NovelToon NovelToon
Suami Misteriusku Ternyata Seorang Dokter

Suami Misteriusku Ternyata Seorang Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dokter / Menyembunyikan Identitas / Kekasih misterius
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.

Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.

Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?

Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 ~ Modus

Sesampainya di ruangan Nadira langsung menghampiri Ken.

"Lama amat," keluh Ken ketus yang tengah duduk di atas kasur empuknya.

"Maaf tadi saya lagi makan, emang ada apa ya Pak?" Tanya Nadira tak kalah ketus.

"Mau nerkam kamu!" Seru Ken seucapnya.

"Ish ... pak, takut banget," keluh Nadira dengan mengangkat kedua bahunya.

"Cepat bantu ke air!, udah ga kuat," seru Ken yang hendak turun dari atas ranjang.

"Aku ...? Kenapa mesti aku yg bantu bapa ke air?" Tanya Nadira penuh keheranan.

"Lantas siapa? Lo kan is— Asisten gue, cepat gue udah ga tahan!, tinggal merem aja sulit banget," Protes Ken dengan kembali hendak turun dari atas ranjang miliknya.

Ken pun akhirnya memasuki kamar mandi yang di bantu di papah oleh Nadira, dan Ketika memasuki kamar mandi,

"Pegang yang bener! gue mau buka celana gue," titah Ken dengan melirik Nadira hanya untuk memberikan infusan, yang tepat berada di belakangnya.

"Idih yg bener aja sih Pak," keluh Nadira sambil meraih selang infusan dari tangan Ken.

"Lantas gimana? Gue pipis di pispot, mau bantu?" Tanya Ken sambil lirik Nadira.

"Ga pak ga pak, silahkan. Aku merem sekarang." Nadira pun langsung menutup kedua matanya dengan kedua tangannya.

"Merem sih merem tapi jangan terbuka gitu jarinya, kalau mau liat juga ga apa-apa ko gratis." Ken hanya iseng berbicara tanpa melirik Nadira karena dia sedang fokus mengosongkan yang sedari tadi di tahan.

Nadira langsung melepaskan jarinya yg telah menutupi mukanya dengan mengecek antara jarinya.

Ken telah selesai dia sudah menautkan kembali seleting celana panjangnya. Kemudian dia berbalik ke arah Nadira.

"Ga jadi tutup mukanya? Gimana?" Kelakar ken sambil tersenyum dan mengambil selang infusan dari tangan Nadira.

Nadira hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Modus ...," timpal Nadira dengan melangkahkan kaki tepat di belakang Ken.

"Apa? modus!" Tanya Ken terhenti melangkah dan melirik ke arah Nadira.

"Iya apa lagi kalau bukan modus, lihat sekarang aja bisa jalan sendiri dengan memegang selang infus dengan tangannya sendiri," gerutu Nadira sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ini Infusannya! ambil, gue jalan aja masih pusing!" ujar Ken memberikan dengan paksa kepada Nadira.

Nadira pun mengambil infusan tersebut dan berjalan mendahului Ken, tanpa dia sadari Nadira menarik labu berserta selangnya, sehingga ....

"Aduh ..., jangan di tarik Ra," teriak Ken sambil mengejar Nadira.

Nadira pun berhenti sejenak, kemudian melirik ke belakang, "Pak Ken." Nadira menghampiri Ken ketika melihat darah yang mulai menetes dari tangannya.

Nadira kembali memapah Ken, dan mendudukkannya di atas ranjang tersebut.

Kemudian Nadira mencoba membenarkan posisi jarum yang berada di tangan Ken.

"Ra ...." Ken menyentuh tangan Nadira, Nadira pun langsung menatap ke arah Ken. "Lepas saja!"

"Di lepas?" Tanya Nadira memastikan.

"Iya, aku sudah sembuh, teleponlah Thomas jika kau tidak percaya." Ken kembali merebahkan diri sambil membelakangi Nadira.

"Pak ... mau di buka ga sih jarumnya? sini mana tangannya?" Nadira menarik lengan Ken.

Ken pun pasrah saat Nadira menarik tangan Ken, Nadira pun melepas jarum yang bertengger di lengan Ken.

Tadi suruh cepat-cepat orang lagi makan enak-enak, sekarang udah datang malah sosok kutubnya kumat lagi, sumpah nyebelin banget Pak Ken ini, bisa-bisanya tertidur saat di lepas jarumnya. Heran .... Lirih Nadira mengeluh.

Sorry gue memang butuh kamu ra, dan gue ga mau lo berdua dengan Thomas saat jam istirahat. Batin Ken yang selalu merasa cemburu kepada Thomas.

Meski Nadira kesal dengan sikap Ken, namun Nadira memiliki perasaan yang halus, dia menyelemuti tubuh Ken yang cukup tinggi dan berisi itu, di tambah ranjang yang cukup tinggi, sehingga membuatnya sedikit berjinjit untuk menutupi bagian depan tubuh Ken.

'BRUKK!'

Nadira pun jatuh di punggung Ken saat menutupi tubuh Ken bagian depan yang sedang membelakangi tubuhnya.

Ish tinggi amat ini kasur. Lirih Nadira mengeluh.

Ken pun terlonjak kaget saat Nadira jatuh tepat di punggungnya, tak berselang lama bibir Ken menyunggingkan sebuah senyuman.

Coba gue bisa cium lo ra. Batin ken merasa gemas.

Nadira pun kembali duduk tepat di depan ranjang Ken.

Laper banget perut gue, hmm masih wangi ternyata SpaTula ini. Lirih Nadira sambil membuka cup berisi Spatula tersebut.

Ken mengerutkan keningnya saat mendengar kata SpaTula.

Hah, Spatula untuk memasak di dapur di makan? kantin macam apaan yang begitu di pasak hingga sewangi ini. Batin Ken penuh pertanyaan hingga akhirnya membalikkan tubuhnya.

Nadira menyadari tubuh Ken berbalik namun Nadira masih asik menyuap setiap spatula itu ke dalam mulutnya.

Ken pun menyium aroma Spatula tersebut, namun dia teringat kata spatula, hingga akhirnya spontan membuka matanya.

"Kamu makan Spageti?" Tanya Ken heran saat dia membuka kedua matanya.

"Iya Bapak mau?" Tawar Nadira tanpa menatap Ken dan terus menyuap spageti itu ke dalam mulutnya.

"Enak loh SpaTula ini? cobain deh, di jamin Bapak bakal ketagihan." Nadira menyodorkan cup tersebut kehadapan Ken.

"Lo ini spaghetti ko di sebut spatula sih? Gak bermutu banget kasih nama pake alat dapur!" Seru Ken saat melihat ke arah Nadira yang sedari tadi memakan spageti, dan melihat isi dalam cup tersebut.

"Ha ha ha, makanya gaul Pak Ken yang terhormat, SpaTula itu ya singkatan, yang artinya 'Spaghetti Tulang', makanya gaul jangan cuma main organ manusia aja!" ledek Nadira sambil kembali menyuap Spaghetti ke dalam mulutnya.

Nadira pun telah menghabiskan spaghettinya, dia pun membuang Styrofoam ukuran burger tersebut ke dalam tong sampah, dan kembali Nadira pun menggunakan maskernya.

Bersamaan dengan itu, Ibu dan adik Ken pun tiba, "Assalamu'alaikum," salam sang Ibu ketika memasuki ruangan Ken.

"Wa'alaikumussalam," jawab salam kompak Ken dan Nadira sambil melirik ke arah pintu yang terbuka lebar.

"Ken ..., kamu sudah bisa pulang? ayo kita pulang sekarang!" Ajak Kania sambil melangkah mendekati Ken.

"Aku ... —" Kata-kata Ken terjeda oleh Adiknya.

"Ish Kaka bener ya, betah banget berada di sini? emang ada siapa sih? ah jangan-jangan—" Sela Addiva sambil memandang Nadira.

"Kamu pake motong aja, maksud Kaka emang Thomas udah izinin pulang?, dia belum periksa kaka lagi," kilah Ken dengan menyela kata-kata Addiva.

"Ya udahlah Ken, kan tadi mommy bertemu dengan Thomas," sahut Kania menjelaskan.

"Biar saya bantu bereskan pakaian Pak Ken," ujar Nadira agar tidak merasa kikuk di antara mereka.

"Oh thanks banget Ka, oya Ka, Ka ken itu belum punya pacar loh ...." Addiva mendekati Nadira sambil sesekali memandang kakanya yang sedang memperhatikan Nadira.

Nadira hanya tersenyum menanggapi Addiva dengan ramah, dengan tangan yang lihai memasukkan pakaian dan lainnya ke dalam koper.

"Ini kopernya sudah selesai, apa mau saya bantu membawanya?" Tanya Nadira yang telah selesai mengepak pakaian Ken.

"Ga usah Ra, biar Addiva aja yang bawa, terimakasih ya," sanggah Ken sambil berusaha turun dari ranjangnya.

"Suka banget liat adenya susah!" cibir Addiva dengan mengerucutkan bibirnya.

"Eh Pak, ya ati-ati Pak!" sahut Nadira saat melihat Ken yang hampir terjatuh.

"Wuih so sweet ...," ejek Addiva.

"Lo tu ya ..., punya ade begini banget, kakanya mau jatuh malah di ketawain." Ken memelototi Addiva yang tengah menertawakannya.

"Alah palingan juga modus ...." Addiva berbicara tanpa memandang sang kaka, dan semua itu di abaikan oleh Ken.

"Thanks Ra, tolong bawakan aku kursi roda itu!" Seru Ken dengan menunjuk di mana kursi roda itu berada, dengan tangan Ken menyelipkan uang di tangan Nadira yang baru membantunya.

Nadira pun mengerutkan keningnya, mereka saling tatap persekian detik, kemudian Ken menganggukkan wajahnya tanda mengatakan terima.

Nadira pun tidak mempertanyakan hal itu, dia bergegas mengambil kursi roda tersebut.

Kursi roda tersebut telah berada di hadapan Ken, Ken mencoba berjalan menghampiri kursi roda yang sedang dipegang Nadira, sebelum menaikinya, Ken menatap Nadira sekilas.

Nadira pun membantu mendorong kursi roda tersebut hingga menuju parkiran berada.

Bersambung ...

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
dira rahmi: sekedar info, novel baru saya yang lain
"Sang Penerus yang tersembunyi"/Chuckle/
Anto D Cotto: seep 👌👍
total 3 replies
Hesty
kpn bwrsatunya.... bikinortu ken tau thoooor
dira rahmi: penasaran ya bersatunya? hehe sabar ya ... bikin cintanya bermekaran dulu kaya bunga2 di taman /Grin/
dira rahmi: tau bagaimana? nikah ya?
total 2 replies
dira rahmi
keren ni
dira rahmi
orang miskin yang pinjam dari pinjol untuk menafkahi Nadira hehe🤔✌🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!