Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab15
Tanggal pernikahan pun telah di tentukan yaitu akan dilaksanan dua minggu lagi. Semua persiapan sudah diatur oleh pihak Abizar, namun akad nikah akan dilakukan dikediaman orang tua Avica dan akan ada juga resepsi kecil-kecilan dirumah tersebut. Setelah itu baru akan diadakan resepsi yang mewah karena keluarga pak Adi juga mengundang semua rekan bisnisnya juga Abizar.
H-3 dikediaman orang tua Avica sudah banyak orang untuk membantu memasak dan mempersiapkan semua kebutuhan untuk acara pernikahan atau mantu.
Tepat hari yang telah ditentukan kini Avica telah dirias oleh perias yang telah disewa bu Sarah yang khusus beliau sewa dari kota.
"Dasarnya sudah cantik ya mbak, ditambah make up sedikit aja udah bagus kelihatan tambah cantik." Ucap sang perias pada Avica.
"Mbaknya bisa aja. Terima kasih atas pujiannya." Balas Avica.
"Pasti nanti tuan Abizar pangkling sama mbak Avica." Ucap perias itu lagi. Avica pun hanya menanggapi dengan senyuman.
Selesai dirias lalu Avica barganti pakaian menggunakan baju pengantin yang telah dirancang oleh designer terkenal dan handal tentunya juga pilihan bu Sarah selaku calon ibu mertua Avica. Memang tidak begitu mewah tapi terlihat elegan.
Tokk..tokk..tokk..
"Ca, ini bunda." Ucap bu Linda yang sudah berada didepan kamar sang putri.
"Masuk saja, bun." Jawab Avica dari dalam.
Setelah mendengar sahutan dari dalam bu Linda pun membuka pintu kamar dan masuk kedalam.
"Kamu cantik sekali, nak. Bunda hampir tidak mengenali kamu." Ucap bu Linda karena pangling saat melihat wajah putrinya.
"Bunda ini. Bunda kan juga cantik." Balas Avica.
"Bu, kalau begitu saya izin keluar." Ucap perias disela-sela pembicaraan antara ibu dan anak itu.
"Oh, ya silahkan." Ucap bu Linda.
Setelah kepergian perias itu, Avica langsung berhambur memeluk sang bunda. Ia merasa sedih karena akan berpisah dengan bundanya itu. Avica bukan tidak bahagia dengan pernikahan ini, meskipun pernikahannya bukan didasari atas rasa cinta dan sayang tapi ia rela menjalaninya dengan iklas.
Sedangkan didepan acara akan segera dimulai. Abizar bersiap dan duduk didepan penghulu dan pak Agil.
"Sekarang panggil mempelai wanitanya. Karena acara akan segera dimulai" Ucap pak penghulu.
Salah satu kerabat Avica pun masuk kedalam untuk menjemput Avica.
Pintu kamar terbuka Avica dan bu Linda pun menoleh muncul lah Jeni sepupu Avica. "Mbak Caca, acaranya mau dimulai." Ucap gadis itu.
"Baiklah. Ayo nak kita keluar." Balas bu Linda lalu menggandeng tangan Avica. Jeni juga ikut menggandeng tangan Avica ikut menuntunnya keluar. Avica merasakan jantungnya sangat berdebar karena perasaan gugup dan takut.
Abizar yang sedang menunggu diluar pun juga merasakan hal yang sama meskipun ini bukan lah yang pertama kali. Kali ini jantung nya berdetak lebih cepat. Tak lama muncul lah Avica dari dalam rumah. Karena acara akad dilakukan diluar rumah. Abizar yang melihat Avica begitu cantik pun sangat terpukau tanpa mengedipkan mata. Hingga tidak sadar jika Avica telah duduk disampingnya. Abizar baru sadar saat pak penghulu berbicara.
"Baik, karena mempelai nya sudah ada disini semua mari kita mulai acaranya." Ucap pak penghulu untuk memulai acaranya. Pak penghulu pun menanyakan kesiapan kedua pengantin itu. Setelah semua siap acara akad pun dimulai.
Abizar menjabat tangan pak Agil "Saudara Abizar Adinata bin Adinata saya nikahkan engkau dengan putri saya Avica Anindita binti Agil Setiawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat, emas 100 gram, dan uang 100 juta dibayar tunai." Ucap pak Agil.
"Saya terima nikahnya Avica Anindita binti Agil Setiawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ucap Abizar lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Ucap pak penghulu.
"Sah" Ucapnya serentak.
"Alhamdulillah."
Setelah selesai acara akad nikah dilanjutkan resepsi. Keluarga Avica tidak banyak mengundang tamu. Hanya keluarga dan tetangga terdekatnya saja. Acaranya pun hanya sapai sore hari. Orang tua Avica tidak ingin acara terlalu mewah meskipun semua biaya ditanggung keluarga Abizar.
Malam hari sudah terlihat sepi hanya beberapa orang yang sedang membereskan kursi-kursi dan meja-meja yang digunakan untuk acara tadi.
Kini Avica sudah berada didalam kamar untuk membersihkan wajahnya dari make up yang menempel. Baru setelah itu ia akan mandi untuk membersihkan diri karena tubuhnya terasa sangat lengket. Sedangkan Abizar, pria itu masih diruang keluarga sedang berbincang-bincang dengan keluarga Avica.
"Nak Abi, istirahatlah. Nanti kamu kelelahan. Besok kalian harus pergi ke kota kan." Ucap pak Agil menyuruh menantunya untuk istirahat.
"Baik, yah. Kalau begitu saya kekamar Avica dulu. Mari semuanya." Pamit Abizar pada semua keluarga Avica yang ada disitu.
Sampai di depan kamar Avica, jantung Abizar mulai berdetak lebih cepat. Padahal malam ini ia tidak akan melakukan malam pertamanya bersama istri baru nya.
Tokk..tokk..tokk..
Abizar mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Masuk." Sahut Avica dari dalam. Baru lah Abizar membuka pintu kamar dan masuk kedalam.
Saat menoleh Avica kaget karena ternyata yang masuk adalah Abizar. "Tuan." Ucap Avica.
"Jangan panggil saya tuan, mulai sekarang saya bukan tuan mu lagi. Tapi suamimu." Ucap Abizar pada Avica. Saat mendengar kata suami hati Avica merasa bahagia entah kenapa.
"Lalu saya harus manggil anda apa?" Tanya Avica.
"Terserah kamu, Ica. Saya ingin membersihkan diri, bisa tolong tunjukkan dimana kamar mandinya." Ujar Abizar.
"Kamar mandinya dibelakang mas, harus keluar dulu dari dapur. Nanti dari pintu belakang kelihatan kok kamar mandinya." Jelas Avica pada sang suami.
"Baiklah." Abizar pun pergi kebelakang untuk mencari kamar mandi yang dimaksud Avica tadi. Setelah menemukannya ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tidak bisa mandi berlama-lama karena airnya sangat dingin. Selesai membersihkan diri ia langsung kembali ke kamar Avica, sampai di kamar ternyata Avica sudah tertidur mungkin karena kelelahan. Karena Abizar juga merasa sangat lelah ia juga menyusul Avica untuk istirahat disamping nya. Tidak menunggu lama Abizar pun sudah terlelap.