NovelToon NovelToon
Wasiat Yang Menyakitkan

Wasiat Yang Menyakitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.

Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#15

Mobil yang Afi tumpangi kini telah meninggalkan halaman rumah mereka. Anindia tidak kuat untuk menahan air mata. Dia yang bersembunyi di balik tirai di kamarnya, tergugu lepas.

Hatinya semakin hancur saat melihat mobil itu pergi. Sungguh, perasaannya jadi sangat kacau. Anin tidak kuat lagi untuk menahan perasaan. Dia berlari menuruni anak tangga. Kakinya ingin terus mengejar kepergian Hanafi.

Ternyata, dirinya tidak sekuat yang ia bayangkan. Melihat suaminya pergi, dia langsung tidak bisa menahan diri.

Hujan rintik-rintik perlahan turun ketika kaki Anin berhenti di depan jalan. Perlahan, hujan itu semakin jatuh dengan derasnya. Airnya mewakili air mata Anin yang jatuh. Tangisan Anindia kini berbaur dengan rintik hujan yang semakin jatuh dengan deras membahasi tubuh.

Hujan terlalu deras, tubuh Anin basah kuyup dengan cepat. Dari kejauhan, sebuah mobil melaju pelan. Mobil itu tiba-tiba menepi di samping Anin.

Seorang pria turun dari mobil tersebut dengan sebuah payung di tangannya. Pria itu mendekati Anin yang kini sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dengan kedua kaki. Kaki yang tidak kuat menahan berat tubuhnya, langsung memaksa Anin untuk terduduk di atas jalan yang basah.

"Kamu ... kenapa menangis? Ah, tidak. Jangan terus berdiam diri di sini. Kamu bisa sakit," ucap si pria yang tak lain adalah Sadan Huda yang sudah lewat di depan jalan tersebut.

Sadan mengulurkan tangannya. "Ayo, nona. Ikut aku ke mobil. Aku akan bawa kamu ke suatu tempat yang bisa membuat suasana hatimu lebih baik."

Anin tidak bergerak. Dia terdiam selama beberapa detik setelah Sadan mengulurkan tangan. Lalu, secara perlahan, Anin mengangkat wajahnya untuk melihat orang yang sudah mengajaknya bicara.

Tatapan mata teduh milik Sadan langsung terlihat. Namun, tangan Anin terasa kaku untuk bergerak. Dia memilih untuk mengabaikan uluran tangan si pria.

Diabaikan, Sadan malah memilih untuk berjongkok agar bisa mensejajarkan diri dengan Nindi. Tentu saja hal itu cukup menganggu perasaan Nindi. Dia yang sedang terluka malah dipertemukan dengan pria yang sok peduli seperti Sadan. Kan takdir benar-benar ingin menguji hatinya sekarang.

"Ayolah! Jangan menyiksa diri seperti ini. Jangan buat dirimu sakit saat hatimu tidak baik-baik saja."

Anin menatap lekat wajah Sadan. Yang di tatap malah tidak merasa gugup sedikitpun. Sebaliknya, malah langsung menyunggingkan bibir untuk melepas senyum manis. Nah, hal lain yang istimewa dari Sadan langsung terlihat. Dua lesung pipi yang indah langsung muncul di pipinya.

"Kamu bisa terluka. Kamu bisa sakit hati. Kamu bisa kesal, marah, benci, atau sebagainya. Tapi tolong, jangan siksa dirimu karena perasaan mu itu. Sebaliknya, kamu harus lebih menyayangi dirimu jika kamu mengalami sakit pada hatimu. Karena cara terbaik untuk mengobati luka batin bukan dengan cara menyiksa fisikmu. Tapi, dengan cara lebih memperhatikan fisikmu. Jadilah semakin baik lagi dan lagi."

Ucapan Sadan panjang lebar membuat benak Nindi langsung berpikir ulang. Dia membenarkan perkataan tersebut. Hatinya tiba-tiba bisa menerima apa yang orang asing ini katakan.

Tatapan tajamnya mulai berubah bersahabat walau bibirnya masih bungkam. Sadan yang melihat tatapan Anin sudah berubah, kembali mengulur tangan ke arah si wanita.

"Ayo! Kamu mungkin bisa ikut aku berteduh di dalam mobil. Kebetulan, aku punya handuk yang bisa kamu gunakan untuk mengeringkan tubuhmu."

"Ah, aku juga punya baju di dalam sana. Mungkin kita bisa cari toilet umum untuk kamu biar bisa ganti baju."

"Hanya saja ... aku tidak punya jilbab. Mungkin kita bisa mampir ke toko untuk membelikan satu untukmu. Bagaimana?"

Sesaat menatap, Nindi langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Karena .... ini rumah ku," ucap Nindi sambil menoleh ke arah samping.

Ya. Pandangan Nindi pun Sadan ikuti. Matanya melihat ke arah rumah yang ada di sana. Sadan langsung menyipitkan mata. Mengalihkan pandangan ke arah Nindi. "Itu ... rumahmu?"

"Iya."

"Kalau begitu, kenapa tidak masuk sekarang sana. Jangan berdiam diri di sini lagi."

Anindia kembali terdiam. Entahlah. Entah jawaban apa yang akan dia berikan. Hatinya terasa semakin sakit saja. Masuk ke dalam rumah? Haruskah? Haruskah dia masih mengakui bahwa itu rumahnya?

"Nona. Kenapa anda masih bengong? Hujannya cukup deras. Anda bisa masuk angin nanti."

"Aku ... itu sebenarnya bukan rumah ku. Itu, rumah suamiku."

"Suami!" Wajah Sadan seketika berubah. "Jadi, kamu sudah menikah?"

Belum sempat Nindi menjawab, Sadan yang sedang mengalihkan pandangan ke arah rumah tiba-tiba ingat sesuatu. "Tunggu! Aku tiba-tiba sedikit teringat akan rumah ini. Bukanya ... ini rumah ... tante Nisa ya?"

Sadan langsung menatap Nindi. "Kamu, menantu tante Nisa?"

Anindia mengangguk pelan. Sadan pun tersenyum tak nyaman. "Oh, jadi, kamu istri dari sepupu ku. Tunggu! Sepupu, sepupu yang mana? Aku punya dua sepupu lelaki di sini. Mas Ali atau Hanafi? Kalau mas Ali, ah ... kata mama, hari ini Hanafi menikah dengan kakak iparnya karena wasiat dari kakak pertamanya. Jadi kamu, istri Hanafi?" Mata Sadan terlihat membulat sempurna. Wajahnya pun sangat antusias sekarang.

Ya. Sadan Huda adalah sepupu Hanafi. Dia keponakan kandung ayah Afi. Sayangnya, mereka tidak dekat satu sama lain. Hanya akan saling hadir jika ada acara saja biasanya. Sedang Sadan, dia lebih tidak tertarik lagi untuk ikut ambil andil dalam urusan keluarga sepupunya itu.

Tepatnya, sejak omnya meninggal. Hubungan mereka seolah terputus. Nisa terlalu banyak bicara, jadinya, mama Sadan kurang menyukai wanita tersebut. Wanita yang jelas adalah kakak iparnya, cukup tidak dia sukai karena terlalu banyak gaya dan juga terlalu banyak bicara. Singkatnya, mama Afi ini terlalu sok dalam segala hal yang membuat keluarga sebelah suaminya kurang suka sama dia.

Sementara untuk Sadan, saat pernikahan Hanafi saja dia tidak ikut serta. Dia lebih memilih menyibukkan diri dengan jalan-jalan keluar negara waktu itu. Lalu, tidak pula ia tertarik untuk tahu siapa yang sudah sepupunya nikahi. Intinya, dia tidak ingin tahu sedikitpun tentang keluarga si sepupu.

Makanya sekarang, dia sama sekali tidak kenap Nindi. Saat tahu rumah peninggalan omnya saja dia baru ingat, kalau itu adalah rumah sepupunya. Dan Nindi yang mengaku tinggal di rumah tersebut, membuat dia menebak, bahwa wanita itu adalah istri dari sepupunya.

"Kamu ... beneran istri Hanafi 'kan? Kalo pembantu gak mungkin soalnya. Masa iya ada pembantu secantik dirimu," ucap Sadan tanpa sadar.

"Ah, ma-- maksudku begini. Kalau yang bekerja di rumah ini, pasti ikut majikan mereka ke tempat acara gitu kan yah." Sadan bingung harus menjelaskan apa yang hatinya maksud. Alhasil, semua kata yang ia keluarkan, malah salah dalam pikirannya. "Aduh ... aku bicara apa sih? Anu, ah, lupakan saja. Lupakan apa yang aku katakan. Sekarang, kamu ingin masuk ke dalam atau ikut aku berteduh ke mobil. Kita tidak bisa diam lebih lama lagi di sini. Tubuhmu tidak akan kuat untuk menahannya."

1
yuni ati
Mantap/Good/
Jumiah
bs jd itu lain anakx ali suamix ..
anak selingkuhan desy..
Jumiah
ntt desy selingkuh hamil baru tau rasa mm x afi...
Jumiah
nindi ajukan sdh gugat ceremu ...
kmu pasti bisa melewatix ,ad x
dukungan ayah mu nin...
sdh gk layak dipertahan kan rmh tangga mu nin...
Jumiah
anin pergilah sejauh mungkin ...
tinggalkan afi .sdh gk ad yg pantas
pertahan kan ,jangan paksakan untuk
melewati kerikil2 itu ...
Jumiah
nindi kmu hrus tegas jangau mau di dua kan ..
Jumiah
gk usag banyak gaya afi klo memang mau nikah lg cerekan dulu nindi...
semoga pd menyesal ntt x setelah pisah sma nindi...biar tau rasa
Patrick Khan
.emak km sukses bikin mental afi down... desi km gk sadar afi gk doyan km😏😏😏
Lee Mbaa Young
Semoga cpt cerai, kl pun hanafi gk bisa balik lagi ma mantan semoga dpt wanita yg baik gk kayak Desi.
Lee Mbaa Young
Lah pelakor merusak rumah tangga orang kok mau bhgia. mimpi saja kau.
itu karma mu.desi enak kan, dah rahim rusak gk bisa punya anak pelakor lagi. iuhh amit amit.
mnikah diatas derita wanita lain kok mau bhgia, nyadar lah kau itu pelakor.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
.akhir nya nenek lampir ketauan jg kan😏😏belom tau busuk nya desi km nek lampir..
Lee Mbaa Young
eh laporkan dokter nya ke polisi krn mau mmbuat laporan palsu.
Lee Mbaa Young
Semoga nnti beneran sakit parah tu tua bangka.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
aku suka😍😍😍
Patrick Khan
.kak anin apa nindi si.. typo ya.. 🙏😁😁anindia kadang anin kadang nindi ..
Patrick Khan: ayo up lg aja kak..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!