Cerita ini lanjutan dari Terjebak cinta CEO Dingin.
Bagaimana jadinya seorang Kafka Arsalan Iskandar yang merupakan pimpinan Black Serpent yang terkenal kejam dan tidak pernah jatuh cinta dalam hidupnya begitu terobsesi pada seorang gadis yatim piatu yang bernama Mahira Salim yang di buang oleh keluarganya setelah kematian Ayahnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.Yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta ulang tahun perusahaan
"Siksa dia!," ucap Arsa pada anak buahnya. Hampir selama dua minggu Olivia disekap baru hari ini ia melampiaskan kemarahannya. Selama dua minggu ini ia disibukkan memperbaiki kekacauan yang di perbuat wanita itu. Meski Olivia adalah sepupunya, tapi ia tidak akan memberikan ampunan pada wanita itu.
"Tunggu!," teriak Olivia.
"Sekarang!," teriak Arsa tidak kalah kencang.
Olivia menjerit kesakitan saat sebuah cambuk mulai di cambukan pada tubuhnya. Wanita itu menatap penuh kebencian pada Arsa yang berdiri dengan angkuhnya.
Bruk
Olivia jatuh tersungkur setelah di rajam dengan kejamnya oleh anak buah Arsa. Wanita itu mengepalkan kedua tangannya menatap Arsa yang berjalan menghampirinya.
"Argh...," teriak Olivia saat Arsa menarik rambutnya ke belakang dengan kuat.
"Kau pikir bisa menghancurkan ku?," ucap Arsa lalu membenturkan kepala Olivia ke lantai. Selama ini ia tidak pernah sedikitpun mengusik wanita itu, bahkan mengenalnya saja hanya sebatas bawahannya saja yang merupakan staf khusus keuangan dan ia ditunjuk sebagai penanggungjawab acara ulang tahun perusahaan tapi wanita ini malah membawa kabur uang perusahaan dan juga uang untuk acara ulang tahun perusahaan.
"Arsa... Gara-gara Ayahmu aku terlahir kedua ini tanpa seorang ayah. Dan aku akan menghancurkan Zaki Iskandar dengan caraku sendiri," ucap Olivia dengan sisa tenaganya. Darah mengalir di pelipisnya dan juga tubuhnya dipenuhi luka cambukan.
"Sebelum kau menyentuh Daddy ku, aku sendiri yang akan membuatmu bertemu ibumu di neraka," jawab Arsa.
"Masukkan dia ke sel, aku ingin dia sendiri yang memohon kematiannya," ucap Arsa pada anak buahnya. Ia segara berdiri dan melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Ia harus segara ke hotelnya di mana ulang tahun perusahaan diadakan di sana. Untuk sang istri, wanita itu akan berangkat bersama Fara.
Sementara itu Mahira mendapati gaun yang dipesankan Arsa malah tidak muat pada tubuhnya. Apakah ia semakin gemuk sekarang?, rasanya ia selalu menjaga berat badannya dan bentuk tubuhnya. Tapi kenapa gaun indah dan elegan yang disiapkan Arsa untuknya malah sempit.
Mahira mencari gaun lain yang ada di lemari. Hanya satu gaun dengan warna senada dengan gaun yang disiapkan Arsa. Tapi gaun itu sedikit terbuka di bagian punggung hingga pinggang dan belahan di bagian rok hingga lutut. Jika ia harus membeli gaun lagi waktu sudah tidak memungkinkan lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 19: 15 malam sementara acara akan dimulai jam 20:00. Dan dengan sangat terpaksa ia memakai gaun itu, masa bodoh nantinya dengan tatapan orang-orang padanya nantinya. Lagian salah Arsa juga menyimpan gaun ini di lemari. Untuk apa coba?.
"Muat," gumam Mahira menatap penampilannya di cermin. Gaun itu di bagian depan tertutup hanya saja di bagian punggung yang terbuka.
"Ah aku benar benar gemukkan sekarang. Padahal aku selalu menjaga pola makan ku," gumam Mahira lalu menyambar tas pesta nya melangkah keluar dari ruang ganti.
Mahira berangkat ke pesta diantar Fara, sang supir pribadi yang diberikan Arsa untuknya dengan setia mengantarnya kemana pun pergi. Ia duduk dengan tenang di kursi penumpang. Entah kenapa tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu sangat pusing. Ia memijit pelipisnya dengan pelan berharap rasa pusing yang ia rasakan perlahan hilang.
"Nona, anda baik-baik saja. Perlu saya hubungi Tuan muda?," tanya Fara memperhatikan Mahira dari kaca spion.
"Tidak usah Bi. Saya baik-baik saja," jawab Mahira mengulas senyuman tipisnya.
Tidak lama mobil yang dikendarai Fara berhenti di depan hotel. Mahira segara turun dari mobil setelah Fara membukakan pintu untuknya. Ia melangkah dengan pelan memasuki lobi hotel dan memperlihatkan undangan yang ia miliki pada penjaga.
Mahira sudah ditunggu oleh sekertaris nya yang beberapa menit yang lalu datang. Ia langsung menghampiri sekretarisnya itu.
"Ayo Bu," ucap Nia sektretaris Mahira di perusahaan.
Mahira mengangguk kecil lalu melangkah masuk ke aula hotel. Ia tersenyum kecil melihat dekorasi aula yang terlihat mewah. Ternyata Arsa merayakan ulang tahun perusahaan dengan sangat mewah.
Mahira bergabung dengan para tamu undangan lainnya. Namun ia tidak melihat keberadaan Arsa, entah dimana suaminya itu saat ini. Ia menoleh ke belakang dimana orang-orang menyebut nama Arsa. Tampak Arsa memasuki aula didampingi Devano, asisten pribadinya dan juga Reski sekretarisnya. Sekilas tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Arsa saat pria itu melewatinya. Ia hanya mengulas sedikit senyumannya lalu mengangguk kecil.
Mahira melangkah menuju meja yang sudah diperuntukkan untuknya dan sekretarisnya. Ia duduk dengan tenang tanpa menyadari seseorang menatapnya dengan tajam.
Sedangkan Arsa yang duduk di mejanya bersama kedua orangtuanya terus memperhatikan Mahira dari kejauhan. Ia merasa kesal karena Mahira tidak memakai gaun yang sudah ia siapkan. Ia terus menatap wanita itu dan memperhatikannya dengan tajam.
Arsa berdiri dari duduknya dan memberikan kata sambutannya. Sepertinya biasa, perusahaan akan mengumumkan karyawan terbaik dan juga memberikan door prize pada para karyawannya. Ia kembali turun dari podium dan acara dilanjutkan dengan makan malam bersama sebelum karyawan terbaik diumumkan.
"Bu, mau saya ambilkan?," tanya Nia pada Mahira yang sejak tadi diam saja.
"Tidak usah Nia, biar nanti saya ambil sendiri," jawab Mahira.
"Kalau begitu saya tinggal sebentar ya Bu," ucap Nia.
"Ya, pergilah!," jawab Mahira.
Mahira menatap sekeliling, ia hanya menganggukkan kepalanya pada rekan bisnis yang tidak sengaja bertatap muka dengannya. Ia membuka ponselnya namun tiba-tiba seseorang merebut ponselnya lalu melemparkannya ke lantai. Ia sedikit terkejut siapa yang melakukan itu padanya.
"Seorang pelayan masuk ke pesta kelas atas, ini tidak salah?," hina orang itu.
Mahira mengepalkan kedua tangannya menahan kekesalannya atas hinaan wanita berpakaian glamor di depannya ini. Ditambah ponselnya yang jelas hancur berkeping oleh wanita ini.
"Saya tidak memiliki urusan denganmu sebelumnya jadi jangan menggangguku," jawab Mahira memasang wajah datarnya.
"Cih...sok sekali kamu, pelayan tetap saja pelayan. Meski kau berpakaian mahal sekalipun," ucap wanita itu dengan tajamnya mendorong bahu Mahira dengan cukup keras hingga Mahira kehilangan keseimbangannya dan kursi yang ia duduki terbaik membuatnya jatuh kelantai.
"Bu Mahira," teriak Nia yang melihat Mahira terjatuh dan langsung menghampiri.
Mahira menahan rasa sakit diperutnya, ia meringis kesakitan."Nia... perutku sakit sekali," ringis Mahira memegangi perutnya.
"Ya ampun Bu Mahira," pekik Nia saat melihat darah mengalir di sela paha Mahira. Ia langsung berdiri berteriak meminta pertolongan.
"Siapapun, tolong atasan saya. Dia berdarah," teriak Nia.
Sementara itu Arsa yang melihat sekretaris Mahira berteriak minta tolong dari kejauhan segara berdiri dari duduknya. Ia berlari menuju meja yang tadinya di duduki Mahira. Apa yang terjadi? kenapa sekertaris Mahira meminta tolong.
"Jangan menyentuhnya!," teriak Arsa saat seorang pria akan menolong Mahira.
Arsa segara menghampiri Mahira setelah pria itu kembali berdiri. Jantungnya berdetak kencang saat melihat darah mengalir di sela paha Mahira.
"Tuan...perut saya sakit sekali," lirih Mahira yang terlihat mulai pucat.
Arsa segara mengangkat tubuh Mahira dan membawanya pergi dari aula hotel."Bertahanlah," bisik Arsa.
Sesampainya didepan Hotel ia langsung menghampiri mobil Fara dan meminta wanita itu untuk mengantarkannya ke rumah sakit atau klinik terdekat.
***
Di Aula hotel terjadi sedikit keributan. Nia, menampar wanita yang sudah mendorong Mahira. Ia tidak terima atasannya diperlakukan seperti ini.
"Cukup, ini ada apa?," tanya Kinar menengahi.
"Resi, ada apa ini?," ucap Kinar beralih pada wanita yang baru saja ditampar oleh Nia. Dia tidak lain adalah Resi, ia sengaja mendorong Mahira berniat mempermalukannya.
"Dia.... mendorong atasan saya Bu hingga terjatuh dan mengalami pendarahan," jawab Nia.
"Atasanmu yang baru saja ditolong anak saya?," tanya Kinar.
"Iya Bu," jawab Nia.
"Kamu ikut saya, bawa saya ke atasanmu itu!," ucap Kinar. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Arsa darinya. Tidak biasanya anaknya itu begitu peka dengan seorang wanita jika tidak ada sesuatu.
"Baik Bu," jawab Nia.
...****************...
Sepertinya akan segara terbongkar ya rahasia mereka berdua.
kebongkar juga di ulang tahun perusahaan
al