NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:775
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16

Teknisi memutus sambungan drive. “Sembilan puluh persen… sudah cukup. Kita harus pergi sekarang!”

Adrian mengambil drive utama dan dua cadangan, memasukkannya ke kantong dalam jaketnya.

“Semua siap?”

Kai mematikan terminal tua, sementara Yara memadamkan lampu tambahan agar jejak mereka tidak terlalu jelas.

Darius memberi aba-aba. “Turun cepat, satu per satu.”

Rania turun lebih dulu, diikuti Milo dan Kai. Adrian menunggu sejenak untuk memastikan tidak ada barang tertinggal sebelum menyusul. Darius dan dua penjaga turun terakhir.

Lorong bawah tanah itu sempit, dindingnya dipenuhi pipa tua dan kabel yang terkelupas. Cahaya lampu kecil di helm Darius menerangi jalan. Suara langkah mereka bergema di sepanjang lorong.

Kai berjalan di samping Milo dan berbisik, “Jika mereka menemukan markas ini kosong, mereka akan menyebar lebih jauh. Kita mungkin kehilangan satu titik aman lagi.”

Milo menatap ke depan tanpa menoleh. “Kita tidak punya pilihan.”

Mereka berjalan cukup jauh hingga suara drone tidak lagi terdengar. Darius berhenti di persimpangan lorong. Ada tanda bintang kecil di dinding, hampir pudar.

“Ini penunjuk arah lama,” jelas Darius.

“Belok kanan, lalu terus sampai menemukan pintu besi. Dari sana, kita keluar ke luar kota.”

Rania menatap tanda itu. “Berapa banyak tanda seperti ini yang masih bertahan?”

Darius menggeleng. “Tidak banyak. Dewan telah menghapus sebagian besar. Tapi selama masih ada satu atau dua, jaringan kita tidak sepenuhnya hilang.”

Setelah hampir setengah jam berjalan, mereka tiba di pintu besi. Darius memutar roda kunci tua, pintu berderit keras sebelum terbuka. Udara malam menyambut mereka. Mereka berada di pinggiran kota barat, di area dengan pepohonan jarang dan reruntuhan bangunan industri lama.

Kai memeriksa radar portabel. “Tidak ada sinyal patroli di sekitar sini.”

Yara menarik napas lega. “Setidaknya untuk saat ini kita aman.”

Adrian menatap langit malam, meski hanya sebentar. “Kita harus tetap bergerak. Dewan tidak akan berhenti hanya karena kita lolos sekali.”

Mereka berjalan menuju titik kumpul yang telah ditentukan, sebuah gudang tua di luar jangkauan pengawasan kota. Saat mereka tiba, Darius menyalakan lampu kecil, cukup untuk melihat wajah-wajah lelah di sekelilingnya.

“Sekarang,”

 kata Darius, “kita analisis data ini dengan lebih teliti. Jika ini benar-benar bukti yang kita butuhkan, kita harus mengatur langkah berikutnya. Tapi untuk malam ini, kita istirahat. Kita tidak bisa membuat keputusan besar dengan kepala panas.”

Rania duduk di lantai, menatap drive yang disimpan Adrian. “Kita mungkin baru saja menyelamatkan harapan banyak orang.”

Adrian menatap semua orang. “Dan kita baru saja membuat dewan lebih berbahaya.”

Milo berdiri di dekat jendela rusak, mengawasi kegelapan. Ia tahu malam itu hanya awal dari perburuan panjang.

Darius berdiri di sampingnya dan berkata pelan, “Kalian sekarang bagian dari sesuatu yang lebih besar. Jangan pernah lupa itu.”

Tak seorang pun menjawab. Mereka semua terlalu lelah untuk bicara, tetapi masing-masing menyadari bahwa pilihan mereka malam itu telah mengubah segalanya.

Pagi berikutnya, cahaya redup menembus celah-celah dinding gudang tua. Darius sudah bangun lebih dulu. Ia memeriksa peralatan komunikasi portabel di meja, mencoba menangkap sinyal jaringan bawah tanah lain. Layar kecil hanya menampilkan deretan kode rusak dan suara statis.

Adrian duduk di lantai, memeriksa drive data. Rania menyiapkan ransel darurat, memasukkan amunisi dan peralatan medis. Milo masih tertidur, sementara Kai memperbaiki radar portabel yang rusak saat pelarian.

“Tidak ada jawaban,” gumam Darius.

Adrian menoleh. “Koneksi mereka mungkin terputus setelah patroli semalam.”

Milo terbangun perlahan, mengucek matanya. “Ada masalah?”

Rania menjawab singkat, “Tidak ada sinyal. Mereka mungkin bersembunyi atau… lebih buruk.”

Darius menatap mereka. “Kita tidak bisa menunggu di sini terlalu lama. Gudang ini aman untuk sementara, tapi dewan punya drone pelacak. Begitu mereka memetakan rute bawah tanah kita, tempat ini tidak lagi tersembunyi.”

Kai menyalakan radar portabel. Garis-garis hijau melintas di layar, menunjukkan area aman dan yang berpotensi berbahaya.

“Sektor utara terlihat tenang. Mungkin kita bisa menuju titik relai lama di sana.”

Adrian mengangguk. “Titik relai itu pernah digunakan jaringan lama, kan?”

Darius mengonfirmasi. “Benar. Tapi kita tidak tahu kondisinya sekarang. Bisa saja sudah jatuh ke tangan dewan.”

Milo berdiri, merapikan perlengkapan. “Kalau tetap di sini, kita pasti ditemukan. Lebih baik kita ambil risiko.”

Yara yang sejak tadi diam berbicara. “Aku setuju.

Relai itu satu-satunya tempat yang mungkin masih menyimpan catatan jaringan lama. Kalau kita bisa memulihkan sebagian sinyal, kita bisa menghubungi markas lain.”

Mereka meninggalkan gudang setelah memastikan tidak ada jejak. Pagi itu dingin, jalanan di pinggiran kota barat dipenuhi reruntuhan. Sisa-sisa papan iklan CupidCore yang usang tertiup angin, sebagian terlepas dari dinding.

Rania berjalan di samping Adrian. “Kupikir kita akan punya waktu lebih lama sebelum mereka menemukan kita.”

Adrian menjawab tanpa menoleh. “Dewan selalu bergerak lebih cepat daripada yang kita kira.”

Milo memeriksa alat pengukur jarak. “Relai lama sekitar dua kilometer ke utara. Kita harus menyeberangi area industri terbuka.”

Di pusat kendali CupidCore, Liora berdiri di depan panel besar yang menampilkan peta kota.

Seorang analis mendekatinya. “Kami kehilangan sinyal dari sektor barat tadi malam. Ada kemungkinan jaringan bawah tanah memindahkan markas.”

Liora menyipitkan mata. “Kirim drone pengintai tambahan ke sektor utara. Mereka mungkin menuju relai lama.”

Analis itu ragu. “Jika kita perkuat pengawasan di utara, dewan mungkin curiga.”

Liora menjawab dingin, “Lebih baik mereka curiga daripada kehilangan jejak.”

Sementara itu, kelompok Adrian mendekati area industri yang ditinggalkan. Gedung-gedung pabrik yang runtuh menjulang seperti kerangka besi. Jalanan dipenuhi puing, dan beberapa kendaraan tua berkarat berserakan.

Kai berhenti sebentar, memeriksa radar. “Ada gangguan sinyal di sekitar sini.”

Darius mengerutkan alis. “Mungkin ada pemancar gangguan milik dewan.”

Milo menatap langit. “Atau mungkin drone patroli.”

Rania memperketat pegangan pada senjatanya. “Kita harus cepat. Tempat ini terlalu terbuka.”

Mereka bergerak dalam formasi ketat, memanfaatkan setiap reruntuhan untuk berlindung. Yara menunjuk ke sebuah menara komunikasi tua di kejauhan.

“Itu pasti relai lama.”

Adrian menatap menara itu. “Kita perlu memastikan tidak ada jebakan.”

Darius memberi isyarat agar semua berhenti. “Kita kirim pengintai mini.”

Kai mengeluarkan drone kecil dari ranselnya, mengaktifkannya. Drone itu terbang rendah, menelusuri area sekitar menara. Layar di tangan Kai menampilkan gambar buram. Tidak ada tanda-tanda gerakan, tetapi ada interferensi kuat di sekitar relai.

“Ini aneh,” kata Kai.

“Interferensinya terlalu teratur untuk gangguan acak.”

Darius mengangguk. “Mereka mungkin memasang pemblokir sinyal untuk memancing kita.”

Milo menghela napas. “Kalau begitu, kita tidak punya pilihan selain mendekat dengan hati-hati.”

Adrian menatap menara lagi. “Kita ambil jalur barat, gunakan puing sebagai penutup. Bergerak cepat, jangan beri mereka waktu untuk menargetkan kita.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!