Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Penyusup
Pagi menyapa dengan lembut. Matahari baru saja menyembul di balik kabut tipis yang menggantung di langit kota, menciptakan semburat keemasan di balik tirai jendela kamar Lyra.
Suara lonceng notifikasi sistem bergema pelan, nyaris bersatu dengan kicau burung di luar sana.
[Selamat, pengguna telah menerima hadiah harian: 1 Mobil Langka (Aetheron V9), 1 Cetak Biru Item: Gelang Pelampung Darurat, dan 10 Poin Statistik]
Lyra membuka mata perlahan, sudut bibirnya terangkat saat matanya menangkap notifikasi transparan di udara. Cahaya pagi menyinari siluet wajahnya yang tenang, tapi tajam. Ia bangkit dari tempat tidur, langkah kakinya pelan menyentuh lantai marmer, namun setiap denting langkah itu terdengar menggema di ruang sunyi—mewakili tekad dan otoritas yang mulai mengeras dalam dirinya.
“Zen,” ucapnya, suaranya serak halus, “tampilkan rincian item gelang pelampung.”
Sistem holografik segera menyala, menampilkan cetak biru detail berwarna biru kristal.
> Gelang Pelampung Darurat – Item bertipe bantuan hidup. Ketika pengguna mengalami situasi bahaya di dalam air, gelang ini akan secara otomatis mengaktifkan pelampung, mendeteksi detak jantung, suhu tubuh, dan mencatat jejak langkah terakhir pengguna. Dilengkapi teknologi nano-sensor dan transmisi sinyal SOS.
Lyra mengangguk pelan. “Sempurna untuk ekspansi produk wearable kita. Masukkan ke agenda pengembangan."
Zen menambahkan, “Poin statistik siap digunakan. Rekomendasi: 3 ke tinggi badan, 5 ke penampilan, dan 2 ke IQ untuk mendukung branding dan kapasitas pemrosesan data.”
“Setujui,” jawab Lyra.
Tubuh Lyra terasa sedikit hangat, ringan… dan anehnya lebih lentur. Ia menyentuh lehernya pelan, merasakan efek samping yang samar—tanda bahwa sistem bekerja dalam sunyi, memperkuatnya perlahan tapi pasti.
Setelah itu, Lyra membuka notifikasi sistem yang lain. Undangan resmi dari Forum Investor Internasional Asia-Pasifik menyala dalam warna emas. Acara akan berlangsung selama lima hari penuh, dimulai dua Minggu lagi, dengan gala pembukaan yang akan dihadiri tokoh-tokoh besar dunia.
“Zen,” panggil Lyra. “Kita butuh persiapan. Aku butuh beberapa gaun. Dan pengawalku, mereka juga butuh pakaian baru.”
Zen langsung menampilkan beberapa rekomendasi butik mewah terdekat.
Tak lama, Lyra menelepon Roy. Suaranya terdengar hangat namun tetap efisien. “Roy, tolong carikan penata rias dan penata rambut profesional. Aku akan pergi ke mall siang ini.”
“Siap, Lady Lyra. Akan saya atur,” jawab Roy cepat.
...----------------...
Di siang hari, mall pusat kota dipenuhi pengunjung seperti biasa. Namun, suasana langsung berubah saat Lyra dan empat pengawal elitnya memasuki butik mewah Aurora Noir. Pelayan langsung membungkuk sopan, sebagian menelan ludah melihat aura dominan Lyra.
Langkah Lyra pelan, namun setiap gerakannya mengundang perhatian. Matanya menyapu butik seperti seorang ratu memilih permata untuk mahkotanya. Ia tersenyum tipis, lalu menunjuk gaun-gaun di sisi kanan.
“Tunjukkan koleksi terbarumu. Termasuk gaun malam, jas wanita, dan kemeja formal. Warna-warna kalem,” ucapnya tenang.
Pelayan terbata-bata, “S-siapa yang harus mencobanya dulu, Nona?”
Lyra hanya menyunggingkan senyum remeh. “Aku. Lalu mereka,” katanya sambil melirik pengawal-pengawalnya yang tampak gugup.
Para pengawal langsung menolak pelan. “Nona, tidak perlu…”
“Diam,” Lyra memotong. “Kalian pengawalku. Kalian wakilku. Kalian harus terlihat sepadan denganku.”
Mereka pun terdiam, kalah oleh ketegasan suara Lyra.
Setelah memilih beberapa gaun elegan—satu hitam dengan detail kristal, satu biru lembut berpotongan A-line, dan satu merah marun yang memeluk lekuk tubuh dengan sempurna—Lyra juga membeli tiga jas formal wanita, enam kemeja satin lembut, dan berbagai sepatu: high heels berwarna nude, sandal emas, dan sepatu formal hitam.
Saat mencoba high heels, Lyra berdecak pelan.
“Masih tidak suka,” gumamnya. “Tapi kadang... harus memilih rasa sakit untuk terlihat menang.”
Setelah itu, mereka menuju toko perhiasan. Lyra memilih jam tangan platinum, kalung emas putih bertatahkan zamrud, serta anting dan gelang yang anggun namun tegas. Para pengawal menenteng belanjaan dengan diam-diam menghela nafas, terutama saat Lyra memaksa mereka membeli sepatu, baju kasual, dan kaos kaki.
“Nona Lyra…” kata salah satu dari mereka ragu.
“Simpan protesmu. Ini bukan tentang fashion. Ini tentang identitas,” sahut Lyra tanpa menoleh.
Setelah puas berbelanja, Lyra menuju perusahaannya Eunoia Skincare. Roy menyambutnya di ruang kantor dengan tumpukan dokumen.
“Nona Lyra. Ada yang ingin dibahas?”
Lyra menyerahkan cetak biru gelang pelampung dan skema alat pembersih lantai otomatis.
“Buatkan divisi teknologi. Kita gunakan gedung yang kosong. Produk ini… akan menjadi ujung tombak,” ucapnya.
Roy mengangguk dan segera menginstruksikan asistennya.
...----------------...
Sore harinya, Lyra pulang ke vila. Pear menyambutnya dengan lompatan lucu, dan para pengawal yang kini mengenakan baju kasual baru bercanda ringan sambil tetap berjaga. Udara vila hangat, penuh tawa ringan dan aroma teh hangat yang baru diseduh.
Namun ketenangan itu tak lama.
Ponsel Lyra berbunyi. Ratusan notifikasi dari media sosial menyerbu masuk. Netizen membicarakan dirinya, mempertanyakan keberadaannya di forum investor elit.
“Kenapa dia?”
“Siapa dia sebenarnya?”
“Ah… hanya anak manja yang kaya mendadak.”
"apakah dia pantas menerima kehormatan itu"
"yang diatas jaga ucapanmu Lyra ini punya banyak kelebihan dan pantas menerimanya"
"alah itu paling karena kekasih gelapnya"
Lyra membaca sambil tersenyum tipis.
“Sombong dan bodoh,” gumamnya.
Ia menelepon direktur firma hukumnya. “Ada beberapa netizen yang melampaui batas. Langsung proses hukum.”
“Siap, ini masalah kecil bagi saya,” jawab sang direktur dengan nada percaya diri.
Zen pun berkomentar, “Menarik. Mereka benar-benar terlalu bebas. Aku ingin menghitung satu-satu keyboard mereka.”
Lyra tertawa. “Kamu mulai punya emosi ya, Zen?”
Tak lama, Roy menelepon kembali.
“Kami menemukan bukti kuat. Keluarga Kandiswara… memanipulasi pajak lintas negara.”
Lyra berdiri perlahan, matanya menyala.
“Kita mulai hancurkan citra mereka. Satu persatu. Rinci. Bersih.”
Namun sebelum malam berlalu, Lyra mendapat telepon dari Lucian.
“Lyra… ini kakakmu. Aku minta maaf. Atas semua yang terjadi.”
Suara di seberang penuh nada palsu yang tersamar dalam empati.
Lyra terdiam. Lalu menjawab dingin, “Bukan urusanku. Jangan hubungi lagi.”
Zen muncul, datanya berkedip. “Ada yang aneh dari pola komunikasi Lucian. Waspadalah.”
Belum sempat Lyra menanggapi, notifikasi sistem berbunyi keras.
(Ding, mendeteksi kebocoran data internal).”
Lyra langsung menelepon Roy. Tak lama, mereka menemukan seorang staf dari perusahaan afiliasi menjual data bisnis ke kompetitor.
Lyra melesat ke kantor pusat. Ditemani para pengawal, wajahnya dingin namun marah.
Setibanya di lantai paling atas, Roy sudah menunggu dengan seorang pria gendut yang berlutut, tangan terikat. Wajahnya pucat.
Lyra mendekat pelan. Langkahnya terdengar seperti dentang palu penghakiman. Ia menatap pria itu dengan senyum dingin.
“Siapa kamu?”
“S-saya tidak nona Lyra tidak, bukan saya bukan saya!” jerit pria itu gemetar.
Pria itu terus berbicara omong kosong membuat Lyra kesal.
"Bukti sudah didepan mata jangan terus mengelak. Ku pastikan kamu mendekam dipenjara"ucap Lyra dingin kemudian meninggalkan pria itu yang terduduk lemas.
“Roy. Mulai seleksi. Teliti semua departemen. Aku tidak mau ada tikus berkeliaran.”
...----------------...
Malamnya, Lyra duduk di balkon vila, angin membelai rambut panjangnya. Roy melapor beberapa perusahaan lain juga ditemukan penyusupnya. Untung saja mereka bertindak cepat.
Lyra menatap langit malam. Tenang. Penuh bintang.
Esok harinya, koper telah dikemas, paspor disiapkan. Gaun-gaun tergantung rapi. Pengawal sudah siaga.
Lyra berdiri di depan jendela bandara pribadi. Pesawat jet bersiap lepas landas.
Matanya menatap langit malam.
Langkahnya akan menembus batas baru. Dunia yang lebih buas menanti. Tapi Lyra tidak gentar.
Dia adalah badai. Dan badai takkan pernah takut langit yang bergemuruh.
Update data diri
(Ding, data diri di perbarui
Nama: Lyra Kandiswara
Umur: 19 tahun
Tinggi Badan: 164+ cm
Penampilan: 87+ (Menawan)
IQ: 123+ (Pintar)
Ruang belajar sistem
Keterampilan: Mengemudi, membaca, berbahasa Inggris, memasak, berenang, ketrampilan bernyanyi surgawi,Kecerdasan Emosional Tingkat Lanjut, Bisnis
Aset: Villa di Starlight, Villa di Pinggir Pantai, Restoran Luminare,Jalanan Kuliner, Hotel Mewah Imperial Grand, Mall Mewah Aurora Plaza, Gedung Perkantoran Imperial Tower, Rumah Sakit di Jakarta, 25% saham di perusahaan penerbangan Astra Wings, Saham 15% Haute Élégance, 15% saham di perusahaan kosmetik internasional L’Orvelle,30% saham di perusahaan teknologi Innovatek Solutions,Firma hukum “Aegis Law”,platform media sosial produk lokal premium LyraLocal
Saldo: Rp.11.482.363.000.000)
Poin:0)
Wahh nggk nyangka udah sampai sini ya. Author cuman mau bilang kalau titik balik Lyra mulai dari sini. Dan mulai episode selanjutnya Lyra bakalan ketemu nih sama CP nya. Nantikan kelanjutan cerita Lyra bersama rekan rekannya menuju puncak dunia
Jangan lupa like, subscribe dan komen agar author semangat update. Terima kasih🤗