Dijual Keluarga Pada Mafia Kejam

kabut tipis masih menggantung diudara saat reina melangkah keluar dari bandara internasional instanbul.satu langkah kecil,namun terasa bagai lompatan besar menuju kebebasan.angin mühim dingin menerpa wajahnya,menusuk tulang,namun tak sebanding dengan dingin yang selama ini bersalang dalam jiwanya.

davin berjalan disampingnya,membawa koper kecil yang telah mereka siapkan sebelum melarikan diri.tak banyak yang mereka bawa beberapa lembar pakaian hitam,dokumen hasil curian,dari ruang kerja Leonardo,liontin warisan keluarga reina,dan satu flashdisk kecil:senjata yang bisa menghancurkan Leonardo.

"jangan menoleh kebelakang"bisik davin.

reina menelan ludah,mencoba menyembunyikan gemetar diujung jemarinya."Kalau aku menoleh...aku takut ragu."

penginapan mereka terletak di distrik fatih,kawasan kuno yang seolah berdiri di atas sejarah dan rahasia.bangunannya tua,dengan lorong-lorong sempit dan tangga kayu berderit.tapi sempt i tersembunyi,tidak terdaftar diaplikasi mana pun.tempat aman untuk buronan.

didalam kamar kecli beraroma kayu tua itu,reina merebahkan diri di ranjang,menatap langit-langit yang retak.untuk pertama kalinya dalam waktu lama ,tidak ada jeritan,cambuk,atau teriakan Leonardo ditelinganya.tapi ketenangan itu justru membuatnya gelisah.

"aku bebas...atau aku hanya bersembunyi?"pikir reina

malam harinya,mereka bertemu hakim,pria tua keturunan arab yang terkenal sebagai pemalsu dokumen terbaik diinstanbul.wajahnya dihiasi keriput dan mata sipit yang nyaris tak pernah berkedip.

"kalian butuh identitas baru,"katanya sambil menyeruput teh ."tapi bukan itu yang penting.siapa yang mengejar kalian?"

davin menatap reina sejenak.reina mengangkat kepalanya,menatap hakim dalam-dalam.

"aku tidak tahu siapa yang kukejar...tapi aku tahu siapa yang ingin kulenyapkan."

ia membuka liontin di lehernya.dalamnya da simbol keluarga O'reilly :singa bersayap dan tiga bintang.hakim langsung terdiam.

"O'reilly..."gumamnya,"jadi...kau anak yang hilang itu?"

reina !taka menjawab.ia hanya mengangguk pelan.dalam sekejap,sikap hakim berubah.ia berdiri ,mengambil map tebal dari lemari besi,dan mulai bekerja.dalam waktu dua hari,mereka akan mendapatkan pasaport baru dan identitas baru.reina menjadi raine delaney dan davin menjadi davin Nadhir.

keesokan paginya,reina terbangun dengan mual hebat.ia berlari kekamar mandi dan memuntahkan isi perut yang kosong.keringat dingin membasahi pelipisnya.

"apa kamu sakit?"davin muncul dengan wajah panik.

reina hanya menggeleng."aku...mungkin kelelahan."

namun,dalam hatinya,ia tahu ada yang berbeda.tubuhnya terasa aneh.ia lebih sensitif,emosinya tak stabil,dn perutnya kadang berdenyut seperti ada sesuatuyang hidup.ia ingin menyangkal...tapi rasa itu terus menghantuinya.

sore harinya,sat reina mencoba menenangkan diri dengan membaca koran lokal,davin datang terburu-buru dengan ekspresi dingin.ia membawa ponsel dan membuka satu laman berita.

"lihat ini..."

reina menatap layar.

"kebakaran besar dirumah mewah jakarta utara diduga aksi balas dendam atau pembersihan jejak."

ia menggulir layar dan detak jantungnya seolah berhenti.disana,ada poto tasya,menatap pelayan yang dulu kerap menyiksanya bersama Leonardo.

"stu-satunya saksi selamat,perempuan bernama tasya,mengatakan bahwa pemilik rumah telah 'menghilang bersama budak yang dicintainya.'ia menolak memberi keterangan lebih lanjut."

reina menggertakkan rahangnya."dia berbicara."

"dan Leonardo tau kau masih hidup,"sambung davin."tasya pasti berkhianat atau memang sejak awal dia mata Leonardo."

reina bangkit.ia berjalan mundar mandir dikamar.kepalannya pening.emosi berdesak-desakan di dadanya.

"dia tahu... Dia tahu aku hamil."

davin menatapnya kaget."Apa?"

reina menutup mulutnya.ia bahkan belum yakin ...tapi kata-kata itu keluar tanpa bisa dihentikan.

"aku...aku belum periksa ,belum kedokter.tapi tubuhku...aku merasa ada sesuatu.aku merasakannya."

davin terdiam.ia berjalan pelan,lalu duduk di hadapan reina.

"Kalau itu benar...anak siapa?"

reina menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"aku tidak ingin menjawab itu."

"aku tidak ingin anak ini tumbuh dari luka."

"tapi...aku tidak akan meninggalkanya ."

"tidak seperti aku ditinggalkan dulu."

malam itu,reina menulis sesuatu dalam buku cacatannya.

"jika benar aku mengandung...maka aku harus lebih kuat dari sebelumnya.aku tak hanya membawa dendam,tapi jug harapan.aku tidak bisa mati sebelum anak ini hidup bebas dari bayangan Leonardo."

reina membawah darahnya.