NovelToon NovelToon
Amarahmu Kekuatanku

Amarahmu Kekuatanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Sistem
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nocturne_Ink

Ketika hidupnya diinjak-injak dan harga dirinya dihancurkan, Raka Wiratama menemukan sebuah kekuatan misterius—Sistem Upgrade Emosi.
Semakin besar amarahnya, semakin kuat pula dia menjadi.

Dari seorang pemuda biasa yang diremehkan semua orang, Raka Wiratama perlahan bangkit. Setiap penghinaan, setiap luka, dan setiap pengkhianatan… hanya membuatnya lebih kuat!

Dengan amarah sebagai bahan bakar, Raka Wiratama bertekad untuk membalikkan takdir.
Musuh yang dulu meremehkannya, kini gemetar ketakutan.
Dunia yang menertawakannya, kini dipaksa berlutut di bawah kekuatannya!

💥 Inilah kisah seorang pemuda yang menjadikan amarah sebagai senjata untuk menaklukkan dunia!

[Karya ini hanyalah ide yang muncul tiba-tiba. Jadi kalau tiba-tiba gak update, maaf banget ya]

[Jadwal Update: Setiap hari jam 0.00 WIB]

#Kalau telat berarti belum selesai dan sedang ada kendala.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - Ketiban Sial

Hati Raka Wiratama langsung tergerak, 'Wah, ini pas banget sama urusannya!'

“Pak Polisi Rahmat, terus terang aja… sekali lihat badan saya juga pasti bisa nebak. Aku ini lemah, ginjal bermasalah, sering begadang, makan pun nggak teratur. Tapi masih kuat main lebih dari empat puluh menit…”

“Pakai resep rahasia gitu?” dahi Polisi Rahmat agak berkerut.

“Betul, bener banget tebakannya! Memang pantas jadi polisi, sekali tebak langsung kena!” Raka Wiratama buru-buru nyelipin pujian.

“Nanti aku kasih deh buat dicoba. Badan aku yang lemah aja bisa tahan empat puluh menit. Apalagi badan Pak Polisi Rahmat yang tiap hari ditempa latihan…”

"Sepertinya buat Pak Polisi, dua jam waktunya masih enteng banget!" Raka Wiratama ngedip sambil kasih tatapan penuh arti.

Pujian Raka Wiratama itu bikin hati Polisi Rahmat langsung seneng, rasa bangganya sebagai aparat jadi terangkat.

“Eh… tapi ini nggak apa-apa kan? Ada efek sampingnya nggak? Lagian aku kan polisi…”

Belum sempat selesai ngomong, Raka Wiratama langsung motong, “Aduh, jangan salah paham. Ini bukan nyogok, Pak. Cuma kasihan aja lihat Bapak repot nganter kami pulang sekolah tengah malam. Kalau ada efek samping, masa aku berani pakai sendiri? Ini resep warisan keluarga, full herbal tradisional.”

“Kami orang kecil, buat bertahan hidup harus pintar-pintar juga. Dari pertama lihat Pak Polisi Rahmat, saya udah ngerasa cocok. Masa kasih sesuatu ke teman aja dibilang salah? Lagian aku nggak minta apa-apa kok dari Bapak.”

Kebetulan banget, Polisi Rahmat ini baru pindahan, masih anak magang, sering kena tekan sana-sini, dan nggak punya kenalan di kota.

Ucapan Raka Wiratama langsung nyentuh hatinya, bikin dia merasa ketemu kawan seperjuangan.

Senyum lebar pun muncul, “Kalau gitu, aku terima dengan senang hati!”

Buat Raka Wiratama, ini pertama kali dia diperlakukan kayak gini. Dulu, ketemu orang model begini dia pasti minder.

Tapi sejak punya sistem, kepribadiannya berubah. Jadi lebih berani ngomong dan ngelakuin sesuatu.

“Jangan-jangan ini efek skill Lidah Licin Level 1 yang tadi aktif gara-gara minum es jeruk?” Raka Wiratama mendadak semangat. Dia kira skill itu nggak ada gunanya, ternyata malah mantep banget. Baru ngomong dikit, citranya di mata Polisi Rahmat langsung naik.

Sementara itu, Rani Sihombing yang cuma dengerin malah kesal sendiri. Tapi apa daya, dia tetap aja harus nyerahin poin emosi.

Sekarang Raka Wiratama udah bisa ngomel, kabur, bahkan tahan dipukul. Demi ngumpulin poin emosi, siapa sih yang bisa nahan dia?

...----------------...

Malam itu SMA Nusantara Boarding School kelihatan muram. Ujian masuk perguruan tinggi tinggal hitungan hari, banyak siswa masih begadang belajar di asrama.

Ada juga yang pasrah, main game di kasur dengan mata sayu.

Lampu asrama semua nyala.

Di ruang kantor bawah asrama, Wakil Kepala Sekolah Surya Wijaya duduk di kursi kulit sambil manyun.

“Mana anak-anak itu? Ujian tinggal kurang dari seratus hari, malah masih keluyuran malam-malam!”

“Cepat cari! Kalau nggak, aku usir sekalian dari sekolah!” dada Wakil Kepala Sekolah sampai naik-turun karena kesal.

Di sampingnya, Pak Darmawan cuma nyengir licik. Dia memang takut kalau berhadapan langsung dengan Raka Wiratama, tapi dia lebih memilih mencari orang lain buat yang turun tangan, supaya Raka Wiratama tidak bisa mengalahkan dia.

Pas lagi ngecek asrama dan tahu bahwa Raka Wiratama nggak ada, dia langsung lapor ke Wakil Kepala Sekolah, bilang ada masalah dan minta investigasi. Jadilah adegan malam ini.

Begitu mobil polisi nyampe gerbang sekolah, Raka Wiratama udah sempat nelepon, pamitan ke satpam, lalu buru-buru balik ke asrama.

“Pak Surya?” Raka Wiratama kaget begitu ketemu wakil kepala sekolah pas sampai depan asrama.

Surya Wijaya lihat mereka dengan seragam compang-camping penuh luka, langsung curiga kalau anak-anak ini habis berantem.

“Kalian ngapain aja?! Nggak tahu aturan sekolah kah? Apa perlu saya bacain?” bentaknya.

Pak Darmawan diam-diam ketawa, tapi tetap takut Raka Wiratama bisa putar balik keadaan. Jadi dia maju buat nimbrung, “Pak Surya, namanya juga anak muda, wajar lah main sebentar. Udah malem juga, biarin aja istirahat.”

“Istirahat? Pulang tengah malam, suruh aku diem aja? Hari ini kalian harus kasih alasan yang jelas, kalau nggak, siap-siap dikeluarin!”

Surya Wijaya terkenal lurus, nggak peduli anak pejabat atau orang kaya. Pernah ada anak konglomerat bermasalah, bapaknya langsung datang, tetep aja dia usir tanpa ampun.

Beberapa anak lain langsung ngerasa nggak adil, khususnya Aldi Pratama yang udah mau buka suara.

Untung Raka Wiratama cepat tanggap, langsung nahan, sambil kasih tatapan tenang ke Pak Darmawan.

Lalu dia bilang, “Tenang, biar aku yang jelasin.”

Pak Darmawan langsung nyamber, “Siswa Raka, kamu mau ngaku salah ya? Bagus tuh, kalau ngaku, aku yakin Pak Raka pasti bisa maafin.” Nada sok baiknya bikin darah naik.

Surya Wijaya diam di kursi, matanya menatap Raka Wiratama dengan dingin.

Raka Wiratama menarik napas panjang, lalu mulai bicara, “Pak Surya, sebenarnya Bapak belum tahu…”

“Warung makan malam di sebelah timur itu punya Mbak Rina. Suaminya meninggal karena kecelakaan, anaknya kena leukemia. Hidupnya berat banget, cuma ngandelin jual sate ayam buat bertahan. Aku sama temen-temen tahu ceritanya, jadi sering mampir bantu dia dengan belanja di situ.”

“Memang cuma beberapa tusuk sate ayam, nggak seberapa. Tapi dia pernah bilang, tiap lihat kami datang, rasanya kayak lihat anaknya sendiri. Makanya kami suka nongkrong di sana.”

Kata-kata Raka Wiratama bikin suasana mendadak hening. Nggak mungkin kan mereka bilang capek belajar lalu ketahuan bohong?

Pak Surya agak melunak, tapi tetap nanya, “Kalau gitu, luka-luka di badan kalian ini kenapa?”

Raka Wiratama langsung pasang muka prihatin, “Pak Arya, dunia ini memang banyak bajingan. Bayangin aja, siang bolong, langit cerah, masih ada aja yang berani nagih uang keamanan. Dan tragisnya, nagihnya ke janda miskin kayak Mbak Rina!”

“Pak Surya sendiri selalu bilang sekolah itu bukan cuma tempat bikin orang pintar, tapi juga bikin anak-anak menjadi manusia sejatinya. Kami inget banget pesan itu. Makanya waktu lihat Mbak Rina diperas, kami tidak bisa menahan diri. Terjadilah bentrokan, dan beginilah hasilnya…”

Surya Wijaya yang memang lurus dan nggak suka main politik, langsung terdiam.

[BERSAMBUNG]

1
Anul
mau dong kekuatan itu🗿
Anul: apa itu?🗿
total 2 replies
Anul
Raja Sampah? wth😱
Anul: Ndak bahaya Tah 😱
total 2 replies
Anul
Jakut ga tuh🗿
Anul: City of Love aja 🤔
total 2 replies
mu bai
secara keseluruhan alurnya bagus ini, cuma nama mc dan tokoh didalemnya aj agak ke indo, kalau di bikin kek wuxia bagus lagi sih hehe
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Siap, dan makasih ya atas dukungannya 👍
total 9 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!