onty mu itu... Galak banget. Kalau nanti lahir jangan galak-galak ya." kata Sarah sambil mengelus perutnya yang membuncit.
"Eeh... Onty gak galak kalau nggak ada yang nakal. Tapi kalau ada yang gangguin, harus kita lawan." kata Gita yang ikut mengelus perut Sarah.
"Hamil itu enak nggak sih?" tanya Gita pada Sarah. Jujur saja dia sedikit iri pada temannya yang sudah memiliki anak dan kini otw anak kedua.
"Ada enaknya, ada enggaknya... Tapi semua prosesnya aku nikmati dengan happy. Biar baby nanti lahir juga happy dan sehat." kata Sarah dengan bijak.
"Makanya.. nikah lagi. Trus buat anak, hamil lalu lahiran. Nah jadi tuh Gita versi sachet. Heran betah banget jadi janda. Padahal banyak yang demen." ceplos Sarah yang entah sudah ke berapa kalinya.
Gita tersenyum kecut, dia pernah membayangkan hal itu. Hamil anak dari suaminya, Dewangga.
Awal mereka menikah, Dewangga memang menunda untuk memiliki anak. Karena usia Gita yang masih muda dan juga ingin memonopoli Gita untuk dirinya sendiri.
Apalagi saat itu, Dewangga sedang sibuk berkeliling dunia untuk turnamen. Mereka menghabiskan waktu dari satu tempat ke tempat lainnya hingga akhir musim.
Dan akhirnya, Dewangga memutuskan akan mundur dari arena balap setelah selesai pertandingan terakhirnya.
Mereka berencana program hamil setelah selesai pertandingan musim itu.
Tapi sayangnya semua hanya rencana, pada akhirnya Tuhan yang menentukan.
Suaminya meninggal dunia akibat kecelakaan beruntun saat latihan. Dua pembalap dinyatakan meninggal dunia termasuk suaminya.
Dewangga meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dan menurut dokter yang mengantar Dewangga, sebelum meninggal dunia, suaminya hanya menyebut namanya.
Gita sangat kehilangan, dia merasa hidup tak adil. Semua orang yang menjadi keluarganya harus hilang dan meninggalkannya.
Sejak saat itu Gita memutuskan untuk hidup menjanda seumur hidup, walaupun banyak lelaki mapan dan kaya yang melamarnya.
Gita tak munafik, terkadang dia merasa kesepian. Tapi lagi-lagi ada rasa trauma, takut jika kelak dia memiliki keluarga baru maka dia akan kehilangan kembali.
"Hidup itu ada prosesnya, Ta. Sama kayak mau punya anak. Nggak semata-mata langsung jadi tu si Zidan."
"Semua yang kamu alami itu pengalaman hidup buat kamu, Ta. Kita nggak tau apa yang sebenarnya disiapin Tuhan di kemudian hari. Kayak aku dulu yang sempat patah hati akut gara-gara mas Bara. Kabur ke tempat kamu sampai nggak mau balik ke sini. Tapi lihatlah, ternyata Tuhan udah nyiapin aku sosok Amran yang begitu sempurna buat aku." Sarah mulai menasehati Gita panjang lebar, seperti biasanya.
"Nggaklah, Sar. Aku belum siap." kata Gita yang masih tetap pada pendiriannya.
"Ya terserah kamulah, kalau nanti kamu gak nikah-nikah lagi dan gak punya anak. Jadiin aja Zidan sama adik-adiknya anak angkat mu. Biar harta kamu itu diwariskan ke mereka kalau nanti kamu modar. Lumayan jadi konglomerat anakku nanti." sindir Sarah.
"Hei.. Aku masih mau hidup panjang, Sar. Udah ngomongin modar aja kamu ini." sahut Gita pura-pura cemberut.
Lalu mereka pun tertawa. Hal yang sudah biasa mereka lakukan. Berdebat tentang hidup Gita yang entah kapan bisa menemukan kebahagiaannya.
Sarah dengan segala pemikirannya dan Gita dengan seluruh keteguhannya.
Dua manusia itu masih bertahan dalam persahabatan yang kental seperti saudara.
Gita bukanlah siapa-siapa tanpa Sarah dan ibunya. Begitupun Sarah, merasa cocok berteman dengan Gita yang tak banyak maunya.
Dari dulu harapan mereka sederhana, tetap bisa berteman hingga nenek-nenek.
***
"Honey... Kamu nggak makan?" tanya Freya pada lelaki yang dua bulan ini berstatus sebagai kekasihnya.
Mereka saat ini berada di restoran mahal untuk menikmati makan malam romantis, setidaknya itulah angan Freya saat mengajak Arga makan malam.
Tapi sepertinya kekasihnya tak berselera menikmati hidangan makan malam yang disajikan.
"Nggak suka menunya? Aku ganti aja, ya?" tanya Freya lagi.
Seingatnya Arga sangat menyukai menu daging. Apalagi steak dengan kematangan medium.
"Cukup... saya sudah kenyang. Silahkan kamu selesaikan makananmu. Aku akan mengantarmu pulang." kata Arga sambil melirik ponselnya.
Saat ini dia sedang menunggu pesan dari seseorang.
Orang yang dia sewa untuk mencari tahu tentang wanita bernama Gita.
Jujur saja Arga merasa sangat penasaran dengan hidup wanita itu setelah dia meninggalkan kota dua belas tahun yang lalu.
Egonya sempat terluka saat mengetahui jika Gita menikah dengan seorang pembalap terkenal. Dan terlihat jika wanita hidup dengan sangat berkecukupan.
Gita sangat cantik dengan gaun biru dongker yang menonjolkan kulit putihnya. Gaun itu menunjukkan keindahan tubuhnya walaupun terlihat sopan.
Jujur saja beberapa kali Arga memaki lelaki yang menatapnya dengan tatapan memuja.
Arga benci itu....
Padahal dia berharap jika Gita kembali ke kota ini dengan kekalahan telak. Arga berharap gadis itu datang dan memohon ampun padanya. Bersujud di kakinya dan bersedia melakukan apapun yang diperintahkan nya.
Setahun demi setahun Arga menunggu gadis itu datang. Namun, semuanya hanya harapan kosong untuk Arga.
Hingga akhirnya dia belas tahun kemudian, Gita kembali dengan pesona seperti seorang dewi yang tak tersentuh.
"Kamu ada masalah?" tanya Freya yang sudah kehilangan selera makan karena melihat reaksi dingin Arga.
Memangnya sejak kapan lelaki itu tak bersikap dingin padanya. Hanya saja malam ini, Freya merasa berbeda.
Arga tak hanya bersikap dingin tapi juga membentangkan jarak untuknya agar tak mendekati lelaki itu.
"Ingatlah, jangan melampaui batasan mu."
"Hon...."
"Kalau kamu masih mau di sini saya akan menyuruh supir mengantarmu. Saya sibuk." kata Arga lalu meninggalkan Freya yang masih terbengong kaget sambil menatap Arga yang meninggalkannya begitu saja.
"Arga sialan... Kamu gak bisa memperlakukan aku kayak perempuan-perempuan murahan itu. Aku bukan mereka." kata Freya dengan tatapan berapi-api.
Tangannya menggenggam garpu dan pisau dengan kuat. Arga sengaja melakukan ini agar dia menyerah.
Dia tak akan kalah begitu saja. Tiga tahun dia mengejar Arga, dan baru direspon oleh lelaki itu beberapa bulan belakangan ini.
Itupun atas paksaan adiknya, Alana. Padahal Freya tak menyukai Alana yang bertingkah seperti putri di depan Arga.
Tapi dia menahannya demi mendapatkan status sebagai istri dari Arga Ivanov Saputra.
"Jangan harap aku akan menyerah. Justru aku semakin tertarik membuatmu menjadi milikku. Kau hanya akan menjadi milikku, Arga." ucapnya dengan nada angkuh.
Sementara Arga, dia sudah berada di dalam mobil membelah jalan menuju suatu tempat yang sering dia kunjungi jika mengingat mata bulat si penyihir itu.
Arga berhenti dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang dia bangun setengah tahun setelah kejadian itu.
Entah kenapa Arga tiba-tiba ingin membangun kembali rumah yang dia bakar. Tapi ternyata tempat yang paling sering dia kunjungi dua belas tahun ini, tentunya selain perusahaan miliknya.
Saat itu mungkin Arga berpikir membangun sebuah penjara untuk Gita. Rumah ini dilengkapi dengan sistem keamanan canggih dan hanya dia yang bisa mengaksesnya.
Arga memasuki rumah tersebut. Dan segera membuka jas dan melepaskan dasinya yang terasa mencekiknya.
Di dinding ruangan itu ada sebuah lukisan seekor rusa cantik yang memiliki mata bulat almond. Jika diperhatikan, mata yang dimiliki oleh Gita sama bulatnya seperti itu.
Lukisan yang dibeli oleh Arga dari pelukis jalanan kota Bali. Saat itu dia sedang jalan-jalan setelah meresmikan cottage miliknya.
Arga mendesah kasar.... Dia membuka kemejanya menunjukkan otot perutnya yang terbentuk indah. Arga melemparkan kemejanya dengan asal.
Kaki panjangnya pun melangkah menuju dapur untuk mengambil air di dalam lemari pendingin.
Setiap dirinya mengingat Gita, jantungnya berdetak kencang. Darahnya terasa bergejolak dahsyat.
Gara-gara pertemuannya dengan Gita tadi siang, sepanjang hari Arga merasa gelisah dan tak tenang. Otaknya benar-benar tak bisa berpikir tentang hal lain.
Arga melemparkan botol kosong air mineral ke dalam tempat sampah. Dengan langkah tergesa dia segera naik ke lantai tiga rumah itu.
Dia membutuhkan olahraga malam ini. Sepertinya berenang adalah pilihan yang paling tepat.
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
❤❤❤😍😍😙😙
bisakah Gita benaekan Gilang..
❤❤❤❤😍😙😙
bunuh Arga jga fosa besar...
❤❤❤😘😍😙😙
😀😀😀
❤❤❤❤❤
❤❤❤😍😙😙😙
❤❤❤😘😙😗
Arga penolongnyaaa...
❤❤❤❤😘😍😙
lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
❤❤❤😍😙😙
gilang tetap hidup..
❤❤❤😍😙😙
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.
❤❤❤❤
bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
❤❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😙
❤❤❤😘😍😙🤦♂️
❤❤❤😘😍😙😙