NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Sandrawi

Misteri Kematian Sandrawi

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Matabatin / Mata Batin / TKP / Tumbal
Popularitas:998
Nilai: 5
Nama Author: lirien

“SANDRAWI!”

Jeritan Ratih memecah malam saat menemukan putrinya tergantung tak bernyawa. Kematian itu bukan sekadar duka, tapi juga teka-teki. Sandrawi pergi dalam keadaan mengandung.

Renaya, sang kakak, menolak tunduk pada kenyataan yang tampak. Ia menelusuri jejak sang adik, menyibak tiga tahun yang terkubur. Dan perlahan, luka yang dibungkam mulai bersuara.

Mampukah Renaya memecahkan misteri tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petunjuk Baru

Renaya melangkah lunglai, meninggalkan hiruk-pikuk klub malam dalam keadaan setengah sadar. Kepalanya berat, pandangannya kabur oleh alkohol yang ditenggaknya tanpa ampun. Setelah mendengar kenyataan pahit bahwa Sandrawi tak pernah benar-benar kuliah, syok menyergap dirinya begitu dalam hingga akalnya seakan tercabut dari tubuhnya.

Ia pikir, meneguk alkohol bisa sedikit meredam gemuruh batinnya. Nyatanya, yang ia rasakan hanya kepala berdenyut keras dan keseimbangan tubuh yang goyah. Fokusnya buyar, pikirannya terombang-ambing seperti perahu di tengah badai.

Yudayana hanya bisa menghela napas, menyaksikan keadaan Renaya yang jauh dari kata baik-baik saja. Sepasang matanya mengikuti gerak-gerik Renaya, tangannya refleks bergerak sigap setiap kali tubuh wanita itu mulai oleng.

Beruntung, Renaya masih cukup kuat melawan pengaruh minuman keras yang mendera kepalanya. Meski langkahnya terhuyung, ia masih mampu berdiri tegak.

“Mau kuantar pulang, Mbak?” tawar Yudayana, tak tega membiarkan wanita itu terombang-ambing sendirian di jalan.

“Aku bisa pulang sendiri,” tolak Renaya, suaranya terdengar berat namun tegas.

Meski ragu, Yudayana akhirnya mengangguk kecil. Ia mengenal Renaya cukup baik untuk tahu, sekuat apapun badai menghantam, wanita itu selalu berusaha berdiri di atas kakinya sendiri. Meski begitu, ia tak sepenuhnya membiarkan Renaya pergi tanpa pengawalan. Yudayana memastikan Renaya masuk ke taksi, bahkan tak segan membayar ongkos perjalanan hingga lunas.

“Hati-hati, Mbak!” ucap Yudayana sembari menepuk lembut sisi mobil.

“Ya!” balas Renaya pelan, tangannya mengibaskan perpisahan seadanya di udara.

Perjalanan dimulai, roda taksi meluncur perlahan membelah jalanan yang berliku. Di dalam mobil, kepala Renaya semakin berat, dunia seolah berputar tanpa ampun, namun pikirannya tetap terjaga.

Biasanya, Renaya akan langsung terlelap begitu alkohol menguasai tubuhnya. Namun malam ini berbeda. Kepalanya penuh Sandrawi. Penuh misteri yang tak kunjung terurai.

Semua terasa kusut. Semakin ia tarik benang itu, semakin berantakan simpulnya. Rasa lelah menggerogoti semangatnya. Pikiran Renaya seperti terseret ke jurang buntu, seolah berputar-putar dalam lingkaran tak berujung.

Tak ada seorang pun yang membantunya. Lingkungannya justru seperti kubangan lumpur, hanya menenggelamkannya makin dalam. Setiap langkah seperti menemui jalan buntu. Petunjuk? Sama sekali nihil.

“Apa aku harus berhenti saja? Lagipula… Sandrawi juga sudah tiada,” gumamnya, disusul tAwa hampa yang mengiris dada. Ia bahkan tak menyadari bahwa di kursi sebelah, samar ada sosok Sandrawi yang duduk menatapnya dalam diam.

Renaya menyandarkan kepalanya ke jendela, tatapannya kosong. “Lebih baik aku fokus ke masalah Ibu dan Ayah. Urusan Ayah dan perempuan jalang itu harus segera selesai,” bisiknya lagi, meneguhkan hati yang mulai rapuh.

Awalnya, Renaya hanya mencoba memusatkan pikirannya pada satu perkara.

Namun, seiring waktu, pikirannya perlahan melebar, merambat ke mana-mana tanpa kendali. Ingatan tentang Sandrawi yang ternyata tak pernah kuliah kembali menyesaki benaknya. Kepala Renaya terasa berdenyut tajam, rasa nyeri menjalar di pelipis, seolah pikirannya tak sanggup menanggung beban yang terus menggunung.

“Di saat-saat seperti ini… kenyataan demi kenyataan hanya menambah sesak di dada, bukannya meringankan beban…” gumamnya lirih.

Gambaran tentang penderitaan Sandrawi kembali menyesakkan ruang hati Renaya. Adiknya itu dipaksa hidup dalam lingkaran dusta, menyaksikan kebejatan ayahnya sendiri tanpa mampu berbuat apa pun, menjalani hari-hari tanpa sandaran, tanpa kejujuran, dan kini fakta baru menghantamnya bahwa Sandrawi bahkan tak pernah benar-benar kuliah seperti yang selama ini diceritakan.

Bayangan senyum manis Sandrawi yang selama ini hidup dalam ingatan Renaya kini berubah wujud, berganti menjadi senyum getir yang terus menghantui, seolah mengutuk kelalaiannya.

“Sebenarnya, seperti apa hidupmu selama ini, Sandrawi?” batinnya lirih, penuh kepedihan. Penyesalan menyesak, kekecewaan menggores, rasa bersalah menyayat dalam diam. Seluruh emosi berkecamuk membombardir ketenangannya, membuat pikirannya kian kacau tak beraturan.

Taksi yang ditumpanginya melambat, memasuki area kompleks perumahan. Di luar, Renaya tanpa sengaja melihat sosok Bagantara tengah melintas mengendarai motor di bawah remang lampu jalan.

Renaya memperhatikan sosok itu dengan kening berkerut tajam. Taksi mulai berjalan pelan, namun ia mendadak berseru, “Pak, berhenti!”

Sopir taksi sontak menginjak rem mendadak. Tubuh Renaya sedikit terhuyung ke depan, namun ia tak peduli. Ia menoleh ke belakang, memastikan sosok yang barusan ia lihat adalah Bagantara. Benar saja, tak salah lagi—itu Bagantara.

“Pak, tolong ikuti motor itu!” perintahnya cepat, menunjuk motor Bagantara yang baru saja menikung ke arah jalan raya.

Tanpa banyak tanya, sopir taksi langsung memacu kendaraan, menjaga jarak namun tetap membuntuti motor yang melaju di depan mereka.

“Ke mana Mas Bagantara malam-malam begini? Jalannya jelas bukan ke arah rumahnya…” bisik Renaya, matanya menyipit curiga.

Awalnya ia mengira Bagantara akan pulang ke rumahnya, apalagi ia sempat menyindir lamanya pria itu bertahan di rumahnya tanpa alasan jelas. Namun kenyataannya, arah yang dituju Bagantara bukan jalur menuju rumahnya.

“Kalau memang mau pulang, mestinya dia sudah pulang dari sore atau paling lambat besok pagi…” gumam Renaya, keraguan kian menyesaki dadanya.

Matanya tak lepas dari pemandangan di depan sana. Sampai akhirnya, ia menyaksikan Bagantara menghentikan motornya di pinggir jalan gelap. Tak lama, seorang wanita dengan pakaian minim berjalan mendekat dan naik ke boncengan Bagantara tanpa ragu.

“Hah… menarik sekali ini,” bisik Renaya, bibirnya menyeringai geli.

Ia dengan sigap meraih ponsel dari tas, membidik layar kamera ke arah pemandangan yang tersaji, lalu mengabadikannya dengan beberapa kali jepretan.

Jejak pikirannya kembali menguat, menyeretnya untuk terus menelusuri apa yang tengah Bagantara lakukan di sana—bersama seorang perempuan yang jelas-jelas bukan Kinasih.

“Dasar licik… wajah manis, tapi kelakuan busuk,” gumam Renaya, bibirnya mencibir tanpa sadar. “Mbak Kinasih pasti belum tahu borok suaminya,” dengusnya geli.

Sungguh malang nasib Kinasih, terjebak dalam pernikahan dengan pria sepicik Bagantara. Renaya menggeleng pelan. Setelah malam ini, entah apakah Kinasih masih akan membanggakan pria macam itu di hadapan orang-orang?

Begitu motor Bagantara kembali melaju, Renaya segera menegakkan punggung. “Pak, ikuti terus,” perintahnya mantap.

Sopir taksi hanya mengangguk, tanpa protes langsung membuntuti motor yang menyalip jalanan malam.

Renaya duduk bersandar dengan kedua tangan menyilang di dada. Dadanya mengembang, napasnya terdorong keras karena rasa kesal. Hatinya seakan sudah bersiap untuk menerima fakta-fakta kotor lainnya. Fakta yang, mungkin, justru akan membuka simpul permasalahan tentang Sandrawi. Entah akan menambah luka atau membuka tabir kebenaran yang selama ini terkubur.

“Seharusnya aku sudah menduga dari awal… semakin jauh aku menyelami semua ini, semakin dalam kubangan yang kutemukan.” Suara Renaya lirih berbaur dengan dengung mesin mobil. Sesaat hatinya limbung—benarkah dia sanggup terus melangkah?

Namun tatkala matanya kembali menatap pemandangan di luar jendela, melihat Bagantara dengan wajah tak tahu malu itu, tekadnya segera mengeras kembali.

“Aku harus kuat! Aku pasti bisa!” bisiknya, kali ini dengan lebih mantap.

Lalu tiba-tiba, kerutan kembali memenuhi dahinya. Bukannya pergi seperti dugaan awal, Bagantara justru tampak menepi di sudut jalan. Ia masih di atas motornya… namun gerak-geriknya menunjukkan sesuatu. Ia tak segera beranjak, justru sibuk celingukan seperti tengah menunggu seseorang.

“Sekarang siapa lagi yang dia tunggu?” gumam Renaya, matanya menyipit tajam, mencermati tiap gerak-gerik lelaki itu.

Ia memastikan mobilnya cukup berjarak agar tidak mengundang kecurigaan. Untungnya, sebuah taksi lain yang terparkir di dekat Bagantara membantu menyamarkan keberadaan mereka.

Waktu berjalan lambat. Angin malam berembus dingin ketika akhirnya sosok yang ditunggu Bagantara muncul. Siluet perempuan itu melangkah santai, namun tubuhnya membelakangi Renaya, membuatnya sulit memastikan siapa gerangan.

“Siapa dia…” bisik Renaya, sorot matanya tajam menelusuri setiap lekuk gerakan perempuan itu.

Bagantara tampak berbincang santai dengan si perempuan, terkadang menunduk sedikit, menyeringai sambil mengangguk. Renaya beringsut mendekatkan ponsel ke kaca jendela, diam-diam mengabadikan percakapan yang tampak mencurigakan itu.

Ia meneliti dengan saksama, matanya mempersempit fokus. Setiap gestur wanita itu mulai terasa akrab. Ada sesuatu yang menggelitik pikirannya.

“Tubuhnya… aku nggak asing dengan postur itu,” desisnya.

Meskipun tebakannya belum sepenuhnya pasti, namun saat wanita itu menoleh, Renaya segera mengangkat ponselnya, mengabadikan wajah yang sempat tertangkap sorot lampu jalanan.

“Kan… aku sudah yakin itu dia…” gumamnya lirih, rahangnya mengeras menahan amarah.

1
Ruby
semangat ya Thor, aku bakal balik lagi kok. Ceritanya bagus, penuh misteri!!
Anonymous: Aww trimksih banyak yaa
seneng banget ada yang support begini🌷☺️🫶
total 1 replies
Ruby
Wahh curiga sama bapaknya /Drowsy/
Ruby
terus pria yang sebelumnya menatap sandrawati b*ndir siapa?
Ruby
siapa yang naruh bawang di sini?!/Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!