NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Menolak ke rumah sakit

“Kita langsung ke rumah sakit,” ujar Arvenzo tegas.

Velora yang pucat mencoba menggeleng pelan. “Jangan! Aku tidak mau ke rumah sakit. Aku hanya butuh istirahat di rumah.”

Arvenzo menatapnya tajam, nadanya meninggi. “Velora, kamu baru saja tertimpa reruntuhan! Bagaimana bisa kamu masih menolak? Ini bukan waktunya keras kepala. Kamu harus diperiksa secara menyeluruh!”

Velora menghela napas, suaranya nyaris berbisik. “Aku ingin pulang saja, Ar. Aku tidak ingin orang-orang semakin khawatir.”

Arvenzo memejamkan mata sejenak, menahan emosi yang hampir meledak. Rahangnya mengeras, tapi melihat wajah Velora yang pucat dan penuh rasa cemas, ia akhirnya memilih diam. Beberapa detik kemudian ia menoleh pada Tomi yang di depan. “Tomi, hubungi dokter pribadi keluarga. Pastikan dia sudah menunggu di rumah sebelum kami tiba!” ucapnya namun penuh tekanan.

“Baik, Tuan,” jawab Tomi cepat, langsung meraih ponselnya, menghubungi Dokter pribadi keluarga Wardhana.

Velora melirik Arvenzo dengan pandangan penuh rasa bersalah. Ia tahu suaminya sedang menahan marah, tapi ia benar-benar tidak ingin dibawa ke rumah sakit.

Ambulans berhenti di halaman rumah keluarga Wardhana. Arvenzo turun cepat, wajahnya masih menegang penuh kecemasan. Begitu pintu belakang dibuka, ia langsung menggendong Velora dengan gaya bridal, meski Velora sempat menolak pelan.

“Aku bisa jalan sendiri,” bisik Velora lemah.

“Diam. Jangan banyak bicara,” potong Arvenzo dingin, langkahnya mantap memasuki rumah.

Suara langkahnya menggema di marmer rumah besar itu. Dari arah ruang tengah, Mela yang baru saja turun dari lantai dua terkejut melihat pemandangan tersebut.

“Arvenzo! Astaga... kenapa menantuku? Ada apa dengan Velora?” suara Mela penuh cemas, tangannya refleks menutup mulut.

Arvenzo berhenti sejenak, menoleh singkat ke arah ibunya. Suaranya dalam, menahan amarah dan panik yang bercampur jadi satu. “Velora kena musibah di lokasi bencana. Aku sudah panggil dokter Bagus, sebentar lagi dia sampai.”

Mela buru-buru menghampiri, wajahnya pucat melihat Velora yang lemah di pelukan anaknya. “Ya Tuhan... Velora, Nak, apa yang terjadi?” tanyanya lembut, jemarinya menyentuh pelan tangan menantunya itu.

Velora tersenyum tipis, meski matanya berat. “Aku tidak apa-apa, Ma. Hanya sedikit terluka.”

“Sedikit apa, Velora? Lihat kamu terluka dan wajahmu pucat sekali.” Mela menatap Arvenzo dengan sorot khawatir. “Bawa dia cepat ke kamar, jangan biarkan dia di sini lama-lama.”

Arvenzo hanya mengangguk singkat lalu kembali berjalan menuju kamar mereka, dengan masih menggendong Velora erat. Mela menyusul di belakang dengan wajah panik.

Tak lama, dokter Bagus yang sudah dipanggil Tomi datang tergesa-gesa, membawa tas medis. Dokter Bagus langsung memberi hormat singkat pada Arvenzo dan Mela sebelum mendekati ranjang tempat Velora berbaring.

“Permisi, saya periksa dulu, ya,” ucap dokter Bagus tenang.

Velora yang masih pucat hanya mengangguk pelan, sedangkan Arvenzo berdiri di samping ranjang dengan kedua tangan mengepal, matanya tak lepas dari istrinya.

Mela duduk di sisi ranjang, memegang tangan Velora erat-erat. “Sabar ya, Nak. Kamu kuat kok. Mama di sini.” Suaranya bergetar, jelas khawatir.

Dokter mulai memeriksa dengan alatnya menyenter mata Velora, memeriksa denyut nadi, lalu melihat luka di tengkuk yang sudah dibebat sementara. “Syukurlah, tidak ada cedera serius di bagian dalam. Hanya benturan cukup keras di tengkuk dan sedikit memar di bahu.”

Mela langsung menarik napas lega, meski masih menggenggam tangan menantunya. “Ya Tuhan, syukurlah... Mama benar-benar kaget lihat kamu tadi digendong Arven. Hampir saja Mama ikut pingsan.”

Velora tersenyum lemah, suaranya lirih, “Maaf udah bikin Mama khawatir.”

Arvenzo yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. Nadanya rendah tapi tegas, seolah sedang menahan emosi yang tak meledak. “Mulai sekarang, kamu selalu dalam pengawasanku!”

Mela menatap anaknya, ada kelegaan sekaligus rasa hangat karena melihat Arvenzo begitu protektif pada istrinya. Ia menepuk pelan lengan Arvenzo. “Kamu sudah melakukan yang benar, Ar. Jaga terus istrimu. Jangan biarkan dia jatuh sakit lagi.”

Dokter menutup tas medisnya, lalu berkata, “Untuk sementara, nona Velora harus banyak istirahat. Jangan stres, jangan memaksakan diri bekerja dulu. Saya akan tinggalkan obat pereda nyeri dan vitamin.”

Arvenzo mengangguk singkat. “Saya akan pastikan dia istirahat.”

Mela tersenyum menenangkan Velora. “Nak, kamu sekarang fokus pulih dulu, ya. Biar Mama yang urus hal lain.”

Velora mengangguk, matanya berkaca-kaca. Ia merasa bersalah sudah membuat keluarga khawatir, tapi juga hangat karena perhatian yang ia terima.

Arvenzo duduk di tepi ranjang, menatap Velora sebentar lalu meraih selimut, membetulkannya di bahu istrinya. “Tidurlah. Aku di sini.”

Velora hanya mengangguk. Tak lama ia pun tertidur.

...****************...

Matahari pagi menembus jendela kamar, menebarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Velora membuka mata perlahan. Rasa berat di kepalanya sudah agak berkurang, meski tengkuknya masih terasa nyeri.

Saat ia mencoba bangun, suara berat langsung terdengar. “Jangan bangun dulu.”

Velora menoleh. Di kursi dekat ranjang, Arvenzo duduk santai dengan laptop di pangkuannya. Kali ini bukan jas formal yang melekat di tubuhnya, melainkan pakaian kasual sederhana, kaus polos dan celana panjang. Pemandangan yang jarang ia lihat, karena biasanya Arvenzo selalu berpenampilan resmi.

“Kamu dari tadi di sini?” Velora bertanya pelan, sedikit kaget.

Arvenzo menutup laptopnya, lalu berjalan ke arah ranjang. “Aku nggak ke kantor hari ini. Aku kerja dari rumah, di sini sambil jaga kamu.”

Ada jeda hening. Kata-kata itu sederhana, tapi membuat dada Velora hangat.

“Kalau masih pusing, bilang. Jangan sok kuat.” Suara Arvenzo terdengar datar, tapi penuh ketegasan.

Velora menunduk, merasa tersentuh. Biasanya ia hanya mendapat tatapan dingin dan ucapan seperlunya, tapi hari ini berbeda. Ada perhatian di balik sikap kaku itu.

“Aku lebih baik sekarang,” jawab Velora lembut. “Terima kasih, sudah jaga aku semalam.”

Arvenzo menatapnya beberapa detik, lalu menarik napas pendek. “Itu wajar. Kamu istriku.”

Ucapan itu singkat, tapi justru terasa dalam di telinga Velora.

Tak lama, pintu kamar diketuk. Seorang pelayan masuk membawa nampan berisi bubur hangat dan teh. Arvenzo sendiri yang mengambil nampan itu dan meletakkannya di meja kecil dekat ranjang. “Makan dulu terus obat sama vitaminnya di minum. Kamu butuh tenaga biar cepat pulih,” katanya tegas.

Velora menatapnya, separuh tak percaya. “Kamu nyuruh aku makan?”

“Kalau kamu bandel lagi, aku bisa lebih marah dari semalam.” Arvenzo menatapnya serius, namun di sudut matanya ada kelembutan yang sulit disembunyikan.

Velora tersenyum tipis, lalu mengambil sendok. Arvenzo tetap duduk di kursi di samping ranjang, tidak beranjak sedikit pun, seakan memastikan ia benar-benar makan.

Dan pagi itu, tanpa kata manis, Velora tahu Arvenzo memilih menunda pekerjaannya demi dirinya.

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!