NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Budidaya dan Peningkatan / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: FAUZAL LAZI

[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16

Setelah beberapa saat beristirahat, tubuh Jian Yu kembali normal, begitu juga dengan energi Qi-nya yang sudah pulih.

Karena penasaran dengan apa saja yang ia dapatkan dari gua tadi, Jian Yu pun memerintahkan sistem:

"Sistem, coba cek semua barang yang kita dapatkan di dalam gua."

Sistem segera memproses, lalu suara tenangnya terdengar:

Sistem: "Penghitungan selesai. Harta yang diperoleh adalah sebagai berikut:

100 botol pil penyembuhan tingkat tinggi (satu botol berisi 5 pil).

10 jenis tanaman spiritual berusia 500 tahun.

20 jenis tanaman obat atau bahan dasar pil berusia 100 tahun.

1 buku Teknik Ilusi.

20 kotak koin emas, masing-masing berisi 100.000 koin emas."

Mendengar itu, Jian Yu tertawa senang.

"Hahaha! Jadi buku usang dan berdebu tadi ternyata adalah buku Teknik Ilusi! Benar-benar keberuntungan besar!" serunya dengan wajah puas.

Bagi Jian Yu, ini memang hari keberuntungan. Di saat orang-orang ketakutan hanya mendengar nama Hutan Kematian, dirinya justru keluar dengan harta yang tak terbayangkan oleh siapa pun.

Sistem: "Tuan, apakah ingin mempelajari buku Teknik Ilusi dan buku Teknik Ruang dan Waktu sekarang?"

Jian Yu menggeleng.

"Jangan dulu. Aku akan mempelajarinya setelah sampai di Kota Tianlong. Untuk sekarang, kita keluar dulu dari hutan ini."

Ia pun bangkit dan melangkah menyusuri jalan keluar. Beberapa binatang buas yang menghadangnya di sepanjang perjalanan bisa ia kalahkan dengan mudah. Berkat Langkah Bayangan Angin, kecepatan Jian Yu meningkat pesat sehingga hanya butuh beberapa jam untuk mencapai tepi hutan.

Begitu keluar dari Hutan Kematian, Jian Yu melangkah santai sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat sekelompok pemuda. Mereka mengelilingi dua anak perempuan—satu gadis yang sudah beranjak dewasa, dan seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun.

Sistem: "Misi terpicu! Selamatkan dua anak perempuan yang dikepung oleh lima pemuda. Hadiah: satu teknik Pedang Naga."

Jeritan gadis itu terdengar jelas.

"Tolong!! Siapa pun, tolong kami!!" Ia menangis sambil memeluk erat adiknya.

"Kakak! Lin Lin takut!!" tangis si kecil dalam pelukan kakaknya.

"Hahahaha… tidak ada yang bisa menolong kalian di sini," ucap salah satu pemuda bertubuh kurus tinggi dengan senyum licik. "Jangan berteriak lagi, lebih baik ikut kami. Kita akan… bersenang-senang," lanjutnya sambil berusaha menarik paksa tangan si gadis.

Gadis itu memberontak, mencoba melepaskan diri. Sang adik yang ketakutan tiba-tiba menggigit tangan pemuda kurus itu dengan keras hingga berdarah.

"Aaarrghh! Dasar jalang sialan!!" teriak pemuda itu sambil mundur dan memegang tangannya yang terluka.

"Semua! Beri mereka pelajaran!!" teriaknya marah.

Teman-temannya langsung maju. Salah seorang pemuda mengayunkan tinjunya ke arah gadis itu. Namun, sebelum mengenai sasaran, tubuhnya terpental jauh ke belakang dan jatuh pingsan.

Semua orang tertegun. Di depan si gadis, kini berdiri seorang pemuda dengan aura menekan.

"Siapa kau?! Jangan ikut campur urusan orang lain!!" bentak si pemuda kurus yang tangannya masih berdarah.

Namun, teman-temannya justru mundur selangkah, wajah mereka pucat.

"Kakak Feng, bagaimana ini? Sepertinya orang itu bukan pemuda biasa… aku bahkan tidak bisa melihat ranahnya," bisik salah satu dari mereka ketakutan.

Pemuda kurus itu, Feng Shui, menatap Jian Yu dengan wajah penuh amarah bercampur keraguan.

"Dia cuma sendiri! Kita ada banyak! Lagipula, ranah kultivasinya bahkan tidak terlihat. Dia pasti bukan praktisi bela diri. Ayo kita maju!" seru Feng Shui, mencoba memberi keyakinan pada teman-temannya.

Kelima pemuda itu pun bergerak bersama. Namun, Jian Yu hanya berdiri dengan tenang. Tatapannya tajam, menyapu mereka satu per satu. Dalam sekejap, tubuhnya melesat. Ia menyalurkan Qi ke tangannya, lalu melumpuhkan mereka satu per satu.

Tidak sampai membuat mereka pingsan, tapi cukup untuk membuat mereka ketakutan.

"Kalian hanya berada di ranah Pembentukan Dantian, tapi berani menghadapi aku? Bahkan berani menindas wanita? Kalian ini sampah! Tidak, bahkan sampah pun masih lebih berguna daripada kalian!" suara Jian Yu menggema, penuh amarah.

Kelima pemuda itu meringis kesakitan, terkapar di tanah, hanya bisa menggeliat tanpa daya. Feng Shui menggertakkan giginya, wajahnya merah karena malu dan marah, tapi tubuhnya tak sanggup bangun.

Jian Yu lalu melangkah mendekati kakak beradik yang masih duduk ketakutan setelah melihatnya mengalahkan Feng Shui dan teman-temannya.

Dengan cepat, Lin Lin berdiri di depan kakaknya. Tubuh mungilnya gemetar, tapi ia membentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

"Jangan dekati Kakak Lin Shi! Kalau tidak, Lin Lin akan menggigitmu!" teriaknya dengan suara imut tapi penuh keberanian.

Jian Yu tertegun sejenak, lalu tersenyum. Tawa kecil pun pecah dari mulutnya.

"Hahahaha… kau memang gadis kecil yang hebat dan berani. Tapi tenang saja, aku tidak bermaksud jahat," kata Jian Yu lembut.

Ia mengeluarkan sebuah pil penyembuhan, lalu menyerahkannya kepada Lin Shi.

"Telan ini. Luka-lukamu akan segera sembuh."

Lin Shi ragu sejenak, tapi akhirnya meminumnya. Seketika, bekas luka di lututnya hilang, kulitnya kembali mulus tanpa meninggalkan bekas sedikit pun.

Kakak beradik itu pun terkejut, saling memandang dengan mata melebar tak percaya.

Lin Shi langsung berlutut dan bersujud. Air matanya menetes deras.

"Terima kasih, Tuan… terima kasih. Saya, Lin Shi, tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Tuan. Jadi… saya rela mengikuti Tuan untuk selamanya."

Jian Yu terdiam, bingung menghadapi situasi seperti ini. Ia sama sekali tidak terbiasa diperlakukan dengan penuh pengabdian.

Tak lama, Lin Lin pun ikut bersujud, meniru kakaknya.

"Terima kasih, Tuan, karena sudah menyelamatkan Kakak Lin Lin!" ucapnya dengan suara polos.

Jian Yu semakin bingung melihat kakak beradik itu. Ia akhirnya menghela napas dan mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kalian dari Kota Tianlong, kan? Untuk apa kalian sampai masuk ke hutan ini?" tanyanya dengan penasaran.

Lin Shi menyeka air matanya, lalu menjawab pelan,

"Kami masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar… kayu itu akan kami jual agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejak orang tua kami tiada, hidup kami serba kekurangan."

Mendengar penjelasan itu, hati Jian Yu ikut terenyuh. Ia lalu berjongkok di depan mereka, menatap keduanya dengan lembut.

"Kalau begitu, ikutlah denganku. Kalian tidak perlu merasa sungkan," ucap Jian Yu, lalu dengan spontan menggendong Lin Lin yang masih kecil.

"Tapi, Tuan… kami tidak mau merepotkan Tuan," sahut Lin Shi dengan ragu.

Jian Yu segera membantah sambil tersenyum tipis.

"Tidak perlu khawatir. Aku tidak kerepotan. Dan jangan panggil aku ‘Tuan’, aku tidak suka itu. Panggil saja aku Jian Yu."

Lin Shi terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

"Baiklah… tuan Jian "Jian yu yang mendengar nya pun tersenyum lembut"hmmm..! lebih baik dari yg tadi"Jian yu yg puas dengn panggilannya.

Lin Lin yang ada di gendongan langsung bersorak kecil, wajahnya tampak ceria untuk pertama kalinya.

Mereka pun berjalan memasuki kota tanpa memedulikan Feng Shui dan teman-temannya. Selama perjalanan, tidak banyak percakapan yang terjadi. Lin Lin sudah pulas tertidur dalam gendongan Jian Yu. Saat Lin Shi berniat mengambil adiknya agar tidak merepotkan Jian Yu, ia langsung dilarang olehnya karena khawatir membangunkan Lin Lin.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka tiba di Kota Tianlong. Suara riuh kota masih sama seperti sebelumnya, apalagi karena mereka tiba menjelang sore. Lin Lin, yang puas tidur di gendongan Jian Yu, langsung terbangun karena riuhnya suara sekitar. Ia mengucek matanya lalu berseru dengan suara imutnya:

“Yeyyy..! Akhirnya sudah sampai!”

Lin Shi hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah adiknya, meski di dalam hatinya ia masih merasa sedikit tidak enak kepada Jian Yu. Menyadari hal itu, Jian Yu pun berkata, seolah mengetahui isi hati Lin Shi.

“Kamu bersikap biasa saja, jangan merasa tidak enak, ya.”

Ucapan itu membuat Lin Shi terharu. Dalam hatinya, ia bersumpah tidak akan mengecewakan Jian Yu dan akan membalas semua kebaikannya.

Tak lama kemudian, Jian Yu berhenti di depan sebuah penjaja makanan.

“Paman…! Mie-nya tiga ya, banyakin daging,” ucap Jian Yu sambil memesan. “Lin Shi, duduklah. Kita makan dulu.”

“Tapi, Tuan Jian, saya tidak punya uang untuk membayarnya. Say—”

Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, Jian Yu sudah memotong.

“Duduk saja, biar aku yang bayar semuanya. Malah, mintalah apa saja yang kalian mau. Setelah makan, kita akan mencari beberapa baju dan juga tempat tinggal.”

Melihat ketulusan Jian Yu, keraguan di mata Lin Shi pun semakin berkurang.

Setelah menunggu beberapa saat, pesanan mereka pun datang.

“Selamat menikmati, Tuan dan Nyonya. Apakah ingin menambah pesanan?” tanya si pelayan ramah.

“Tidak usah,” jawab Jian Yu singkat, dan pelayan itu pun segera berlalu.

Mereka bertiga makan dengan lahap, tanpa banyak bicara. Setelah selesai, Jian Yu memanggil pelayan kembali.

“Paman! Berapa semua ini?”

“Totalnya 30 koin perak saja, Tuan,” jawab si pelayan.

Jian Yu langsung mengeluarkan satu koin emas, meletakkannya di meja, lalu berkata,

“Ini, ambil saja. Kembaliannya untuk Paman.”

Pelayan itu pun terkejut, segera membungkuk hormat, lalu mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa syukur.

1
Pakde
lanjut thor
FAUZAL aut: siap tingal di review aja nih Giman cerita nya udah menarik belum
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!