NovelToon NovelToon
Duda Perjaka Dan Cegilnya

Duda Perjaka Dan Cegilnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Damian, duda muda yang masih perjaka, dikenal dingin dan sulit didekati. Hidupnya tenang… sampai seorang cewek cantik, centil, dan jahil hadir kembali mengusik kesehariannya. Dengan senyum manis dan tingkah 'cegil'-nya, ia terus menguji batas kesabaran Damian.
Tapi, sampai kapan pria itu bisa bertahan tanpa jatuh ke dalam pesonanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternodai!

[HARI PERTEMUAN]

MALAM HARI

Damian dan Aletha tiba di sebuah restoran bintang lima, tempat di mana Aletha dan teman lamanya akan bertemu untuk reuni. Ketika mereka sampai di pintu masuk, Aletha langsung menggandeng tangan suaminya mesra, membuat Damian cukup terkejut. "Kamu ngapain tiba-tiba gandeng tangan aku?" tanya Damian.

Aletha dengan santai menjawab, "Kamu kan suami aku, dan sekarang kita mau ketemu teman lamaku. Jadi, aku dan kamu harus kelihatan mesra, biar dia tahu kalau aku punya suami ganteng, CEO, terus romantis."

"Harus banget? Kayaknya nggak perlu deh, kita bisa seadanya, toh gak semua orang juga suka bersikap mesra bersama pasangan di depan banyak orang."

"Tapi aku pengen. Wajib!"

"Kenapa wajib? Apa suami teman lama kamu itu adalah mantan pacar kamu?" Aletha langsung mengangguk mantap.

"Makanya aku ajak kamu, biar aku bisa pamerin kamu ke mantan aku."

"Serius? Kamu mau ketemu teman lama tapi suaminya mantan pacar kamu?"

"Yes."

"Kok bisa?"

"Ya gak tahu, mungkin mereka saling jatuh cinta dan menikah."

"Memangnya kamu gak akan cemburu?" "Ngapain cemburu? Suamiku lebih ganteng kok!"

Pipi Damian memerah, Aletha lagi-lagi membuatnya tersipu.

Damian mendesah. "Ada-ada saja. Lagian kenapa harus banget? Mantan kamu itu kan udah punya istri, gak mungkin kalau dia bakal peduli sama kamu."

"Kata siapa? Kamu gak tahu aja kalau dia cinta banget sama aku, gagal move on dia tuh!"

"Gak percaya. Kalau dia cinta banget sama kamu, gak akan mungkin dia putusin kamu."

"Bukan dia yang mutusin aku, tapi sebaliknya!"

"Kenapa?"

"Orang tuanya gak suka aku, soalnya aku centil katanya."

Damian mengulum bibir, menahan tawa yang akan pecah setelah mendengar jawaban Aletha.

"Heh, kenapa kamu kayak gitu?" tanya Aletha jengkel.

Damian menjawab dengan menggelengkan kepala, "Nggak apa-apa."

"Gak ada yang lucu, jangan ketawa!"

"Tapi itu fakta. Kamu gak sadar kalau kamu centil?" kata Damian akhirnya terkekeh.

Aletha mendelik, ia menarik tangan suaminya dan berjalan masuk ke dalam. Aletha benar-benar menggandeng mesra Damian, ia tak mau melepaskan tangan suaminya dan degan sengaja memamerkan kemesraan itu pada para pengunjung. Damian hanya bisa mengalah, ia tahu Aletha akan merajuk jika tak dituruti.

Aletha menarik Damian mendekati sebuah meja di pojok restoran, tempat seorang wanita berpenampilan anggun tengah duduk sambil memainkan gelas wine-nya. Begitu melihat Aletha datang, wanita itu langsung berdiri dan tersenyum lebar.

"Aletha! Lama banget nggak ketemu!" serunya sambil memeluk Aletha erat.

Aletha membalas pelukan itu dengan hangat. "Akhirnya kita ketemu juga secara langsung setelah sekian lama! Gila, kamu makin cantik aja!"

Wanita itu tertawa kecil. "Ah kamu juga, selalu tampil stunning. Kamu makin cantik dan fresh!"

Setelah berpelukan, Aletha menarik Damian lebih dekat. "Kenalin, ini suami aku. Damian."

Wanita itu menoleh pada Damian dan tersenyum ramah. "Hai, senang bisa berkenalan. Kamu suaminya Aletha ya? Pantas cocok banget."

Bukannya memperkenalkan diri, Damian justru sempat terkejut dan menatap wanita itu dengan pandangan tajam namun berusaha tetap tenang. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Wajah wanita itu tidak asing—dia pernah melihatnya. Bukan dari proyek kerja sama, bukan juga dari lingkungan sosial biasa.

Itu dia. Wanita itu adalah seseorang dari masa lalu yang tak pernah ingin ia hadapi lagi—selingkuhan Bella. Ya, Bella, mantan istrinya. Wanita yang ada di hadapannya saat ini adalah wanita yang saat itu bercinta dengan Bella dan Damian melihatnya sendiri.

Namun, wanita itu tampaknya tidak mengenali Damian. Selain karena Damian tak pernah menemuinya saat itu, mungkin saja Bella juga tak pernah menceritakan pada wanita itu tentangnya.

Damian sempat mengira ingatannya keliru, tapi kini dia yakin. Tak mungkin salah. Ia tak percaya bertemu langsung dengannya dan dapat melihat wanita itu tampak seperti wanita normal biasa (bukan LGBT).

Kini, wanita itu berdiri di depannya. Bersikap sopan. Berpenampilan anggun. Dengan status yang katanya telah menikah. Sulit dipercaya.

"Dam!" ucap Aletha, menyadarkan Damian dari lamunannya.

Damian tersentak dan menyebut namanya, "Damian."

"Kenapa sih? Kamu terpesona sama dia?" bisik Aletha di telinga Damian.

"Nggak," jawab Damian singkat.

Mana mungkin ia terpesona oleh wanita yang suka sesama jenis?

Aletha duduk di samping wanita itu sambil terus menggenggam tangan Damian yang sekarang duduk di sampingnya. "By the way, Delon mana? Kalian kan udah nikah, aku jadi pengen lihat deh kemesraan kalian."

Wanita itu mengangguk santai. "Iya, dia lagi ke kamar kecil. Sebentar lagi balik, kok."

Wanita itu berbisik di telinga Aletha, "Kamu kangen sama dia?"

Aletha terkekeh. "Sama sekali nggak, cuma pengen tahu aja setelah kalian nikah. Gak nyangka juga kalian bisa jadi jodoh, padahal dulu di sekolah kalian sering berantem."

"Ya, namanya juga takdir. Kadang kan musuh bisa jadi cinta," jawab wanita itu santai.

"Iya, aku sama Damian juga gitu. Iya kan, Sayang?" Aletha melirik Damian.

Damian hanya tersenyum simpul dan kembali menatap wanita tadi.

Damian menelan ludah. Ini benar-benar gila. Wanita yang dulu menjadi alasan keretakan rumah tangganya dengan Bella, kini menjadi istri dari pria yang dulu mencintai Aletha. Ironis sekali, pikirnya.

"Namamu siapa tadi?" tanya Damian, berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Ia belum tahu namanya, tadi mungkin ia tak dapat mendengar saat wanita itu menyebutkan nama karena lamunannya.

"Claudia," jawabnya sambil tersenyum lembut. "Claudia Anggraini."

Damian mengangguk pelan. Nama itu semakin memperkuat keyakinannya. Dulu, Bella pernah menyebut nama wanita itu saat Damian bertanya tentang wanita selingkuhan Bella. Damian menatap Claudia cukup lama, tak sangka wanita yang pernah telanjang bulat dan bercinta dengan mantan istrinya kini terlihat bak wanita biasa yang tak memiliki sisi mengerikan.

"Apakah sekarang Bella selalu berusaha mendekatiku karena kekasihnya ini sudah menikah?" tanya Damian dalam hati.

Mengingat bagaimana akhir-akhir ini Bella sering mendekatinya dan mengajak untuk 'balikan', Damian mulai berpikir bahwa itu semua dilakukan oleh Bella karena Claudia telah memiliki suami dan mungkin saja hubungan mereka sudah berakhir.

Ia juga jadi yakin bahwa Bella benar-benar ingin menjadikannya sebagai pelampiasan.

Damian mengalihkan pandangannya ke gelas minuman di depannya, menyembunyikan gejolak batinnya. Pertemuan ini jauh lebih aneh dari yang ia bayangkan.

Tak lama kemudian, seorang pria datang dari arah toilet dan menyapa mereka. Aletha balas menyapa, pria itu mendekati Aletha dan menjabat tangannya.

"Hai, Aletha... Lama gak ketemu," katanya dengan senyum manis.

Pria itu memang manis, kulitnya kuning langsat dan memiliki wajah cukup tampan dengan lesung pipi yang terlihat mempermanis wajahnya saat tersenyum.

"Delon, kamu gak banyak berubah!" ucap Aletha.

"Kamu juga, makin cantik aja, Al," kata pria itu sambil duduk di samping Claudia.

Aletha tersipu malu. Anehnya, walaupun Delon memuji Aletha di hadapannya, Claudia tampak bersikap biasa saja, seolah tak merasa cemburu sama sekali layaknya wanita lain saat pasangan mereka memuji wanita lain.

Damian menyadari sesuatu, Claudia tampaknya masih sama (suka sesama jenis), sehingga walaupun suaminya memuji wanita lain itu bukan masalah besar untuknya.

"Eh, Delon. Kenalin, ini suamiku, namanya Damian," Aletha mengenalkan Damian pada mantan pacarnya itu.

Delon mengulurkan tangan pada Damian untuk bersalaman. "Delon."

Damian menerima uluran tangannya. "Damian."

"Sebentar, sepertinya saya kenal Anda," ucap Delon kemudian.

Damian mengernyitkan dahi. "Kenal saya? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Tidak, mungkin bukan bertemu secara langsung, tapi saya kenal Anda dari sebuah kartu nama..." Delon mencoba mengingat, hingga akhirnya berkata, "Ya, Anda Damian Alexander Pramono, kan? CEO dari perusahaan PR GROUP."

Damian mengangguk. "Benar. Saya memang CEO di PR GROUP."

"Kebetulan ayah saya salah satu klien dari perusahaan Anda. Namanya Pak Hadiguna, makanya saya sempat baca kartu nama Anda."

Damian mengangguk paham. "Oh, ya."

Delon tersenyum makin lebar sambil menatap Aletha dengan tatapan hangat. "Dulu waktu sekolah, Aletha ini terkenal banget, loh. Banyak yang suka, tapi dia tuh pilih-pilih banget. Tapi ya wajar, karena dia memang paling menonjol di antara kita."

Aletha hanya tertawa kecil. "Yah, itu kan dulu. Sekarang aku udah jadi istri orang, jadi gak bisa pilih-pilih lagi," katanya sambil melirik Damian, berharap suaminya tidak salah paham.

Damian hanya mengangguk kecil, walau matanya terus mengawasi Delon yang tampak terlalu nyaman menatap istrinya. Satu-dua kali Delon sempat melempar pujian seperti, "Kamu makin dewasa ya, Al," atau "Aku masih ingat banget dulu kamu nempel banget kalau jalan bareng". Dan setiap kali itu pula, Damian merasa ada yang mengganjal.

Claudia sendiri tampak asyik dengan gelas winenya, sesekali ikut tertawa namun lebih banyak diam mengamati suasana. Tapi dari caranya menanggapi Delon, tampak jelas bahwa ia tidak menganggap apapun yang dilakukan suaminya itu sebagai sesuatu yang serius.

"Al, kapan-kapan kita ketemu lagi. Makan bareng atau apa aja gitu, biar bisa mengingat masa-masa SMA dulu," ujar Delon antusias.

"Boleh. Aku juga kadang pengen nostalgia," jawab Aletha setuju.

Damian yang sejak tadi diam, mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Aletha, lalu tanpa berkata apa-apa, lengannya melingkar ke bahu Aletha. Diraihnya istrinya itu dalam pelukan lembut yang tidak biasanya ia lakukan di depan umum. Bahkan Aletha sempat terdiam sejenak, terkejut akan gerakan spontan Damian.

"Sayang, kamu kelihatan cantik banget malam ini," bisik Damian pelan, cukup untuk didengar Aletha dan—tentu saja—Delon.

Aletha tersenyum manis, matanya melirik Damian penuh tanya. "Tumben romantis banget?"

Damian menjawab dengan senyum penuh makna, "Wajar, kan seorang suami memang harus sering memuji istrinya."

Damian lalu menatap Delon dan berkata ramah, "Saya rasa pertemuan seperti yang kalian bicarakan tidak seharusnya dilakukan. Kalian sudah sama-sama menikah, kalian pernah menjalin hubungan di masa lalu. Jika kalian bertemu untuk mengingat masa itu, bukan hal yang bagus untuk kelanjutan hubungan kalian bersama pasangan. Dan, saya mungkin harus menjaga istri saya mulai sekarang, apalagi kalau yang ingin ditemuinya adalah mantannya. Bisa-bisa saya kehilangan konsentrasi setelah dia pergi."

Delon tertawa, tapi ada sedikit nada kaku di suaranya. "Tenang aja, Bro. Sekarang kita semua sudah dewasa. Masa lalu ya biarlah jadi kenangan."

"Tepat sekali," sahut Damian cepat. "Dan tugas saya adalah memastikan masa lalu itu tidak terlalu sering datang menghantui masa kini."

Claudia meneguk winenya, menahan senyum geli melihat situasi yang mulai memanas tipis-tipis. Aletha, meski merasa lucu, juga sedikit senang melihat Damian yang biasanya cuek, kini tiba-tiba menunjukkan sikap posesif yang manis.

Damian tiba-tiba mendekat lagi dan mencium pipi Aletha, hingga membuat wanita muda itu terbelalak, ciuman lembut itu benar-benar ia rasakan di pipinya.

Aletha menatap Damian dan bertanya, "Kenapa... tiba-tiba cium aku?"

Damian tersenyum manis. "Gak apa-apa, kan kita masih pengantin baru. Lagi mesra-mesranya."

Damian sengaja melakukannya agar Delon melihatnya, niatnya agar Delon tahu kalau yang ia hadapi adalah suami yang mesra terhadap istrinya. Damian tak suka Delon, apalagi ketika pria itu bersikap sok akrab pada Aletha.

"Wah, sepertinya kalian sangat mesra sekali," ucap Delon.

"Ya, begitulah... Maklum, namanya pengantin baru gak bisa menahan diri walaupun di tempat umum," jawab Damian.

Aletha menyikutnya. "Apaan sih?"

"Diam," bisik Damian.

Aletha membuang napas kasar, tak menyangka Damian akan berbuat sejauh itu, padahal hanya diminta untuk pura-pura mesra saja.

Delon tertawa lagi, namun ia terlihat tak nyaman dengan kelakuan Damian.

Beberapa menit kemudian, Damian bangkit dan melingkarkan tangannya di pinggang Aletha dengan mesra.

"Kami pamit, sudah terlalu malam dan kami mengantuk," ucapnya.

Claudia dan Delon pun berdiri.

"Kenapa buru-buru?" tanya Claudia.

"Biasa, mumpung stamina masih bagus jam segini. Cukup untuk beberapa ronde," jawab Damian sekenanya.

Mata Aletha membulat dan pipinya langsung memerah. Ia menyikut lengan Damian dengan keras, membuat pria itu tertawa pelan tanpa rasa bersalah.

"Damian!" desis Aletha, malu bukan main.

Delon hanya tertawa canggung, sementara Claudia terkikik geli, jelas menikmati kekakuan yang timbul di antara mereka.

"Aduh, Damian… kamu ini lucu juga, ya," ujar Claudia sambil mengangkat gelasnya. "Tapi aku ngerti, kadang suami posesif itu justru manis... dalam batas tertentu."

"Terima kasih," balas Damian santai. "Saya hanya menjaga apa yang sudah jadi milik saya."

Delon mencoba tersenyum, tapi jelas dari sorot matanya bahwa ia sudah cukup tidak nyaman. Damian berhasil menegaskan batas, dan ia tak ingin terus-terusan jadi sasaran.

"Baiklah, hati-hati di jalan ya," kata Delon akhirnya, mencoba menjaga suasana tetap sopan.

Aletha hanya mengangguk, menarik lengan Damian sambil mengucapkan salam singkat pada Claudia.

Setelah keluar dari restoran, Damian tetap memeluk pinggang Aletha sampai mereka masuk ke dalam mobil. Baru setelah mesin dinyalakan, Aletha bersuara.

"Kamu kenapa sih? Sampai cium pipi segala... ngomong ‘beberapa ronde’ pula. Itu gila. Malu-maluin!"

Damian melirik Aletha sekilas, lalu menatap jalan. "Kamu yang minta aku pura-pura mesra, kan?"

"Iya, tapi nggak segitunya juga..." Aletha menghela napas, tapi tak bisa menyembunyikan senyum kecil yang mulai muncul di sudut bibirnya. "Tapi kamu... agak keren juga tadi."

Damian tersenyum puas. "Makasih. Aku cuma gak suka kalau ada cowok lain sok akrab sama istriku. Apalagi mantan."

"Kamu cemburu?" Aletha menatap Damian penuh selidik.

Damian tak langsung menjawab. Beberapa detik ia diam, lalu berkata pelan, "Mungkin."

Seketika suasana di dalam mobil berubah. Aletha menoleh ke arah Damian, mencoba membaca wajahnya dalam gelap. Hatinya berdebar, ada sesuatu yang hangat merambat dalam dada.

"Mungkin?" Aletha mengulang dengan nada menggoda.

Damian akhirnya menoleh padanya. "Ya. Mungkin aku mulai merasa... kamu terlalu penting untuk sekadar jadi bagian dari pura-pura."

Aletha menatap Damian, terdiam, kata-kata itu seperti angin lembut yang menyentuh hatinya.

Malam itu, perjalanan pulang mereka lebih hening, tapi juga lebih dalam. Banyak yang belum dikatakan, tapi semuanya terasa cukup... untuk sekarang.

*****

[RUMAH DAMIAN]

Setibanya di rumah, Aletha yang sudah sangat mengantuk langsung menjatuhkan diri di atas kasur. "Duh… akhirnya sampai juga. Aku capek banget…"

Damian menutup pintu kamar dan ikut masuk, lalu berkata sambil membuka dasinya, "Ganti baju dulu, jangan tidur sebelum ganti baju dan bersihkan make-up."

"Tapi aku ngantuk banget…" gumam Aletha manja, matanya sudah setengah tertutup.

"Ganti baju, Aletha. Make-up juga bisa membuat kulit rusak, kan? Kamu yang sering bilang seperti itu."

"Nggak bisa… mataku berat… udah tinggal beberapa watt aja nih... Aku..." dan suara Aletha menghilang dalam gumaman kantuk. Damian menggeleng, lalu duduk di sisi kasur, menggoyang pelan bahu istrinya.

"Aletha, bangun. Seenggaknya bersihkan make-up nya dulu."

Aletha hanya menggeliat sebentar dan tetap tidak bergerak. Damian akhirnya menarik perlahan tangannya, mencoba membangunkannya. Ia tak mau nantinya kulit Aletha rusak hanya karena make-up yang terbawa saat tidur.

Namun alih-alih bangun, Aletha justru menarik tangan Damian dengan malas—dan tanpa sengaja membuat Damian jatuh menimpanya.

"Hup!"

Brukkk!

Tubuh Damian kini tepat di atas tubuh Aletha. Aletha yang tadi sudah hampir tertidur, kini matanya terbuka dengan lebar setelah tubuh besar suaminya menimpa tubuhnya. Mata mereka bertemu. Napas Damian tertahan, Aletha membeku. Jarak mereka… nyaris nol. Dan untuk beberapa detik, dunia seperti membisu.

Tanpa berkata apa pun, Damian menunduk perlahan, lalu mencium bibir Aletha dengan lembut namun bertahan cukup lama. Ciuman pertama mereka. Hangat, tenang, dan mengejutkan.

Aletha yang awalnya hanya membelalak, tiba-tiba tersadar dan mendorong dada suaminya dengan wajah memerah.

"Damian! Kamu… kamu udah nodai aku! Dasar gay!"

"Aku ternoda oleh pria gay, omegot! Omegot!" teriak Aletha sambil bangkit.

Damian terdiam. Lalu... tertawa dalam hati.

Aletha makin salah tingkah, buru-buru pergi dari tempat tidur dan menuju ruang ganti. "Aku ganti baju dulu! Jangan ngintip! Kalau ngintip, mata kamu bintitan!"

Damian hanya menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur, senyum puas tersungging di bibirnya. "Ternodai oleh suami sendiri. Dramanya dapet banget. Dasar Drama Queen."

Dari balik pintu ruang ganti, suara Aletha masih terdengar, "Dasar nyebelin… malam ini dia udah nodai aku dua kali, astaga!"

Damian mendengar gumaman itu dan tertawa pelan. Malam itu, entah kenapa, terasa berbeda. Seolah hubungan mereka baru saja memasuki babak baru.

"Lembut sekali bibirnya..." gumam Damian.

BERSAMBUNG...

1
amilia amel
duhhhh gedeg banget sama si Bella, masih merasa sok karena dia pikir Damian masih begitu mencintainya
padahal Damian sudah menemukan pelabuhannya
amilia amel
nanti kalo ketemu Bella lagi kamu berubah pikiran lagi....
selesaikan dulu masa lalumu dam
amilia amel
tenangkan dirimu ale.... pergilah untuk mengobati hatimu dulu
amilia amel
sabar ya Aletha, kalo Bella pake cara licik untuk mendapatkan damian kembali
kamu harus menggunakannya cara yang lebih licik tapi elegan untuk menjaga Damian yang sudah jadi milikmu
amilia amel
duh sweet banget Damian, walaupun belum sepenuhnya mengakui perasaannya pada Aletha
amilia amel
pasti sebagai perempuan apalagi istri, sedih sekali dengan kalimat seperti itu apalagi yang mengucapkannya sang suami
amilia amel
awas ketagihan lho Dam....
amilia amel
gak sabar saat Aletha tau kalo Damian laki-laki normal
amilia amel
ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!