Mora mendapatkan tawaran menarik untuk menggoda pria beristri. Jika berhasil bayaran sejumlah 100 juta akan ia dapatkan.
Tapi ternyata tawaran itu sangat tidak mudah untuk Mora laksanakan. Pria yang harus ia goda memiliki sikap yang dingin dan juga sangat setia dengan sang istri.
Lalu apakah Mora akan berhasil merebut pria dari istrinya? atau bahkan justru hubungan mereka semakin dekat karna pria tertarik pada Mora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKS 17
Dan kini Mora tengah menunggu di pinggir jalan. Terus saja mengotak-atik ponselnya untuk mencari kendaraan yang bisa mengantarkan sampai Apartemen.
Sialnya sudah lama mencari Mora tidak kunjung menemukan apapun. Semua gojek menolaknya beralaskan karena sudah terlalu malam.
Mora menghela napas panjang sekali. Sebenarnya bisa saja berjalan kaki, tidak terlalu jauh hanya saja Mora tengah mengenakan sepatu ber hak tinggi.
Berjalan sedikit saja akan membuat dua kali mudah lelah. Tapi seakan tidak ada pilihan lain, mau tidak mau Mora memang harus berjalan kaki untuk pulang.
“Punya bos pelit. Dasar medit!” Tiada henti Mora terus saja mengumpat Adam yang menurutnya terlalu parah akan sebuah tumpangan saja.
“Mungkin karena dia terlahir kaya, sampai tidak pernah merasa ditumpangi atau bahkan menumpang.”
“Kalau coba aja membunuh itu halal… mulut yang selalu aja berkata pedas itu, akan aku potong-potong lalu dijadikan sate.”
Tiada henti Mora terus saja mengomel. Tetiba langkahnya terhenti disaat melihat dua pria asing berada tepat tidak jauh dari langkahnya.
Meskipun dengan cahaya yang tidak terlalu terang Mora dapat melihat dengan jelas jika dua pria itu tengah memegang minuman alkohol.
“Astaga, kenapa aku harus bertemu orang mabuk di larut malam begini?”
Susah payah Mora menelan salivanya. Ia seketika baru sadar, saat ini tengah mengenakan pakaian sedikit minim karena tugasnya menggoda Adam.
Adamnya tidak dapat malah justru sekarang dua preman itu yang seakan terpesona padanya.
Saat mengetahui ada Mora kedua preman itu saling tertawa puas satu sama lain. Lalu melangkah maju menghampiri Mora disertai ekspresi bengis mereka.
Langsung saja Mora ingin kabur. Ia berlari tapi sialnya dua preman itu sudah menghadang jalannya, mereka menatap penuh kekaguman pada Mora.
“Wah cantik nih. Mana bodynya sexy lagi, berapa ni semalam?”
Bahkan tangan preman itu ingin memegang dagu Mora. Dengan sedikit kasar meskipun ada rasa takut Mora menyingkirkan tangan itu.
“Jangan sembarangan sentuh aku!” Mora memberikan peringatan.
Tatapan matanya tajam dan juga penuh mengintimidasi. Tapi bukannya membuat dua preman itu takut malah tertawa semakin kencang.
“Kau kira kami takut dengan ancamanmu itu? Kau seperti bayi menggemaskan dimata kami,” ucap satunya.
“Benar. Sudahlah, Cantik. Jangan banyak menolak, ayo ikut kami ke gudang. Kita akan bersenang-senang disana,” timpal yang satunya.
Mora terus saja menggelengkan kepalanya. Ia ingin lari sekencang-kencangnya tapi tangannya berhasil ditarik oleh preman itu.
“Ahhh, jangan membuat kami marah, Nona. Ayo,” Tetap saja menarik paksa.
Tiada henti terus saja Mora berteriak meminta tolong. Pada saat itu cahaya lampu menerangi kelakuan dua preman yang ingin memperkosa Mora.
Seketika dua preman itu melepaskan tangan Mora yang terus saja mereka tarik sedari tadi. Menoleh kearah mobil yang berhenti tepat dibelakang wanita cantik yang ingin mereka tangkap.
“Ayo,” Sepertinya tidak mau kena masalah jadinya dua preman itu langsung pergi dengan posisi jalan sempoyongan.
Tentunya Mora dapat menghela napas lega. Ia ngos-ngosan, hampir saja nasib buruk menimpanya tadi.
Mora harus berterima kasih pada mobil yang sudah menyelamatkannya meskipun dengan cara sengaja ataupun tidak.
Ia berbalik badan. Betapa terkejutnya Mora saat melihat Adam keluar dari mobil itu, berdiri dengan bersandar pada badan mobilnya.
“Kukira akan mudah bagimu untuk melawan dua orang tidak berguna itu,” ucapnya menyindir.
Mora berdecak saja. Melangkah mendekati Adam, sejujurnya Mora sedikit bingung dengan sikap Adam kali ini padanya.
Kalau memang tidak perduli ataupun tetap aja merasa bodoamat seharusnya Adam tidak perlu susah payah menyelamatkannya.
“Terima kasih, Tuan. Kau telah menyelamatkan aku malam ini,” ucap Mora setulus hati.
Kalau tidak ada Adam mungkin saja malam ini Mora sudah menjadi santapan oleh dua preman itu. Perlakuan kecil Adam sangat bermakna baginya.
Sedangkan Adam kini menoleh kearah Mora. Wanita cantik itu masih menunduk hormat padanya, Adam tersenyum tipis karena itu.
Tapi cepat sekali sadarnya. Wajahnya yang sempat tersenyum tadi cepat-cepat Adam alihkan dengan ekspresi datar seperti biasanya.
“Siapapun akan melakukan hal yang sama. Jadi… kau tidak perlu berterima kasih padaku,” ucap Adam dengan nada dinginnya.
Sampai Mora saja tidak bisa berkata apapun. “Sebelumnya ada mobil yang lewat. Mungkin saja mobil itu mendengar aku berteriak meminta tolong,”
“Tapi tidak ada mereka melakukan seperti hal yang Tuan lakukan. Itu berarti… cukup bermakna bagiku tentang apa yang Tuan lakukan tadi.” sambungnya.
Perkataan Mora menurut Adam sungguh manis sekali. “Naiklah,” katanya.
Mora masih bingung. “Naik kemana?”
Adam membuka pintu mobilnya lalu melangkah begitu saja memutari mobil untuk masuk bagian bangku pengemudi.
Masih saja belum mengerti. Mora masih berdiri memegang erat totebag miliknya, ia masih mencerna arti perintah Adam barusan.
Tapi tidak lama Mora mulai tersadar. “Ahhh, baiklah, Tuan,” Cepat-cepat Mora masuk kedalam mobil sebelum sang Tuan Adam berubah pikiran.