Aslan yang mengunjungi sebuah kota kecil untuk bisnis sekaligus mengobati patah hatinya justru membuat ia menikah dengan seorang gadis cantik yang bernama Nayla Putri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penaadelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Saat ini Nayla sudah berada di dalam perpustakaan. Ia mulai membersihkan perpustakaan, untung saja perpustakaan sekarang sedang sepi jadi memudahkan Nayla untuk membersihkannya.
Dua jam kemudian Nayla sudah membersihkan perpustakaan. Ia kemudian duduk di salah satu kursi dengan nafas ngos-ngosan. Ia juga beberapa kali mengelap keningnya yang terdapat keringat akibat kelelahan.
Tak lama kemudian ponsel Nayla yang barada disaku celananya bergetar. Ia lalu mengambil dan mengangkat panggilan itu yang ternyata dari sang suami Aslan.
"Halo mas." ujar Nayla setelah panggilan terhubung.
"Halo sayang kamu sekarang lagi ngapain?" Tanya Aslan.
"Aku habis membersihkan perpustakaan mas." ujar Nayla dengan jujur.
"Apa, kamu ngapain membersihkan perpustakaan segala. Emang disana nggak ada orang lain sampai-sampai berani menyuruh kamu." Ujar Aslan dengan kesal.
"Bukan gitu mas. Masalahnya tadi aku dihukum sama dosen soalnya nggak memperhatikan waktu dia lagi menjelaskan."
"Lagian kamu juga kenapa nggak konsen belajarnya sayang."
"Gimana mau konsen belajarnya kalau semalam aku kurang tidur." jawab Nayla dengan mencabikkan bibirnya.
Meski saat ini Aslan tak melihat Nayla dan hanya mendengar suaranya. Aslan seakan tau kalau Nayla sedang merajuk.
"Aduuh sayang aku minta maaf yah. Karena aku kamu jadi kena hukuman. Tapi kamu juga menikmati yang semalamkan." ujar Aslan sambil menggoda Nayla.
"Nggak yah mas. Emang dasar kamunya aja yang mesum."
"Terus yang semalam mendesah sambil bilang akh akh mas enak banget, itu suara siapa?". Kata Aslan sambil memperagakan ucapan Nayla.
Nayla yang mendengar itu tak mampu membendung rasa malunya. Meskipun hanya berdua dengan Aslan, entah mengapa Nayla merasa sangat malu.
"Mas udah dong. Masa bahas tentang hal yang seperti itu. Kalau ada yang dengar bagaimana." Kata Nayla.
"Hahaha iya sayang. Sekali lagi aku minta maaf yah."
"Hmm. Ohiya mas kamu sekarang emang lagi nggak sibuk. Kok nelfon aku.?" tanya Nayla.
"Enggak kok. Ini aku lagi mau makan siang. Kamu juga jangan lupa makan yah."
"Iyah mas."
"Ya sudah kalau begitu aku tutup telfonnya dulu. I love you sayang."
"I love you too mas." jawab Nayla.
Lalu panggilanpun terputus.
Saat Nayla akan meninggalkan perpustakaan. Langkahnya di hentikan oleh seorang pria yang tak asing.
"Hai nyonya Aslan." sapa pria itu dengan senyum hangatnya.
"Hai tuan muda Vano." Balas Nayla menyapa Vano.
"Ohiya tuan Vano ngapain ada disini?." Tanya Nayla.
"Kebetulan hari ini saya ada seminar disini."
"Ohh."
"Emmm apa kamu sudah makan siang?" tanya Vano.
Nayla bingung ingin menjawab apa. Ingin menolak namun ia merasa tak enak.
"Belum tuan Vano."
"kebetulan saya juga kangen dengan makanan yang ada di sini. Ayo kita makan siang bersama." Ajak Vano.
"Apa tuan Vano alumni kampus sini?" Tanya Nayla.
"Iya saya sempat kuliah disini sebelum melanjutkannya di Singapura." Jawab Aslan.
"Kamu tidak usah memanggil saya dengan sebutan tuan. Panggil Vano saja biar lebih akrab.
"Iya Vano."
"Ayo kita ke kantin." Ujar Vano.
Karena merasa sudah sangat lapar akhirnya Nayla menerima ajakan Vano untuk makan siang si kantin kampus.
Mereka berjalan dengan Nayla yang berada di depan dan Vano mengikuti dari belakang.
Setelah sampai dikantin Nayla mencari tempat yang kosong untuk duduki. Saat sudah menemukannya tanpa membuang waktu Nayla segera berjalan ke sana dengan Vano yang masih setia mengikutinya.
Saat sampai keduanya langsung duduk dengan saling berhadapan.,
"Kamu mau pesan apa Nayla biar aku pesankan?" Tanya Vano
"Aku mie ayam saja dan jus jeruk tuan."
"Stop panggil saya tuan Nayla. Panggil Vano saja." Ujar Vano lalu berlalu menuju tempat penjualan mie ayam berada.
Saat Vano pergi, Nayla langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi sang adik ipar Shila. Namun hingga panggilan ke lima Shila tak juga mengangkat panggilan itu.
Tak lama kemudian Vano sudah kembali dengan membawa dua mangkok mie ayam dan dua jus jeruk. Lalu ia memberikan satu mangkuk untuk Nayla dan satu gelas jus jeruk.
"Selamat makan." Ujar Vano.
Nayla hanya membalas dengan senyum canggung. Jujur ia merasa tak nyaman berada di situasi seperti ini, ia takut ini akan menjadi fitnah dan dapat merusak hubungannya dengan Aslan sang suami.
Mereka makan dengan tenang. Disela-sela makannya datanglah Shila.
"Loh kak Nayla dan kak Vano kok bisa makan berdua disini?" Tanya Shila sambil menatap Nayla dan Vano bergantian.
"Eee ini shil." Ucapan Nayla langsung di potong oleh Vano.
"Hai Shila. Kebetulan kamu ada disini, mari bergabung kita makan bersama." Ujar Vano sambil tersenyum pada Shila.
"Kak Vano kok bisa sama kak Nayla disini?" Tanya Shila lagi.
"Aku hari ini ada seminar di fakultas ekonomi makanya aku ada disini. Kebetulan tadi juga ketemu Nayla di perpustakaan." Jawab Vano.
"Oh gitu." Ujar Shila sambil menganggukkan kepalanya.
"Ohiya Shila kamu mau pesan apa biar aku pesankan?" Tanya Vano.
"Aku mau soto ayam saja kak." Jawab Shila.
"Bentar aku pesenin dulu." Ujar Vano lalu berdiri dari duduknya dan melangkah menuju stand penjual soto ayam.
Setelah Vano pergi Shila menatap Nayla. Nayla yang merasa ditatap langsung melihat ke arah Shila. Nayla merasa ada yang berbeda dari tatapan Shila saat ini.
"Tadi aku nelfon kamu shil. Tapi kamu nggak angkat." ujar Nayla.
",Iya soalnya aku masih mengerjakan tugas." Ujar Shila.
Setelah itu Vano telah kembali dengan membawa satu mangkuk soto dan satu jus jeruk.
"Ini silahkan dimakan." Ujar Vano lalu ia meletakkan mangkuk itu didepan shila.
"Maaf kak Vano, tapi aku nggak suka jus jeruk." Ujar Shila.
"Oh ya ampun aku kira kamu suka juga jus jeruknya seperti Nayla." Balas Aslan.
"Maaf aku ke toilet dulu yah." ujar Nayla memotong pembicaraan Shila dan Vano. Lalu Nayla segera berjalan menuju toilet.
Sedangkan di meja itu hanya tersisa Vano dan Shila.
"Kamu tunggu disini biar aku ganti minumnya. Kamu sukanya apa?" Tanya Aslan.
"Nggak usah kak, aku bisa sendiri kok." ujar Shila lalu ia mulai melangkah ke stand penjual jus sirsak kesukaannya.
Sekarang yang tersisa di meja kantin itu hanya Vano. Tiba-tiba saja ponsel yang ada di meja berbunyi. Vano melirik ponsel itu dan ia tahu itu ponsel Shila.
Setelah beberapa saat berbunyi akhirnya ponsel itu berhenti juga. Vanopun mengambil ponsel itu dan mencoba membukanya. Dan ternyata ponsel itu tidak memiliki sandi atau semacamnya. Aslan kemudian mencari kontak Nayla dan menyalin ke ponselnya. Setelah itu ia menaruh kembali ponsel Shila itu. Tak berapa lama akhirnya Shila kembali dan diikuti oleh Nayla.
Shila lalu duduk di kursinya semula begitupun dengan Nayla.
"Shila, Vano kalau begitu aku tinggal dulu yah. Soalnya aku masih ada kelas setelah ini." Ujar Nayla.
"Iya Nayla silahkan." Ujar Vano sedangkan Shila hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Nayla segera berjalan keluar dari kantin.