Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih menetap di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikut. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
"Alaric, keruangan saya sebentar." Miranda meminta Alaric untuk keruangan nya.
Alaric mengangguk, kemudian menghentikan pekerjaannya. Alaric mencuci tangannya terlebih dahulu. Baru kemudian ia keruangan Miranda.
Alaric mengetuk pintu, kemudian ia masuk setelah mendengar suara perintah dari dalam.
"Ada apa Bu boss?" tanyanya.
"Duduklah," pinta Miranda.
Alaric dengan sopan duduk berhadapan dengan Miranda. Alaric kembali bertanya tentang keperluan apa Miranda memanggilnya.
"Heri sudah di tangkap. Dan katanya sekarang sudah di dalam sel tahanan. Polisi bilang, dia sudah mengakui semuanya," kata Miranda.
"Apa tindakan Bu boss selanjutnya?" tanya Alaric.
"Justru saya yang ingin bertanya ke kamu," ujar Miranda. "Apa kamu ingin menuntut nya?" tanya Miranda.
"Untuk memberikan efek jera. Menurutku lebih baik biarkan dia menjalani hukuman," jawab Alaric.
Miranda manggut-manggut. Dia sependapat dengan Alaric. Karena tidak ada lagi yang ingin di bahas, Alaric pun meminta izin untuk kembali bekerja.
"Tunggu!"
Alaric tidak jadi hendak membuka pintu. Alaric kembali menghadap ke arah Miranda. Miranda membuka laci lalu mengeluarkan tiket.
Alaric tahu tiket itu adalah tiket untuk menonton pertandingan balapan motor yang akan di selenggarakan tiga hari lagi.
"Ini untuk mu," ucap Miranda menyerahkan tiket VIP.
Alaric ragu untuk mengambilnya. Ia juga sudah di beri oleh Indah tiket VIP juga. Miranda mengangguk agar Alaric segera mengambilnya.
"Ini pasti mahal ya Bu boss?" tanya Alaric. Alaric tidak tahu cara menolaknya, jadi dia hanya bertanya seperti itu berharap Miranda tidak jadi memberikannya.
"Ambil saja, lagipula tidak setiap hari ada balapan seperti itu," jawab Miranda.
Alaric pun terpaksa mengambilnya. Kemudian Alaric segera keluar dari ruangan itu.
"Lebih baik aku berikan saja kepada Boni. Mungkin dia suka nonton balapan motor," gumam Alaric.
Saat makan siang Alaric pun memberikan tiket itu kepada Boni. Boni yang memang ingin menonton balapan pun kegirangan bukan main.
"Kamu dapat darimana?" tanyanya.
"Bu boss yang ngasih, tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Termasuk Bu boss sendiri," ujar Alaric.
Boni mengangguk setuju. Apalagi itu tiket VIP, pasti akan di layani dengan baik nantinya. Boni semakin semangat bekerja. Kalau dia sendiri tidak mungkin bisa membeli tiket itu. Apalagi kalau tiket VIP.
Boni pun berterima kasih kepada Alaric. Boni juga meminta maaf kalau dia tidak bermaksud memanfaatkan Alaric.
Namun Alaric mengatakan kalau dirinya tidak merasa di manfaatkan oleh Boni. Selagi ia mampu, tidak ada salahnya menolong.
...****************...
Waktu yang di nantikan pun tiba. Dexter, Denzel, Alberich dan Alderich datang untuk menjemput Alaric.
"Sudah siap?" tanya Denzel.
"Sudah nih, tapi maaf ya, aku naik motor saja. Sebab aku mau jemput Boni dulu untuk berangkat bersama," jawab Alaric. "Kalian duluan saja," tambahnya.
"Baiklah. Oh ya, aku sudah pesan tiket untuk kita berempat," kata Denzel.
"Aku sudah punya satu, di kasih oleh Indah," ujar Alaric.
"Kakak ipar? Kakak di kasih tiket oleh kakak ipar?" tanya Alderich.
"Jadi rumor itu benar?" tanya Dexter.
"Nggak lah, kita cuma teman kok. Lagipula waktu itu dia di culik, jadi kami bertiga yang selamatkan," jawab Alaric.
"Kenapa nggak ngajak aku? Sudah lama tidak berantem nih," tanya Denzel.
Alaric tidak menjawab, ia memakai helmnya dan naik ke atas motor. Kemudian langsung pergi begitu saja.
"Tuh anak kenapa sih?" tanya Denzel.
"Abaikan saja Kak," jawab Alderich.
Kemudian mereka pun pergi ke tempat sirkuit balapan motor. Jalanan cukup lenggang, jadi mereka pun secepatnya sampai di tempat balapan.
Mereka menunggu Alaric untuk masuk bersama-sama. Tidak berapa lama Alaric datang bersama Boni.
"Kenapa belum masuk? Sebentar lagi mulai," tanya Alaric.
"Kita nungguin kamu, biar sama-sama masuk," jawab Dexter.
Boni sempat bingung saat melihat Alberich dan Alderich. Kemudian dia menoleh lagi ke Alaric.
Mereka bertiga sangat mirip, dari postur tubuh, wajah, bahkan warna rambut. Sementara Dexter dan Denzel keduanya juga mirip.
"Al, mereka?" tanya Boni.
"Oh iya, lupa mau ngenalin. Ini kakak-kakak ku, dan ini adik-adik ku," jawab Alaric.
"Tunggu, tunggu, tunggu. Kalian kembar?" tanyanya. Boni masih bingung saat ini.
"Yuk masuk!" ajak Alaric. Alaric menarik tangan Boni mengajaknya masuk.
Boni masih bingung dengan situasi ini. Dia memang tidak tahu latar belakang keluarga Alaric. Dan sebenarnya Boni juga tidak mempermasalahkan soal latar belakang keluarga.
Tapi setelah melihat Alberich dan Alderich yang benar-benar mirip dengan Alaric, di tambah lagi Alaric mengatakan jika mereka adalah saudaranya.
Boni berpikir keras, siapa sebenarnya Alaric. Jika memang orang kaya, kenapa tinggal di rumah kontrakan sederhana?
"Sudah, jangan terlalu di pikirkan," kata Alaric seolah tahu apa yang di pikirkan Boni saat ini?
Boni tersenyum kecut seolah tersadar dari kagetnya. Boni tadinya memang sempat melamun.
Para peserta sudah bersiap-siap untuk balapan. Indah menoleh ke arah Alaric lalu tersenyum di balik maskernya.
Indah melambaikan tangannya menyambut hangat para penggemarnya. Kemudian petugas yang mengatur jalannya balapan motor pun mengumumkan tantangan yang harus di lakukan.
"Tantangan yang mudah," gumam Alaric.
Mereka pun bersiap-siap. Indah berada di urutan sepuluh dari 50 peserta yang ikut. Dan akhirnya balapan pun di mulai.
Dalam hitungan mundur sampai sepuluh, mereka pun langsung tancap gas. Motor-motor mereka pun melaju di sirkuit balapan.
Para penonton bersorak karena idola mereka yang tadinya di belakang, kini berada di paling depan.
Tantangan demi tantangan sudah berhasil Indah lewati. Namun saat ingin melewati tantangan terakhir, motor Indah di tendangan oleh lawan.
Indah berusaha menyeimbangkan motornya agar tidak tumbang. Namun lawannya itu sengaja menargetkan nya.
Indah masih tetap ingin menyelesaikan tantangan terakhir. Indah tidak ingin bermain curang, jadi dia tidak melawan.
Indah sengaja menurunkan kelajuan motornya, sehingga beberapa buah motor melewatinya. Termasuk motor yang tadi, yang hendak mencelakai nya.
Namun sedetik kemudian motor Indah kembali melaju dengan kencang. Sehingga melewati motor-motor yang tadi melewatinya.
Saat tiba di garis finis, hanya selisih sedikit saja antara motor Indah dan motor lawannya tadi.
Lawan Indah mengira jika dirinya lah yang menang. Namun setelah di putar ulang dengan di perlambat, ternyata motor Indah lebih dulu mencapai garis finis.
Indah tersenyum, karena usaha lawan untuk menjatuhkan nya tidak berhasil. Sekali lagi Indah membawa kemenangan dalam balapan kali ini.
"Al, cewek mu menang tuh," kata Denzel.
"Kak, kita cuma teman," ujar Alaric.
"Aku baru tahu seorang Alaric memiliki teman perempuan," kata Dexter.
Alaric tidak berkata apa-apa. Menurutnya percuma juga berdebat dengan saudara-saudaranya itu. Akhirnya Alaric turun untuk menemui Indah.
"Selamat ya, kamu juara lagi," ucap Alaric setelah dekat dengan Indah.
"Terima kasih karena sudah datang," ucap Indah.
Kemudian Indah di panggil ke podium untuk mengambil hadiahnya. Indah pun pamit ke Alaric. Alaric pun mengangguk dengan cepat.