Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke Istana
"Apa perlu aku tunjukkan padamu apa fungsinya?" tantang Rajendra pada sang gadis yang dianggapnya sangat konyol.
"Tak perlu, lagi pula terlalu kecil ukurannya nya," sahut Wulan Ningrum dengan santai. Sebab ia melihat jika milik Rajendra saat mandi tempo hari berbeda dengan milik Pendekar Walang Sangit dan juga Angin Maut saat dilihatnya barusan.
Tentu saja bentuk itu sangat berbeda, sebab saat tertidur dan sat bangun mereka memiliki bentuk yang unik.
Rajendra mengangakan mulutnya. Itu sama saja penghinaan baginya. "Hey, jangan meremehkanku! Yang kau lihat saat disungai itu dia sedang tertidur, dan jika kau melihatnya saat bangun, itu berbada lagi," Rajendra mencoba mencari pembenaran dalam ucapannya, sebab ia tak ingin dianggap memiliki senjata yang imut.
Wulan Ningrum menatapnya sekilas, lalu tak menggubris omelan Rajendra yang seolah sedang merutukinya.
Gadis itu justru naik keatas ranjang, dan membaringkan tubuhnya disana, tanpa perduli dengan apa yang difikirkan oleh sang pemuda.
Rajendra memasang wajah kesal, saat melihat saat gadis yang bersikap tak acuh setelah membuatnya marasa sebal.
*****
Taaaap
Sebuah tangan dengan cepat ditangkap oleh Wulan Ningrum saat berusaha menyentuh pipinya ketika ia sedang tertidur.
Ia membuka matanya, dan melihat Rajendra sudah berada sisi ranjangnya.
"Huh!" dengkusnya. Saat melihat pemuda tersebut, lalu menepis tangan Rajendra.
"Bangunlah, kita akan melakukan perjalanan," ajak sang pemuda. Ia sepertinya sudah tidak kesal lagi, sebab menyadari jika Wulan Ningrum hanya gadis goa yang tidak mengerti tentang tubuh seorang pria, sebab bagaimanapun, ia tinggal seorang diri dan tidak pernah bertemu dengan pria.
"Apakah perjalanan ini cukup jauh?" tanya Wulan Ningrum dengan rasa penasaran. Ia menguap, lalu menggeliatkan tubuhnya.
Gadis itu beranjak dari ranjangnya dan baru kali ini ia tidur begitu nyenyak, sebab selama ini tidur diatas batu cadas.
"Cepatlah bersihkan dirimu dan aku menunggumu diluar!" ucap Rajendra, lalu berjalan menuju pintu utama.
Wulan Ningrum bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Saat Rajendra berada diluar kamar, ia mendapati kerumunan orang-orang yang melihat dua mayat pria tanpa sehelai benangpun dengan kondisi mengenaskan.
Rasa penasaran, membuat Rajendra mendekati kerumunan, dan saat tiba disana, ia melihat beberapa orang sedang menutupi jasad keduanya dan terlihat luka yang cukup parah. "Bukannya itu pendekar Walang Sangit dan juga Angin Maut? Lalu mengepa mereka bisa mati semengenaskan itu?" gumamnya dalam hati.
Saat bersamaan, Wulan Ningrum keluar dari kamar penginapan, dan ia melihat kerumunan itu sejenak, lalu menatap Rajendra, agar segera pergi dari tempat tersebut.
*****
Akuji menatap cermin dikamarnya. Ia melihat bayangan wajahnya yang terlihat sangat cantik, tetapi perlahan, wajahnya seolah terdapat retakan yang semakin lama semakin lama semakin banyak.
Wanita itu mengusap pipinya. Ia merasakan jika sesuatu yang ditakutkan semakin mendekat, sedangkan ia harus menjadi penguasa kadipaten Utara secepatnya.
Saat bersamaan, gumpalan asap hitam tiba-tiba menjelma menjadi sosok pria menyeramkan. Rambut dan bulu tebal ditubuhnya terlihat hangus.
"Hah! Bopo, kenapa kau tiba-tiba muncul.disini?" ia tersentak kaget. Dan sesaat memperhatikan tubuh boponya dengan tatapan yang sangat bingung. "Apa yang terjadi pada bulumu?"
"Gadis itu sudah keluar dari dalam goa. Ia membakarku denga ajian gembolo geni nya.itu tandanya, jika kehancuran Bisrah semakin dekat, dan kau harus dapat menguasai Kadipaten ini secepatnya." ucap sosok bernama Jolon tersebut.
"Aku penasaran dengan gadis itu," sahutnya dengan tak sabar.
"Kau jangan menganggap remeh, sebab kesaktiannya cukup tinggi," Jolon memgingatkan puterinya, agar tidak menganggap remeh.
"Aku tak perduli akan hal itu. Dan aku juga ingin bertanya, siapa sebenarnya ibuku? Mengapa aku tidak dapat menemuinya?" tanya Akuji dengan rasa penasaran.
Sosok itu tersenyum menyeringai. "Belum saatnya kau mengetahui siapa ibumu, tetapi kamu harus dapat memperdaya Bisrah agar segera menyerahkan kekuasaannya padamu," Jolon kembali mengingatkan.
"Itu sangat mudah bagiku," sahutnya dengan santai.
"Baiklah, Bopo pergi dulu," sosok itu menghilang dengan sekelip mata saja.
Saat berdamaan, pintu kamarnya diketuk, dan ia tahu jika itu adalah Bisrah yang sedang menunggunya, sebab mereka akan pergi kekerajaan Medang Jaya, sebab mendapatkan undangan untuk pernikahan putera Raja dari selirnya.
Akuji membuka pintu kamar, ia sudah berdandan cukup sangat cantik, dan ketika Bisrah melihatnya, membuat pria itu tidak tahan untuk berdecak kagum.
"Kau benar-benar cantik, dan aku yakin jika nanti akan menjadi perhatian bagi para tamu undangan, dan pastinya tidak membuat Raja kepincut padamu," ucapnya dengan sangat bangga akan kecantikan sang wanita.
Mendengar akan hal itu, Akuji tersenyum angkuh. Ia merasa jika apa yang dikatakan oleh Bisrah bukan tanpa alasan, sebab ia benar-benar sangat penuh pesona.
"Aku tidak akan menggoda mereka, tetapi jika mereka mengagumi kecantikanku, maka itu bukan salahku," ucapnya dengan angkuh.
Bisrah merada bangga saat dapat memiliki wanita secantik Akuji, lalu keduanya berjalan menuju kereta kuda untuk segera tiba di kerajaan.
Sementara itu, Rajendra dan juga Wulan Ningrum sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Tak jarang mereka bertemu para Tumenggung, Demang, dan Adipati yang juga melakukan perjalanan menuju ke kerajaan.
Suara deru dera0 langkah kaki kuda menyertai setiap perjalanan mereka.
Ada beberapa kereta kuda dengan beragam corak dan hiasan yang tertempel digerobaknya, sebagai pertanda jika mereka adalah para bangsawan yang berhak mendapatkan jamuan undangan pernikahan.
Saaf mereka melintasi Kadipaten Utara, Rajendra melirik sejenak, ia bergegas berpaling, sebab bekum waktunya ia menjelaskan pada Wukan Ningrum jika itu adalah kadipaten yang sedang ditujunya, ia sengaja melewatinya.
Sedangkan Wulan Ningrum merasakan deguban didadanya yang memburu saat melihat bangunan gapura tersebut.
Akan tetapi, ketika melihat Rajendra terus melaju, ia tak sempat bertanya, dan terus mengikuti jejak pemuda tersebut.
Ketika tiba ditengah perjalanan, ia bertemu dengan kereta kuda yang membawa Bisrah dan juga Akuji.
Ketika ia melintasinya, terlihat didalamnya seorang wanita berwajah buruk rupa sedang duduk didalam kereta, dengan kedua mata yang memerah.
Disampingnya terdapat seorang pria berwajah buruk rupa yang juga sama seramnya, dan kali ini membuat Wulan Ningrum memperlambat laju kudanya, lalu melirik kearah jendela kereta kuda, dan tiba-tiba ia merasakan hatinya sangat sakit.
Rajendra yang mengetahui hal tersebut, menoleh kearah belakang, lalu memanggilnya denga gerakan tangannya.
Wulan Ningrum kembali melajukan lari kudanya, dan mengejar Rajendra yang sudah jauh didepannya.
Sedangkan Bisrah merasa sangat terkejut saat melihat gadis yang melaju dengan kecepatan penuh diatas punggung kuda.
Tatapan gadis itu, seolah mengingatkannya pada seseorang, tapi entah siapa.
"Mengapa aku seperti mengenalnya? Tetapi dimana?" ia bergumam dalam hatinya.
pas ada notif aku mpe kaget krn di covernya ada tulisan END ,, sampai 2x bolak-balik di lihat mmg sdh END cerita nya 😢
tumben bgt novel yg ini cepat bgt habis nya , tahu-tahu dah END aja 😭
terimakasih untuk karya mu thor......
di tunggu karya terbaru mu