"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17.17. Siapa dalang sebenarnya.
Ibu kota.
Raja Darou, direktur utama perusahaan Darou nampak turun dari mobil mewahnya. Wajahnya yang putih bersih menampilkan senyum menawannya manakala melintasi lobi dimana para karyawannya masih berkumpul.
Pagi itu Raja nampak berangkat lebih pagi. Dia yang baru saja pulang dari urusan bisnis diluar negeri langsung disambut kedatangannya oleh Jimmy yang sudah menanti kedatangannya selama 3 hari lamanya.
"Hai Jim, bagaimana kabar kamu?"
"Baik bos."
"Tumben masih pagi sudah ingin bertemu apa ada hal penting yang ingin kamu sampaikan padaku?Oh iya, bagaimana perkembangan di kota B? apa semuanya lancar?"
"Ehm, saya sudah 3 hari berada di ibu kota bos. Setelah mendapatkan pesan dari bos saya langsung kembali ke sini. Mengenai urusan di kota B, nona Jennie masih menanganinya. Dari kabar terakhir yang beliau kirim mengatakan jika tanda tangan kontrak dengan perusahaan Tuan Sanjaya berhasil dengan baik." Jimmy menjeda ucapannya. Dapat dia lihat jika dahi Raja berkerut dalam.
"Saya kesini untuk menanyakan mengenai tugas yang bos bilang harus saya urus." Lanjutnya pelan.
"Tugas?" Raja memajukan tubuhnya hingga sedikit menempel pada meja.
Melihat anggukan kepala Jimmy membuat Raja membenarkan letak duduknya.
"Sepertinya ada yang salah disini. Pertama, aku berangkat ke Swedia sore hari setelah keberangkatan kalian ke kota B. Kedua, seperti yang kamu tahu, aku baru saja sampai ke sini. Dan yang ke tiga, aku tak pernah mengirim pesan padamu." Jelasnya
"Tapi, saya menerima pesan dari nomer anda Bos." Jimmy segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan yang masih berada di kotak masuk nya.
Raja menerima ponsel tersebut sambil menatap Jimmy dan ponsel secara bergantian.
"Ini nomer siapa?" Tanyanya yang membuat Jimmy ikut kebingungan.
"Tunggu sebentar." Raja merogoh ponsel dari dalam saku jasnya. Lelaki tersebut langsung saja menghubungi nomer Jimmy. Layar ponsel Jimmy berkedip menandakan ada panggilan masuk dan Raja mengarahkan layar ponselnya pada Jimmy seraya memerintahkan Jimmy melihat layar ponselnya secara bergantian.
"Bukankah kau menyimpan nomer ponselku termasuk nomer ponsel khsusus keluarga?" Tanyanya setelah mengakhiri panggilan.
"Jadi, ini nomer siapa?"
"Perhatikan dengan baik cara penulisannya juga bukan gayaku sama sekali, meski nadanya sama seperti perintah."
Raja meraih intercom dan menekan nomer ruangan Haris, asisten pribadinya. Tak lama, lelaki itu muncul.
"Tuan memanggil saya?"
"Hem, coba perhatikan ini nomer ponselku atau bukan?" Raja menyerahkan ponsel Jimmy dan menunjukkan pesan yang tertulis di dalamnya.
"Bukan. Nomer tuan dobel nine, dan ini hanya ada satu nine." Jelas laki-laki berkacamata tersebut.
"Nah, Jim. Sudah jelas bukan jika bukan aku yang mengirim pesan ini untukmu. Lagipula sejak kapan aku suka betkirim pesan?" Raja menyandarkan kembali punggungnya.
"Jadi ini semua pesan palsu, dan itu artinya saya tertipu?" Jimmy mengusap wajahnya kasar.
Raja menganggukkan kepalanya pelan. Sementara Haris masih diam mengamati karena dirinya tak tahu menahu tentang apa yang kedua orang tersebut bicarakan.
"Jika ini adalah pesan palsu, itu artinya ada orang yang sengaja merencanakan kepergian saya dari kota B meninggalkan nona Jennie. Bukankah itu berarti?" Ucapan Jimmy terhenti seketika manakala dirinya mengingat Jennie.
Diraihnya ponsel diatas meja dan ditekannya nomer Jennie cepat. Namun sayang, setelah berulang kali mencoba usahanya tak membuahkan hasil. Nomer Jennie tak bisa dihubungi.
"Haris, cepat lacak dimana posisi Jennie saat ini." Perintah Raja yang segera diangguki oleh Haris. Lelaki berkacamata tersebut dengan sigap meraih laptop yang berada diatas meja kerja Raja dan mulai menggerakkan jarinya disana.
.
.
Sementara itu, gadis cantik yang sedang dilacak keberadaannya kini sedang mencoba untuk duduk dan bersandar pada headboard dengan dibantu oleh Bu Tyo. Wanita paru baya tersebut sangat telaten merawat Jennie.
Jennie yang berangsur membaik meski tubuhnya masih lemah justru merasa terharu atas segala perhatian dari pasangan suami istri tersebut. Meski hanya sebagai penjaga villa, keduanya tak pernah lupa menunjukkan kasih sayang nya.
Bukan hanya pada Jennie, tapi pada Rayyan pun demikian. Pemuda 27 tahun itu tak dapat memungkiri jika dirinya seolah kembali mendapatkan keluarga baru selain keluarga Aditama. Dimana mama Yenni bahkan memperlakukan dirinya sangat baik.
"Terimakasih, bi." Gadis itu mencoba tersenyum dengan bibir pucatnya.
Jennie belum bisa bergerak bebas karena sebelah kakinya masih nampak sedikit membengkak. Benturan keras yang dialaminya membuat sebelah kakinya sempat terjepit dan pelipisnya menatap stir mobil dengan kencang.
"Nanti siang, dokter akan datang lagi untuk memeriksa luka di pelipis neng. Juga untuk mengganti perban di lengan Den Rayyan. Semoga saja hasilnya membaik dan kalian berdua segera sembuh." Bu Tyo tersenyum lembut sambil menyodorkan mangkok bubur ditangannya untuk Jennie.
"Rayyan terluka?"
"Iya, malam itu bibi sangat terkejut juga takut. Bagaimana tidak, saat pergi Den Rayyan rapih dan nampak tampan seperti biasanya. Tapi pas pulang dalam keadaan berantakan dengan jaket dan baju basah entah darah atau keringat yang jelas bibi ketakutan melihatnya. Apalagi dalam gendongannya Neng Jennie nampak bersimbah darah. Muka neng itu merah dan darah sampai menetes di lantai yang dilalui Den Rayyan. Bibi sampai lemas dibuatnya." Bu Tyo menceritakan kejadian malam itu sambil menyuapkan bubur pada Jennie.
"Dia terluka karena menolongku, bi?"
Bu Tyo mengangguk. "Den Rayyan cerita kalau dia sempat berkelahi sama para penjahat itu sebelum berhasil merebut neng yang sedang pingsan. Hanya itu yang bibi tau neng, kalau jelasnya bagaimana lebih baik neng tanya saja langsung sama Den Rayyan nya."
Jennie tersenyum kaku, bagaimana dirinya akan menanyakan hal itu jika bertemu saja dengan asisten Raka tersebut selalu membuat uratnya tegang.
"Sudah habis, sekarang neng minum obatnya ya. Lalu istirahat lagi kalau sudah ngantuk. Bibi mau siapin makan siang."
.
.
Semenjak di tinggal sendiri dalam kamar oleh Bu Tyo pikiran Jennie melanglang jauh. Cerita yang baru didengarnya dari Bu Tyo membuatnya merasa bersalah karena pernah menaruh curiga pada Rayyan.
Luka?
Bahkan hingga saat ini sudah seminggu waktu berlalu dirinya baru mengetahui fakta jika lelaki bermuka tembok tersebut pun terluka karena menolongnya.
"Dia bahkan lebih baik dari pada kelaurgaku sendiri." Lirih nya sedih.
Di meja makan, nampak Rayyan telah duduk manis bersama dengan Vino. Lelaki tersebut datang untuk melaporkan hasil kerja anak buahnya.
"Yakin dia tak terlibat?"
"Tidak!" Vino menggelengkan kepalanya. Dimasukkannya sendok berisi nasi dalam mulutnya sebelum kembali bersuara.
"Aku sudah menyelidiki semuanya, sejauh ini belum ku temukan kejanggalan ataupun keterlibatannya disana."
"Lalu bahan bahan campuran itu berasal dari mana? Tidak mungkin kan jika bahan tersebut datang sendiri." Rayyan meneguk air minumnya sampai tandas.
"Untuk yang itu aku setuju. Kita harus lebih teliti dan lebih berhati hati lagi. Aku rasa mereka mengetahui seluk beluk proyek ataupun tentang kalian."
"Kau benar, kenapa aku tak berpikir sampai kesana." Rayyan menepuk keningnya pelan.
"Oh ya, untuk orang-orang yang mencelakai Jennie. Aku sudah mendapatkan informasi tentang salah satu dari mereka menurut info yang kamu berikan. Dan sialnya, mereka bukanlah penduduk kota B."
Rayyan menoleh dengan cepat. Jika bukan berasal dari kota B itu artinya mereka memang telah memantau gadis tersebut sejak dia menginjakkan kakinya ke kota B. Lalu siapa mereka dan alasan apa yang membuat mereka sampai ingin melenyapkan Jennie.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini