NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Sang Pewaris

Ibu Pengganti Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Dark Romance
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗


Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.

Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Empat tahun kemudian.

"Selamat ulang tahun, Arnold sayang," ucap Cherry lembut pada putranya.

"Berhenti, Ma. Aku sudah empat tahun, bukan bayi lagi," protes Arnold sambil manyun.

Cherry terkekeh. "Ayo, tiup lilinmu. Tapi jangan lupa ucapkan permintaan dulu."

"Aku nggak mau berdoa, toh nggak pernah terkabul," sahut Arnold polos.

"Kenapa kamu yakin nggak bakal terkabul? Coba saja dulu," bujuk Cherry sabar.

"Aku sudah berdoa sejak umur tiga tahun, Ma, tapi nggak pernah terkabul juga," keluhnya dengan wajah murung.

"Itu butuh kesabaran, Nak. Tidak semua hal datang cepat," jelas Cherry pelan.

Arnold mendengus kecil. "Kalau begitu, aku berdoa untuk yang lain saja."

"Bagus. Nah, coba ucapkan permintaanmu dengan keras. Siapa tahu kali ini berhasil," saran Cherry sambil tersenyum.

Arnold menarik napas, lalu berkata lantang, "Aku mau punya adik perempuan atau laki-laki."

Cherry terdiam seketika. Ruangan langsung hening.

Arnold meniup lilin dengan semangat. "Hore!" teriak Edwin keras-keras, memecah keheningan.

Cherry buru-buru menuntun Arnold. "A-ayo sayang, kita makan dulu."

Arnold tiba-tiba menoleh, menatap ibunya dengan serius. "Mama, kenapa Mama dan Papa belum menikah?"

Cherry tercekat. "Karena Mama dan Papa belum siap," jawabnya hati-hati.

"Kalau begitu… Mama sama Papa saling cinta nggak?" tanyanya polos.

"Hah?" Cherry nyaris tersedak oleh pertanyaan itu.

"Guru bilang, Mama dan Papa saling mencintai, makanya aku bisa lahir. Tapi kenapa Mama dan Papa nggak tidur sekamar?"

Cherry refleks melirik Trevor dan Edwin. Sementara Edwin menahan tawa sampai bahunya berguncang.

"Kenapa, sayang? Kamu nggak mau lagi tidur sama Mama?" Cherry mencoba mengalihkan.

"Aku kan sudah besar, Ma. Mama bisa tidur di kamar Papa lagi," jawab Arnold mantap.

"Arnold, ayo ke kamarmu. Kita buka kado dari paman," potong Edwin cepat-cepat.

Cherry hanya bisa menghela napas, lalu mengikuti mereka ke kamar Arnold.

Arnold membuka kado pertama dari Edwin. "Helikopter remote control! Paman, ini bisa terbang sungguhan?" tanyanya berbinar.

"Iya dong. Kamu suka?" tanya Edwin.

"Suka banget. Makasih, Paman!" jawab Arnold antusias.

"Kalau begitu, sekarang buka kado dari Papamu," goda Edwin, menyerahkan paper bag.

Arnold cepat-cepat membukanya. Matanya membesar begitu melihat sebuah tablet Apple. Ia langsung melompat ke pelukan Trevor.

"Papa beneran beliin! Makasih, Pa!"

"Tentu. Papa kan janji akan kasih apa pun yang kamu mau," jawab Trevor sambil mengusap kepala putranya.

Cherry tersenyum. Ia senang melihat Trevor benar-benar mencurahkan kasih sayangnya pada Arnold, bukan hanya materi.

Tapi Arnold kembali menatap Trevor serius. "Kalau gitu… Papa juga bisa kasih aku adik perempuan atau laki-laki, kan?"

Cherry membeku. Astaga… kenapa pertanyaan itu lagi?

"Ayo, sekarang buka kado dari Mama," Cherry cepat-cepat mengalihkan.

Arnold menerima kado berbungkus kertas rapi. "Wah, Mama bungkusnya rapih banget," puji Edwin.

Arnold mengangguk. "Mamaku memang yang terbaik."

Begitu dibuka, isinya beberapa buku sains. Arnold langsung sumringah.

"Terima kasih, Ma!" Ia memeluk Cherry erat.

"Sama-sama, sayang," Cherry mengecup keningnya.

Arnold tersenyum. "Aku sayang Mama."

"Mama lebih sayang lagi," balas Cherry lembut.

Edwin menggoda, "Romantis banget, ibu dan anak ini."

Arnold menoleh ke Edwin. "Paman, kenapa nggak bikin keluarga sendiri? Umur paman kan sudah tiga puluhan."

Edwin tertawa. "Kamu ngomongnya kayak paman sudah kakek-kakek aja. Susah, Nak. Jarang ada perempuan kayak Mamamu."

Arnold cemberut. "Kenapa harus kayak Mama? Kan bisa yang lain."

"Aku lebih suka yang kayak Mama. Kalau kamu pengen paman punya keluarga… gimana kalau paman nikah sama Mama kamu aja? Terus paman bisa kasih kamu adik."

Cherry langsung melotot.

"Nggak mau!" Arnold membentak. "Mama cuma buat Papa!"

Edwin tertawa kecil. "Kalau ternyata Mama dan Papa nggak ditakdirkan bersama?"

Arnold langsung menatap Cherry. "Nggak, Mama dan Papa saling cinta. Iya kan, Ma? Mama cinta Papa, kan?"

Cherry tercekat. Kata-kata tak keluar. Ia ingin mengiyakan, tapi lidahnya terasa kelu.

"Lihat? Mamamu nggak jawab," Edwin menimpali lagi.

Cherry panik. Trevor, hentikan dia. Aku mulai gugup.

"Cukup," suara Trevor terdengar tegas.

Edwin pura-pura mengangkat tangan. "Oke, oke. Damai."

Tiba-tiba Arnold menangis keras. Cherry terkejut, buru-buru memeluknya.

"Sayang, jangan nangis."

Arnold terisak. "Mama nggak cinta Papa!"

Cherry mengusap punggungnya. "Ssshh… iya, iya, Mama cinta Papa," ucapnya terbata-bata.

Arnold berhenti sejenak, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Beneran, Ma?"

Cherry menelan ludah, lalu mengangguk. "Iya."

Arnold langsung memeluknya erat. "Lihat? Mama cinta Papa. Aku nggak cinta Paman lagi. Aku benci Paman!" bentaknya pada Edwin.

Edwin cemberut, lalu mencoba mendekati Arnold. "Maaf, anak pintar."

"Tidak! Papa, suruh Paman pergi!" Arnold berbalik pada Trevor.

"Edwin, ikut aku," perintah Trevor datar.

Edwin mengangkat tangan. "Oke, oke. Paman pergi dulu."

Begitu Edwin keluar, Arnold baru tenang. Cherry membaringkannya di ranjang.

"Tidur ya, Sayang. Mama mau beres-beres dulu," ucapnya.

Arnold mengangguk kecil, lalu terlelap.

**

"Berhasil!" seru Edwin dengan wajah puas.

Trevor mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"

Edwin mengulurkan tangan. "Ayo, bayar jasaku. Aku berhasil bikin Cherry bilang cinta sama kamu. Kerja bagus kan? Jangan cuma sejuta, kali ini tiga kali lipat."

"Diam," potong Trevor dingin.

"Halah, ngaku aja, kamu seneng. Aku lihat kupingmu masih merah tuh," godanya lagi.

"Kubilang diam!" suara Trevor meninggi.

Edwin mengangkat alis. "Ya ampun, paling nggak ucapkan terima kasih lah."

Trevor mendesah panjang. Ia membuka kabinet, mengeluarkan pistol, dan mengarahkannya tepat ke arah Edwin.

"Astaga! Oke, oke, aku diam! Turunin dulu pistolnya!" pekik Edwin panik.

Trevor akhirnya mengembalikan pistol ke kabinet dan duduk lagi, kembali sibuk dengan laptopnya.

Edwin mendengus. "Brutal banget sih cara ngungkapinnya."

1
Lauren Florin Lesusien
thur buat ini si cerry badas dikit trs peka dan ditak naik bin oon umur udh 24 trs udh punya anak udh tinggal bareng ama bapak dari anaknya trs tinggal diindonesia masak ga ngerti terlalu naif thur dari awal baca sampai ini episode hubungan nya dngan bapak anaknya ga ada kemajuan 🤬🤬
Mia Camelia
lanjut thor🥰
Anonymous
/Shame//Joyful//Shame//Joyful/
Anonymous
/Joyful//Shame//Toasted/
Anonymous
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Anonymous
🩷🩷🩷
Anonymous
oke
Anjani
/Casual//Casual/
halizerena
/Drool//Drool//Drool/
indhpermatas
/Facepalm//Facepalm/
Ayu Lestari
/Smirk//Smirk//Smirk/
azaliannya
/Smile//Smile//Smile//Smile/
DindaStory
oke sih
RaniBaca
ok
Miu Miu 🍄🐰
lanjut kak ♥️
Anonymous
lanjut 😍
Lina ayuu
oke
Silvi
👍👍👍👍
Sania Anugrah
oke
dayana
yey berhasil kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!