NovelToon NovelToon
TUKAR PASANGAN

TUKAR PASANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Naik ranjang/turun ranjang / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:884
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

"Karena sudah terlanjur. Bagaimana jika menambah bumbu di atas omong kosong itu?"

Asha menatap Abiyan, mencoba mengulik maksud dari lawan bicaranya. Kedua mata Asha bertemu dengan milik Abiyan, ada sirat semangat yang tergambar di sana.

"Menikahlah denganku, Ash!"

Asha seorang wanita yang hidup sebatang kara menginginkan pernikahan yang bahagia demi mewujudkan mimpinya membangun keluarganya sendiri. Namun, tiga hari sebelum pernikahannya Asha diberi pilihan untuk mengganti mempelai prianya.

Abiyan dengan sukarela menawarkan diri untuk menggantikan posisi Zaky. Akankah Asha menerima ide gila itu? Ataukah ia tetap memilih Zaky dan melajutkan pernikahannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Hening beberapa saat ketika Asha tiba-tiba terdiam, para tamu undangan ikut tegang menunggu jawaban Asha. Tidak ada suara sekecil apa pun, bahkan sepertinya semua orang menahan napas mereka.

Abiyan mendehem pelan lalu akhirnya Asha menjawab dengan lantang perihal kasediaannya menjadi pasangan Abiyan. Abiyan bernapas lega, lalu riuh tepuk tangan saling bersahutan menyoraki keduanya agar mendaratkan ciuman. Bukan sesuatu yang wajib, namun tradisi itu telah berlaku turun temurun. Sebenarnya bisa saja Asha dan Abiyan melewatkannya dan mengganti dengan pelukan namun keduanya terlalu sibuk mengurus persiapan pernikahan yang singkat hingga lupa untuk mengedit bagian itu dari susunan acara pernikahan.

Kedua mata Asha membulat sempurna ketika Abiyan tiba-tiba mendekat dan mendaratkan ciuman di bibirnya sebagai simbol berakhirnya janji pernikahan antara mereka. Bukan karena Asha menikmati, namun ia sangat syok hingga membuatnya terpaku tanpa penolakan.

Abiyan dan Asha menjadi pusat perhatian bagi semua tamu undangan yang hadir, tak terkecuali Zaky yang duduk di kursi terdepan dengan tangan terkepal. Zaky merasa kalah. Lalu dimana Rhea? Ya, wanita itu bukan sengaja tidak datang ke pernikahan mantan kekasih dengan sahabatnya. Melainkan, Rhea terpaksa tidak mendatangi pernikahan itu sebab sesuatu terjadi dengan unit apartemen yang ia tinggali.

Beberapa petugas keamanan mengeluarkan barang-barang dari dalam apartemen yang Rhea tinggali dengan Rhea yang meraung-raung—meminta mereka menghentikan kegiatan mereka.

Namun seorang petugas mengatakan, "Kami sudah menempelkan pemberitahuan di pintu sejak beberapa hari lalu. Dan kemarin adalah batas terakhir Anda pindah.Kami hanya bekerja jadi tolong bekerja sama."

Rhea kembali meraung-raung, menolak dengan keras untuk pergi dari unit apartemen yang ia tinggali bertahun-tahun dengan cuma-cuma itu.

"Aku akan menelepon pemilik unit ini. Dia sahabatku aku pastikan dia bisa membuat kalian berhenti."

Panggilan telepon tersambung beberapa kali, namun tidak sekali pun panggilan itu diterima oleh pemilik nomer. Rhea semakin panik, dia menggigiti bibirnya sendiri hingga terluka dan berdarah. Sepertinya Rhea lupa jika hari ini adalah pernikahan Asha. Rhea berteriak frustasi dengan tangisnya yang pecah. Raungannya terdengar sangat menyedihkan. Beberapa orang dari unit lain keluar dari pintu mereka, terlihat penasaran dan terganggu dengan keributan itu. Lalu beberapa petugas keamanan terlihat meminta maaf dan setelahnya mereka kembali masuk.

Seorang petugas yang sempat menghentikan kegiatannya menatap Rhea dengan iba, namun tidak sampai menjadikan simpati untuk menghentikan pekerjaan mereka. Petugas itu kembali memerintahkan yang lainnya untuk melanjutkan pekerjaan.

"Selain beberapa foto dan buku-buku yang tersimpan di meja kamar ke dua, pemiliknya meminta untuk meninggalkan barang lainnya bersama barang-barang milik nona itu." Rhea mendengarnya samar dari posisinya yang terduduk di lantai dingin dengan bersandar di dinding dekat pintu.

Rhea hanya bisa menatap pasrah pada para petugas yang berlalu lalang mengeluarkan semua barang-barang miliknya. Air matanya masih saja banjir, namun ia tidak lagi meraung-raung. Tenaganya sudah habis. Jemarinya terkepal dengan pandangan mata yang kosong.

Tepuk tangan dan sorakan kembali riuh ketika Abiyan menyelesaikan ciumannya. Asha sendiri masih tertegun dalam kebingungannya. Tentu saja butuh waktu lama untuk kembali menetralkan perasaannya. Asha pikir Abiyan hanya akan berakting dengan berpura-pura mendaratkan ciuman akan tetapi kenyataannya pria itu tanpa ragu menciumnya bahkan dengan hangat dan lembut.

Abiyan menutup pintu suite kamar hotel. Lampu-lampu kristal berpendar menerangi ruangan luas dengan nuansa hangat. Di tengah ruangan, sebuah ranjang dengan ukuran king yang dihiasi kelopak-kelopak mawar merah dengan handuk bulu yang di bentuk menjadi angsa yang paruhnya saling beradu seolah menunggu keduanya.

Asha masih mematung di depan pintu ketika Abiyan berjalan mandahuluinya. "Kamu bisa pakai kamar mandinya lebih dulu," ucap Abiyan sembari melepas tuxedo-nya.

Asha mengangguk lalu menuju ke arah koper miliknya mengeluarkan pakaian ganti dan peralatan mandinya. Gaunnya kini terasa berat setelah seharian mengikuti rangkaian acara pernikahan.

Asha duduk di depan cermin, tangannya berusaha menarik resleting gaunnya. Namun sayang resleting itu tersangkut kain korset. Wanita itu mendesis pelan.

Abiyan menoleh, melihat Asha yang masih berusaha menarik resleting yang justru semakin tersangkut itu. Pria itu mendekat, berdiri di belakang Asha. Ia mencoba membantu mengurai resleting yang tersangkut.

Ujung jari Abiyan tanpa sengaja menyentuh jemari Asha. Sensasi aneh seperti tersengat aliran listrik membuat keduanya menarik tangan masing-masing. Hening beberapa saat, hanya bertukar pandang melalui pantulan cermin di depan mereka. Abiyan mendehem pelan.

"Maaf aku hanya ingin membantu."

Asha tidak menyahut hanya mengangguk tanda mengerti. Lalu Abiyan kembali mencoba mengurai resleting itu. Cukup memakan waktu hingga resleting itu benar-benar terurai.

Abiyan kembali ke sofa dan Asha gegas menuju kamar mandi meninggalkan gaunnya yang tergeletak di lantai. Ia sendiri hanya memakai korset dan celana pendek.

Empat puluh lima menit berlalu dan Asha masih belum juga keluar dari kamar mandi meski saat ini ia sudah berpakaian rapi. Asha mendadak gugup, di balik pintu ada sosok pria yang kini menjadi suaminya. Setelah beberapa kali menghirup dan membuang napasnya sambil menata hati akhirnya Asha memberanikan diri membuka pintu yang sejak tadi ia pegang kenopnya.

Asha melirik ke sofa namun pria itu tidak di sana, pandangannya beralih menuju ranjang dan pria itu tetap tidak terlihat di mana pun. Asha keluar dengan langkah cepat namun tidak tergesa. Gaun pengantinnya sudah tidak ada di lantai, ranjangnya pun sudah terlihat bersih tanpa kelopak mawar yang memenuhi seperti sebelumnya.

Tak berselang lama Abiyan muncul dari pintu, Asha yang belum selesai mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil lantas berdiri dan menghampiri.

"Dari mana?"

"Membuang kelopak mawar, sekaligus membelikanmu bunga yang baru sebagai ganti. Aku hanya berpikir, mungkin tidurmu tidak akan nyaman bersama ribuan kelopak itu."

Asha tertawa kecil. "Terima kasih, Ian." Asha mengambil buket bunga mawar merah dengan ukuran sedang itu. Mengangkatnya ke wajah lalu menghirup aromanya yang manis dan segar.

"Ah, gaunmu—aku meminta layanan dry clean agar besok kita bisa membawanya dalam kondisi bersih."

Asha mengangguk, ia tidak banyak berkomentar. Wanita itu benar-benar bersyukur Abiyan adalah sosok yang pengertian. Hingga rasanya berterima kasih saja tidak akan cukup untuk membalas kebaikan yang ia terima.

Asha memandang punggung Abiyan yang masuk ke dalam kamar mandi. Tidak seperti Asha yang memakan waktu lama untuk keluar dari kamar mandi, pria itu hanya butuh sepuluh menit untuk keluar dengan pakaian bersih dan tubuh yang segar.

Abiyan duduk di sofa dengan tangan kirinya yang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. Asha memerhatikan tanpa berkedip. Merasa diperhatikan Abiyan menghentikan kegiatannya, ia menatap balik pada Asha.

"Ada apa?"

Jemari Asha mengerat—meremas ujung seprai hingga kusut. Urat di wajahnya terlihat samar beriring dengan wajahnya yang ditekuk. Asha terlihat ragu-ragu dan cukup berhati-hati hingga akhirnya mulai berbicara.

"I–itu a–aku i–tu ... "

"Katakan lebih jelas, Ash!" Abiyan menarik handuk di kepalanya, ia benar-benar menghentikan kegiatannya dan fokus pada Asha yang kembali ragu-ragu.

"I–tu, a–apa kita akan melakukannya?" Asha memejamkan mata begitu menyelesaikan pertanyaannya.

"Maksudmu hubungan suami istri?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!