Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.
Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.
~~~~
"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."
Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga puluh lima ~ Get well soon Gala
"Dek Gala..." cibir Gala sepeninggal mama.
"Terus aku harus panggil apa? Mbaknya? Sayangku Lala, cintaku Jenggala?" Gala mendengus dengan bibir julidnya.
Sama halnya mama dan papa kini Russel yang berani-beraninya menyentuh kening Gala, heyyy! Apa keningnya terlihat seperti fingerprint untuk absen karyawan?
"Hangat." ucapnya. Ya hangat lah! Kan hidup!
Ponsel Russel bergetar.
"Ada yang mau ngomong sama kamu nih." Ujar Russel. Lalu Russel memberikan ponselnya pada Gala dan terdengar suara lembut seseorang dari sebrang panggilan.
"Assalamualaikum Gala,"
Umi Zahra, sebuah nama indah untuk suara lembut nan menenangkan lainnya.
"Jangan sampai kekurangan cairan ya nak, bisa dari air minum, buah-buahan sama sayur. Di cek rutin ya demamnya, kalau masih belum turun di hari ke 3 harus cek da rah. Khawatir penyakit serius. Ada thermometer di rumah?" Gala menggeleng.
"Nanti aku beliin, mi." Timpal Russel mendengar pembicaraan yang bocor itu.
"Yang ditanya Gala, bukan burung cendrawasih. Sejak kapan kamu punya jubir, neng?" Gala terkekeh suara lembut begitu ternyata bisa berkata bar-bar juga.
"Cepat sehat ya neng. Salam buat keluarga di rumah."
Panggilan itu ditutup. Dan rasanya, entahlah...setelah badai yang dilewati dan ia mau menghadapinya, pelangi datang tak hentinya menyapa hari Gala.
"Kamu bilang tante Zahra kalo aku sakit?"
Russel merotasi bola matanya ke atas seperti sedang berpikir, "emhh, intuisi ibu-ibu kayanya."
Memang anak durhaka. Jelas-jelas ia yang ngumumin di toa masjid keluarga Ananta kalau Gala sakit.
...ANANTA...
(Russel) Assalamualaikum, umma, ayah bunda, abi, umi, saudaraku sekalian. Minta do'anya ya, Jenggala sakit. Semoga cepat sehat kembali.
(Abi Fath) wa'alaikumsalam syafakillah buat Gala.
(Umma Salwa) wa'alaikumsalam, cepet sehat nak cantik. Kapan-kapan bawa main lagi ke rumah Sel...umma belum puas ngobornya.
*ngoblolnya
*Ngobrolnya
😔 faktor U ini...
Disana mungkin anak dan cucunya sudah tertawa terbahak-bahak, namun tak ada yang berani mencelanya di grup sebab takut kena damprat sang umma dan dilempar dari KK Ananta auto ngga dapet bagian warisan, hanya emoticon love dan jempol menanggapi kalimatnya itu.
(Umi Fara) ya ampun. Kebanyakan main sama Ucel begini nih. Syafakillah nak.
(Abi Ray) apa kan abang kata, Jenggala sawan sama anak Dek Ra.
(Umi Zahra) berisik 👊Syafakillah nak cantik. Udah dibawa ke klinik, Sel? Kenapa, apa gejalanya? Nanti kalo lagi jenguk, umi mau ngomong.
(Abang Sadewa) Get well soon, calon mantu. Biasanya kalo begitu minta segera dihalalkan dedek bro @Russel.
(Umi Eyi) nanti kalo sembuh bawa ke rumah dinas abi Ray sama umi, Sel.
(Panji) lah mau ngapain umi?
(Clemira) Lo juga datang Nji, kata Abi sama umi, mau langsung dijodohin sama Lo. Biar Gala ngga si al.
(Bang Saga) Syafakillah Gala.
(Mas Tama) cepat sehat Jenggala.
(Zea) turut berduka. Nona manise apes banget ketemu Ucel langsung sakit 😔
...***Arisan anak-anak Sholeh***...
(**Ryu**) *harus banget ya Kam pret. Di umumin begitu. Kasian gue sama Gala dapet Lo, Sel*.
(***Panji***) *besok-besok kabar Gala bo ker dia info juga di grup keluarga. Sakit aja sekeluarga Ananta tau, kalo Gala masuk RS satu negara dia infoin lewat BPBD*. (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)
(***Cle***)*🤣🤣 bener kata Ze, apes banget Gala dapet cowok macam ini*.
(***Zea***) *malu seumur hidup, sekeluarga, SE RT, SE RW*.
(***Kalingga***) *gue minta alamat rumah Gala, mau jenguk*.
(***Russel***) *ngga usah, udah gue wakilin*.
(***Cle***) *posesifnya si reptil.😔*
(***Ryu***) *yuk, jenguk rame-rame gue tau kok alamatnya. Jangan bawa parsel buah atau kue Ga, Lo bawa seperangkat alat solat aja*.
(***Kalingga***) *lah, terus apa gunanya Lo umumin di grup keluarga, ngga mungkin cuma minta do'a aja kan? Jiwa sosial gue meronta-ronta nih pengen jenguk Gala, bawa dia ke tempat yang indah di Timur terus lamar* *di bawah cahaya rembulan*.
(***Russel***) *gue acak-acak rumah Lo*. *By the way thanks idenya sepupu*.
(**Ryu**) *abis itu Gala liat lo berubah jadi manusia srigala, ya Ga*?
(**Cle**) *keluarga macam apa ini, ya Allah* 😩😩
Sepertinya jika harus, akan ia umumkan ke seluruh dunia bahwa Gala demam. Biar satu dunia tau jika salah satu makhluk cantiknya sedang tak sehat.
Gala membuka bungkusan biskuit yang dibawa Russel lalu memakannya. Sebenarnya sakitnya tak begitu parah. Tapi entahlah, perwira satu ini terlalu berlebihan memborong isian satu supermarket untuknya.
"Ah, yang ini sari kurma. Vitamin herbal, biar kamu makin manis."
Gala menatapnya jengah, Russel dan gombal, adalah satu kesatuan yang cocok. Pantas saja rekannya kemarin bilang kalau dia buaya, memang kelihatan sih.
Gala mengunyah biskuit meski tak begitu berselera, lalu beralih pada jus kemasan dan meminumnya. Russel terlihat senang melihat Gala tak menolak pemberiannya.
Deru suara mesin motor lain datang. Bukan milik Aziz, melainkan Ayunda, ia datang sendirian dan terlihat baru pulang mengajar seperti biasanya. Bahkan wajah lelah dan penat masih terbingkai dari wajah berjilbabnya.
"La, kok diluar. Angin...eh ada Russel." Senyumnya ramah, diantara rok panjang span itu nampak menggusur pelan langkah anggunnya masuk ke dalam.
"Bu."
"Di dalam Sel..."
"Makasih Bu."
Gala memperhatikan wajah Russel yang hanya mengangguk sopan lalu menunduk.
"Ciee." Godanya sepeninggal kak Ayunda, dan Russel hanya tertawa kecil saja.
"Segitu cantiknya dibilang mo nyet." Ujar Gala mencebik menggoda.
Russel menggeleng tak bisa membalas godaan Gala.
"Wajar sih cowok-cowok banyak yang suka sama kak Ayunda. Dia sopan, kalo kata orang tuh apa? Menutup aurat idaman semua laki-laki idaman semua calon mertua, hangat, cantik, bijaksana, dewasa, penyabar, guru pula." Gala seperti sedang membandingkan dirinya dengan kakaknya. Ia juga mengamati dari kejadian yang menimpanya kemarin dan mungkin membuatnya banyak berpikir lagi untuk menjalin hubungan, "siapa juga laki-laki yang ngga suka, apalagi buat dijadiin calon istri, udah paling cocok tinggal angkut."
Gala kembali menyedot minumannya lalu mencomot lagi kue yang telah ia buka dari bungkusannya.
"Insecure ya liat orang, wajar sih. Soalnya yang bisa nilai diri kita bukan kita sendiri. Itu menurut kamu, mungkin menurut orang beda lagi, atau mungkin menurut kakamu beda lagi. Justru mungkin tanpa kamu ketahui, dia yang insecure sama kamu."
Gala mendengus sumbang, "ngga mungkin. Apa yang mau dibandingin sama aku...aku ngga punya kelebihan, kecuali kelebihan nyebelinnya."
Russel tertawa, "nah itu. Dan kamu tau, sebagian pria lebih menyukai perempuan menyebalkan ketimbang perempuan yang iya-iya aja. Akhir akhir ini aku juga begitu, suka perempuan menyebalkan."
Gala serius menatap Russel, dari semua kejadian yang menimpanya sekarang, Gala banyak berpikir, "karena aku adik kak Ayunda? Jadi kamu lebih gampang sukanya?"
Russel menggeleng enteng, "karena kamu lebih mudah disukai orang, jelas."
Gala membuang tatapannya merasa geli, namun ia sangat berusaha untuk tidak senyam senyum sendiri di depan Russel, ia tak mau kegeeran.
"Kamu pernah suka seseorang?" tanya Russel, membuat Gala meliriknya malas, "ngga normal kalo aku jawab engga."
"Terus kamu pernah cari adiknya atau orang yang mirip dia buat jadi pelampiasan?"
"Ya enggaklah! Aku ngga se gila itu." Jawab Gala.
Russel mengangguk, "begitupun aku. Kalau mau, aku udah cari kamu sejak SMA. Kamu dan kakakmu itu pribadi yang berbeda. Dan sekarang aku baru sadar setelah mengenal kamu, makasih loh! Kalau ternyata aku ngga terlalu menyukai semua yang kamu sebutkan dari diri Bu Ayunda tadi. Ngga ada celanya, terus kelebihanku yang mana yang bisa melengkapi dia dong nantinya?"
Gala tertawa kecil untuk itu. Namun tak lama karena kemudian tawa mereka terhenti ketika satu motor datang lagi, ya...itu Aziz yang hanya membungkuk sopan sekaligus menghormat pada Russel, tanpa berkata sepatah katapun.
Namun interaksi tatapan Aziz pada Gala itu, cukup memantik rasa keingintahuan Russel, termasuk raut wajah Gala yang mendadak berubah.
Why? What's wrong? Apa yang tidak ia ketahui?
"Ada kakak ipar kok ngga salim?" tanya Russel memecah suasana yang mendadak canggung itu.
"Salim takzim aku cuma buat calon suamiku aja." Jawabnya lirih terlupa jika 3 hari yang lalu ia melakukan itu pada Russel.
Russel tertawa, membuat Gala mengernyit, "kenapa?"
.
.
.
.
.
gak usah nawar nawarin
mau makan bareng kalean... ooohhh gak bisa , gak bisa masuk tuh makanan ke tenggorokan
maaf ya yunda , aku gak suka sama kamu