NovelToon NovelToon
Umbral

Umbral

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rudi Setyawan

Davin menemukan catatan rahasia ayahnya, Dr. Adrian Hermawan, di attic yang merupakan "museum pribadi' Adrian. Dia bukan tak sengaja menemukan buku itu. Namun dia "dituntun" untuk menguak rahasia Umbral.
Pada halaman terakhir, di bagian bawah, ada semacam catatan kaki Adrian. Peringatan keras.
“Aku telah menemukan faktanya. Umbral memang eksis. Tapi dia tetap harus terkurung di dimensinya. Tak boleh diusik oleh siapa pun. Atau kiamat datang lebih awal di muka bumi ini.”
Davin merinding.
Dia tidak tahu bagaimana cara membuka portal Umbral. Ketika entitas nonmanusia itu keluar dari portalnya, bencana pun tak terhindarkan. Umbral menciptakan halusinasi (distorsi persepsi akut) terhadap para korbannya.
Mampukah Adrian dan Davin mengembalikan Umbral ke dimensinya—atau bahkan menghancurkan entitas tersebut?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Setyawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 — Pusaran Energi Umbral

DAVIN terus menatap layar ponsel. Suhu masih dua puluh derajat Celsius. Meskipun aplikasi pengukur suhu sering tidak akurat, namun setidaknya dia punya patokan tentang perubahan temperatur di sekitarnya.

Tapi kecuali suhu, tidak terjadi apa-apa di area itu. Tidak ada riak air di kolam renang utama. Tidak ada bunyi-bunyi aneh. Tidak ada bayangan hitam berkelebat. Tidak ada makhluk mengerikan muncul di depan mereka.

Tari merapatkan jaket tipisnya. “Suhunya nggak berubah. Memang nggak sedingin kemarin malam. Tapi tetap saja, ini nggak normal.”

Rayan mendengus tegang. “Tentu saja nggak normal. Lo nggak liat matahari di atas kita? Sangat cerah. Sementara kita di sini kayak kena efek AC raksasa.”

Davin masih berdiri kaku di tepi kolam. Pandangannya tak lepas dari genangan air. Seolah-olah dia sedang menunggu sebuah jawaban muncul dari sana. Tapi yang tampak hanya pantulan sinar matahari di atas air keruh.

Dia sudah hafal teori itu—pusaran dingin ekstrem sebagai pertanda anomali sedang menguasai ruang. Pengetahuan itu seharusnya membuat dia bersiaga, berlari, keluar dari jangkauan bahaya. Tapi justru sebaliknya, kakinya membeku. Bukan karena ketakutan. Bukan karena hawa dingin yang membuat tubuhnya seakan dipaku di lantai keramik yang dingin. Namun dia seperti ditahan oleh kekuatan lain di luar kemampuannya untuk melawan.

“Kita… mungkin udah terpapar energi Umbral,” bisiknya nyaris tak terdengar.

“No kidding?” Rayan tertawa agak kering. “Luar biasa, Prof. Lo tahu kita terpapar, tapi lo nggak buru-baru kabur!”

“Gue nggak tahu. Hanya asumsi liar.”

“Kalau kita terpapar,” ujar Tari pelan, “nggak ada gunanya lagi kita lari. Dampak energinya tetap akan ngikutin kita.”

“Kalau kita terpapar,” gerutu Rayan, “inilah saatnya kita lari—sebelum terlambat!”

Davin menoleh pada Tari. “Lo… beneran nggak ngerasa apa-apa?”

“Nggak ada.”

“Suara-suara?”

“Nggak ada.”

Mereka terdiam lagi. Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang mencoba untuk lari.

Tari masih sempat merekam situasi di sekitar kolam, lalu dikirimkannya ke grup. Dia mengetik cepat: “Suhu drop. Tapi nggak dingin banget. Juga nggak ada kejadian aneh.”

Sasha, Naya dan Elisa langsung memberi respons. Meskipun mereka berada di tempat terpisah, namun mereka merasakan ketegangan kolam. Ketiganya melontarkan ekspresi yang sama: Buruan pergi!

Pikiran Davin berloncatan dengan liar. Dia seakan melihat dirinya terjebak dalam distorsi ruang. Tribun, gedung tua, ruang pompa air, ruang loker—bergeser menyempit. Kolam renang utama tampak memanjang.

Dia nyaris tersengal. Dadanya turun-naik tak beraturan. Paru-parunya seperti menolak bekerja dalam ritme yang normal.

“Dev!” seru Tari sambil mengguncang pundaknya. “Kamu nggak papa?”

Davin menatapnya agak nanar. Ilusi itu begitu nyata di kepalanya—dan guncangan tangan Tari membuat semua buyar. Dia mencoba tersenyum. Tapi gagal.

Rayan memutar tubuh—dan matanya terpaku pada permukaan air. “Eh, kalian liat itu?”

Davin dan Tari menoleh ke kolam utama. Seekor katak tampak terapung setengah tenggelam di permukaan air keruh. Tubuhnya bergetar tak terkendali seperti dihantam arus listrik halus. Kaki belakangnya menendang kosong ke udara, lalu menegang kaku—sementara mulutnya terbuka seolah hendak menghirup udara, tapi hanya menghasilkan gelembung kecil yang pecah di permukaan air. Sesekali tubuhnya melintir, perut putihnya tampak sebentar sebelum dia kembali telungkup. Lalu diam sejenak, tapi hanya untuk kembali tersentak kejang-kejang dengan gerakan patah-patah yang membuatnya terlihat seperti makhluk yang sedang berjuang sia-sia di ambang sekarat.

Tari merekam semuanya dengan kamera ponselnya, lalu mengirimkannya ke grup. Wajahnya pucat. Napasnya sedikit memburu. Tadi dia menenangkan Davin. Tapi sekarang gantian dia yang merasa terguncang.

Dia mengetik cepat: “Ternyata Umbral nggak cuma bawa dampak psikologis. Tapi entitas nonfisik itu juga bisa berubah jadi predator yang mematikan.”

Sasha membalas seperti berteriak: “Terus ngapain lagi kalian di situ?”

Tapi Tari tak sempat lagi memperhatikan grup. Dia bertukar pandang dengan Davin dan Rayan. Sekeliling kolam mendadak begitu senyap. Bahkan desir angin pun tak terdengar. Semua seakan membeku.

Davin merasa makin tegang. Tak ada keterangan tentang hal itu di buku catatan rahasia ayahnya. Mungkin ada informasi yang terlewatkan. Tapi rasanya tidak. Dia selalu sangat teliti dalam mengkaji sesuatu.

Dan di tengah keheningan yang terasa mencekam, satu pertanyaan menancap di kepala mereka bertiga—apakah Umbral sedang mengawasi mereka dari balik permukaan air keruh itu?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!