Nerina Oceana, seorang mermaid muda, ditugaskan oleh ibunya, sang ratu, untuk menyelidiki hilangnya beberapa mermaid di daratan. Misinya berubah rumit saat ia bertemu Ethan Blackwood, pria yang pernah ia selamatkan. Tanpa Nerina ketahui, Ethan menyimpan rahasia keluarga kelam yang terkait dengan dunia mermaid. Kini, Nerina dihadapkan pada pilihan sulit: mengikuti kata hati dan bersama Ethan, atau mengkhianati cintanya demi membalaskan dendam klannya?
Dukungannya teman teman dengan like dan komen ❤️❤️❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Pengorbanan
Di dalam rumah megah itu, suasana begitu hening. Hanya terdengar suara detak jam tua di dinding. Ravendra berjalan masuk ke ruang tamu dengan senyum tipis, sedangkan Ethan baru saja menaruh helmnya di meja.
"Kapan ayah pulang?"tanya Ethan yang ikut duduk di samping Ravendra.
"Tadi siang,waktu kamu masi di sekolah"ucap sang ayah sambil menyesap kopinya.
"Jadi ayah udah ga ke laut lagi?"tanya Ethan pelan.
"Ayah belum menemukan yang ayah cari di laut,makanya tiga hari lagi ayah mau pergi ke laut. Kamu jaga diri di sini ya"ucap Ravendra sambil mengelus pucuk rambut putranya.
"Tapi,aku takut ayah pergi meninggalkanku seperti ibu"ucap Ethan kedua bola matanya menatap sang ayah.
"Sudahlah Ethan,lupakan ibumu. Ayah dilaut masi ada kerjaan dan masi mau mencari jasad ibumu itu"ucap Ravendra lalu berjalan meninggalkan putranya.
"Kenapa ayah selalu pergi ke laut?"batin Ethan kesal.
🐳🐳🐳🐳
Sedangkan di rumah Paman Jason,Nerina dan Alia sudah berada di dalam kamar. Nerina mulai membahas kejadian kejadian di rumah Ravendra.
"Bagaimana kita bisa menyelinap masuk tanpa diketahuin mereka?"tanya Nerina sambil berjalan mondar mandir.
"Kayaknya susah deh,apa lagi di sana penjagaannya ketat banget"ucap Alia yang duduk di kasur.
"Tapi mau ga mau kita juga harus masuk ke sana buat cari tahu"kata Nerina.
"Itu mustahil banget,kalau kita bisa bebas keluar masuk rumah itu"ucap Alia bingung.
Nerina berhenti mondar-mandir, matanya menajam seakan menemukan jalan keluar.
"Kita harus manfaatin Ethan" ucapnya tegas.
"Dia anak Ravendra. Itu tiket kita masuk ke rumah itu" Nerina menatap Alia.
Alia sontak berdiri, wajahnya kaget.
"Apa? Ner, lo serius? Itu… itu gila! Dia kan baik sama lo. Sepertinya dia juga nggak tahu apa-apa soal ayahnya"ucap Alia pelan.
"Justru itu" potong Nerina cepat, suaranya dingin.
"Dia nggak tahu, jadi kita bisa selip masuk tanpa bikin dia curiga. Selama dia dekat sama aku, dia pasti nggak akan nolak kalau aku minta sesuatu. Itu kesempatan kita"ucap Nerina tegas.
Alia mengerutkan kening, menatap Nerina tak percaya.
"Ner lo sadar kan kalau lo mulai suka sama Ethan? Dan gue yakin Ethan juga punya rasa ke lo. Masa lo tega manfaatin dia gitu aja?"
Wajah Nerina menegang, lalu ia mengalihkan pandangan ke jendela yang basah oleh sisa hujan.
"Perasaan aku nggak penting, Al. Yang penting, klan kita bisa selamat. Kalau harus jadi dekat sama Ethan untuk dapat jalan masuk, aku akan lakukan dan lupain perasaanku buat Ethan"
"Ner…" suara Alia melembut, ada rasa iba.
"Aku bukan anak kecil lagi" Nerina melanjutkan dengan suara mantap.
"Kalau aku harus jadi orang jahat di mata Ethan, biar. Lebih baik satu hati hancur daripada seluruh klan musnah"
Alia terdiam, dadanya sesak mendengar itu. Ia bisa melihat jelas kalau Nerina sebenarnya denial menekan perasaan sukanya pada Ethan, menukar itu semua dengan misi besar yang menunggu.
"Ner, tapi kalau suatu saat Ethan tahu lo manfaatin dia, lo siap nerima resikonya?" tanya Alia pelan.
Nerina menutup mata sejenak, lalu menghela napas panjang.
"Aku akan siap. Karena yang aku lakukan ini bukan buat aku tapi buat semua mermaid yang masih terjebak"
"Tapi kamu yakin kan ga bakal ada perasaan di misi ini?"tanya Alia pelan.
Di dalam hati Nerina sebenarnya ada rasa bingung apa dia bisa menekan perasannya untuk klannya atau ia malah ikut hancur dalam perasaannya.
"Aku Yakin,mau ga mau ini memang tugas yang dibuat bunda"ucap Nerina tegas walau sorot matanya menyimpan kesedihan.
"Kalau kamu yakin,aku bakal bantu kamu"ucap Alia sambil menepuk pundak Nerina.
"Makasih ya Al"ucap Nerina sambil tersenyum.
"Mulai besok aku bakal mencoba deketin Ethan"ucap Nerina kedua bola matanya menatap ke arah jendela.
Alia ikut menatap keluar jendela bersama Nerina, seolah ikut merasakan beban yang sedang ditanggung saudaranya. Hening beberapa saat, sebelum Alia membuka suara dengan lirih.
"Kalau gitu aku juga harus deketin Jacob" ucap Alia pelan tapi mantap.
Nerina menoleh cepat. "Apa?"
"Ya. Supaya kita bisa terus berada di sekitar Ethan tanpa bikin dia curiga. Kalau aku deket sama Jacob, aku bisa pantau pergerakan mereka. Sekaligus aku bisa bantu kamu, Ner. Kamu nggak akan sendirian"
Nerina terdiam, matanya menyelidik ke wajah Alia. Ada sesuatu di balik tatapan saudaranya itu sebuah keteguhan, meski jelas terlihat berat untuk diucapkan.
"Al… kamu yakin?" tanya Nerina dengan suara rendah.
"Jacob dia jelas suka sama kamu tapi kamu juga ada rasa sama dia. Bahkan kamu rela ngejauh tapi semua itu bakal sia sia Al buat perasaan kamu"
Alia tersenyum getir.
"Justru karena itu aku harus belajar ngelepasin, Ner. Kalau dengan mendekat ke Jacob kita bisa deketin Ethan, dan akhirnya nyelametin klan kita ya itu harga yang harus aku bayar" ucap Alia lirih.
Hati Nerina terasa perih mendengar itu. Sama seperti dirinya, Alia juga memilih menekan perasaan cintanya demi misi besar ini.
"Mungkin kita berdua emang ditakdirin gini" gumam Nerina lirih.
"Bukan buat jatuh cinta, tapi buat berkorban demi keselamatan kaum mermaid"
Alia menepuk tangan Nerina dengan lembut.
"Kita masih bisa jatuh cinta, Ner. Tapi nanti setelah semua ini selesai. Kalau Tuhan kasih kesempatan" ucap Alia pelan.
Mata Nerina berkaca-kaca, namun ia paksa bibirnya membentuk senyum tipis.
"Iya… setelah semua ini selesai. Semoga tuhan kasih kita kesempatan"
Kedua mermaid itu saling berpegangan tangan erat. Dalam hati, mereka sama-sama sadar mulai besok, permainan akan dimulai. Mereka harus berpura-pura, mendekati orang yang diam-diam mereka cintai, sambil terus menekan perasaan sendiri. Sebuah pengorbanan yang terasa seperti belati, perlahan-lahan melukai hati mereka.
🧜♀️🧜♀️🧜♀️
MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE,KOMEN DAAN VOTE SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHHH