Kecantikan selalu diartikan sebagai keberuntungan
Apa yang terjadi ketika kecantikan yang diberikan oleh Tuhan berakhir sebagai kutukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Armand bangun tidur dan segera mandi. Air dingin mengguyur membasahi semua ototnya yang menonjol. Dari leher, bahu dan perut. Setelahnya, dia memilih setelan jas dalam waktu 30 menit. Juga dasi yang sesuai dengan setelan jas.
"Kalau aku duduk apakah terlihat lebih gagah?" tanyanya pada diri sendiri.
Tidak, dia lebih tampak tegap ketika berdiri.
Kalau kaki kanannya lebih maju ke depan, apa dia tampak lebih tinggi? Atau terlalu tinggi? Mengingat tingginya 189 cm.
Apa dia menghadap ke jendela, lalu menoleh saat wanita itu datang? Pose menoleh bagaimana yang bisa membuatnya tampak lebih tampan? Dengan tangan di dagu? Mata menatap lurus ke depan? Tidak. Sepertinya dengan pinggul yang agak mengarah ke belakang.
Lalu ada suara ketukan di pintu, membuat Armand hampir jatuh.
Dia melonggarkan tenggorokan terlebih dahulu sebelum menjawab,
"Masuklah!"
Lalu wanita itu masuk. Dengan pakaian bertema hitam dan putih. Dan riasannya agak sedikit tidak menonjol daripada kemarin. Mungkin karena ini hari pertama wanita itu bekerja sebagai asisten Armand. Ingin tampak lebih natural.
Mata wanita itu terlihat sekali berbinar terang. Pasti karena melihat dirinya yang tampak begitu tampan dan gagah. Dan beberapa detik kemudian dia kecewa. Mata Kirana berbinar bukan karena dia. Terlihat sekali wanita itu lebih tertarik pada apartemen Armand daripada dirinya. Sungguh sia-sia menyiapkan diri dari pagi.
"Ayo berangkat!!"
Pekerjaan wanita itu sebagai asisten di hari pertama cukup baik. Kirana mampu melampaui harapan Armand.
Ada beberapa kesalahan tapi tidak terlalu fatal dan wanita itu dengan sigap memperbaiki. Terlihat jelas Kirana mampu bekerja keras. Armand memang tidak salah memilih orang untuk menjadi asisten pribadinya.
Sesudah 1 bulan, akhirnya Kirana menjelma menjadi asisten pribadi yang baik. Tidak berbeda dengan asisten lamanya yang terpaksa mundur karena perintah ayah Armand. Dan untuk riasan serta gaya pakaian Kirana, dia tak lagi merasa aneh. Malah Armand selalu senang menebak-nebak paduan warna yang dipakai Kirana hari berikutnya.
"Selamat pagi Tuan Armand" sapa Kirana yang pagi ini memakai celana berwarna putih dengan baju kotak-kotak catur. Rambutnya yang keriting diikat di atas seperti air awan hitam.
"Selamat pagi Kirana"
"Hari ini Anda akan bertemu dengan Tuan Riadi. Nama belakangnya sama dengan Anda. Tapi Tuan Adnan Riady ini adalah putra dari Budy Riady, sang konglomerat negeri ini. Bisnisnya begitu banyak seperti akar pohon serabut"
Armand diam dan melihat wajah antusias Kirana.
"Kenapa aku bertemu dengan mereka?"
Seingat Armand, dia tidak pernah memasukkan pertemuan dengan kakek dan ayah ya dalam agenda.
"Saya hanya meneruskan jadwal bulanan dari asisten sebelumnya"
Sial, ternyata mantan asistennya sengaja meletakkan pertemuan ini dalam agenda bulanan. Dan Kirana yang tidak tahu menahu tentang keluarga asli Armand tetap mencantumkan jadwal itu.
"Kapan aku harus bertemu mereka?"
"Malam ini. Anda akan makan malam bersama grup keluarga paling kaya di negeri ini. Dan mereka memiliki nama belakang yang sama. Apa ini pertemuan orang-orang yang bermarga Riady? Sungguh mendebarkan"
Kirana tampak begitu senang. Kalau pertemuan itu Armand batalkan, apakah Kirana akan kecewa?
Masa bodoh!! Hanya makan malam tidak akan membunuhnya.
Malam datang dan Kirana begitu bersemangat mengantarnya pergi ke kediaman Grup Riady.
"Waaahhh besar sekali rumah ini!! Berapa hektar? Mereka bahkan memiliki hutan di dalam rumah. Apa itu? Danau? Dengan jembatan setengah lingkaran? Sungguh indah ketika cahaya bulan menimpa air danau!! Apa kira-kira saya diperbolehkan mengambil gambar?"
Armand malas menanggapi, tapi tak bisa melihat kekecewaan menghiasi wajah asisten pribadinya.
"Aku akan meminta ijin agar kau diperbolehkan" kata Armand.
"Benar!!! Terima kasih Tuan Armand"
Ketika mobil berhenti dan Armand keluar. Semua pelayan menunduk hormat.
"Aku akan masuk dan meminta ijin untukmu" katanya lalu masuk dalam rumahnya sendiri. Meninggalkan Kirana diluar sedang antusias melihat sekeliling.
"Kau datang!!" sapa ibu lalu memeluk Armand.
"Aku hanya memenuhi keinginan asisten baruku"
"Asisten baru?"
"Iya. Dia tidak tahu kalau asisten lamaku memasukkan makan malam ini sebagai agenda bulanan dalam jadwalku"
"Apa dia ada diluar? Bisakah aku menemuinya?"
"Tidak!! Kirana tidak tahu tentangku"
"Kirana? Asistenku seorang wanita? Apa dia cantik? Ibu ingin melihatnya"
"Sebaiknya jangan. Ibu akan terkejut dengan penampilannya yang lain daripada wanita pada umumnya"
"Apa?"
"Percayalah padaku! Kapan makan malam akan dimulai?"
"Setelah kakekmu turun. Pamanmu sedang mengalami kondisi terlemahnya. Tidak bisa hadir pada makan malam hari ini"
Paman memang memiliki tubuh lemah. Dan sejak kecil divonis dan diramal tidak akan hidup lama. Tapi sampai usia 50 tahun, paman tetap bertahan hidup meski tak bisa berbuat banyak untuk bisnis keluarga.
"Aku hanya akan makan dengan cepat"
"Kenapa? Padahal ibu ingin berbincang denganmu malam ini"
"Lain kali"
"Baiklah"
Tapi keinginan Armand untuk segera pulang tak bisa terjadi sesuai dengan keinginannya. Kakek dan ayahnya berhasil menahan Armand untuk tetap duduk di ruang makan dan menerima semua nasehat yang sama seperti sebelumnya.
Dan ketika Armand berhasil menahan diri untuk tidak mengumpat dan kabur, dia berhasil melalui semuanya dengan baik. Armand keluar dari rumah lalu melihat Kirana berjalan keluar dari hutan dengan ibunya.
Apa yang dilakukan wanita itu dengan ibunya? Apa ibunya mengatakan bahwa Armand sebenarnya adalah penerus grup Riady? Tidak boleh. Itu tidak boleh terjadi.
"Tuan Armand!!" teriak Kirana lalu berlari menghampirinya. Tapi kakinya tersandung batu dan Armand segera menangkapnya.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Armand.
Kirana mengangkat wajahnya dan Armand segera melepas wanita itu. Menyebabkan Kirana yang selamat dari kesialan akhirnya jatuh juga. Wajah Kirana ketika diangkat ke arahnya tampak begitu menakutkan. Apalagi ketika disinari oleh sinar bulan.
"Kenapa Anda melepaskan saya?" tanya Kirana.
Armand tidak mungkin menjawab jujur.
"Kau berat" katanya lalu membantu dengan mengangkat kerah belakang Kirana. Seperti mengangkat kucing yang jatuh.
"Apa benar saya berat? Sepertinya tadi Anda ketakutan karena melihat saya"
"Aku takut? Aku tidak pernah takut padamu!"
"Benar. Tadi Anda takut"
"Apa yang kau lakukan dengan ibu ... Nyonya Riady?" tanya Armand.
"Nyonya Riady? Nyonya yang itu? Nyonya itu baik sekali. Memperbolehkan saya mengambil gambar sepuasnya. Pantas saja tampak begitu anggun, ternyata Nyonya kaya raya"
Armand bisa bernapas lega karena ibunya tidak membocorkan identitas Armand yang sebenarnya kepada Kirana. Bagi Armand, Kirana belum siap menerima kenyataan itu.
"Ayo pulang!!"
"Bagaimana bisa Anda mengenal keluarga ini?" tanya Kirana ketika mereka di dalam mobil.
"Seperti katamu, aku diundang karena memiliki nama belakang yang sama" jelas Armand asal saja.
"Benarkah? Grup Riady melakukan hal seperti itu?"
Kalau diteruskan, sepertinya Kirana akan menemukan kebenaran hubungan Armand dan grup Riady.
"Apa agenda besok?" tanya Armand mengalihkan pembicaraan.
"Ada rapat internal pagi besok. Dan malamnya Anda akan bertemu dengan beberapa nama besar. Sepertinya teman-teman Anda" kata Kirana.
Teman? Nama besar? Pasti yang dimaksud Kirana adalah sekelompok teman pengusahanya. Waktunya untuk bersenang-senang sebagai pria dewasa besok malam.