NovelToon NovelToon
Hidden Love From The Past

Hidden Love From The Past

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Kisah cinta masa kecil / Gadis Amnesia
Popularitas:562
Nilai: 5
Nama Author: Midnight Blue

Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tau pengakuan Kayvan

Malam harinya, Narynra memegangi perutnya yang terasa lapar, sambil duduk di atas tempat tidur. "Laper, mau turun tapi males ketemu Ayah," ucap Narynra sambil mengelus-elus perutnya dengan gerakan tangan yang lembut. "Sabar ya, cacing-cacing, malam ini kalian diet dulu," lanjut Narynra dengan nada lucu, sambil tersenyum sendiri.

Tok... Tok... Tok... (Terdengar suara ketukan pintu yang lembut)

"Boleh Ibu masuk?" tanya Elisya dari balik pintu.

"Masuk aja, gak dikunci," sahut Narynra, sambil mengangkat kepala dan menatap pintu.

Mendengar itu, Elisya langsung membuka pintu dan masuk ke kamar Narynra. Tangannya membawa nampan berisi makanan dan segelas air putih. "Ibu taruh sini ya," ucap Elisya, meletakkan nampan di atas meja belajar dengan gerakan yang hati-hati.

"Iya," jawab Narynra singkat, sambil mengamati makanan yang dibawa Elisya.

"Ibu langsung turun, abisin ya makanannya, habis itu langsung tidur," ucap Elisya, sambil memandang Narynra dengan tatapan yang lembut.

"Iya," ucap Narynra, sambil mengangguk.

Elisya pun meninggalkan kamar Narynra, menutup pintu dengan perlahan.

Hp Narynra berdering, ternyata Tiffany yang menelepon. Narynra langsung berjalan ke meja belajar, sambil menjawab telepon. "Halo, Fan, kenapa?" tanya Narynra, sambil memakan makanannya.

"Bentar, gue kirim lo video," ucap Tiffany.

"Oke," ucap Narynra, sambil terus makan.

"Udah, lo cek deh sekarang," ucap Tiffany.

"Oke," ucap Narynra, berhenti makan lalu memutar video yang Tiffany kirim. Dalam video itu, Narynra mendengar percakapan antara Tiffany dan Kayvan di mobil tadi. Narynra terkejut mendengar Kayvan mengakui perasaannya.

"Udah denger kan?" ucap Tiffany.

"Berani banget lo nanya gitu ke dia," ucap Narynra, sambil mengangkat alis.

"Berani lah, sekarang lo jadi tahu kan kalo dia suka sama lo," ucap Tiffany.

"Ihhh, lo mah gitu," ucap Narynra, sambil tersenyum.

"Jadi, kalo nanti lo ketemu dia lagi, terus dia nembak lo, diterima gak?" tanya Tiffany.

"Gak tahu ah, gue tutup teleponnya, gue lagi makan," ucap Narynra, langsung menutup teleponnya dan meletakkan Hp-nya di atas meja.

"Ada-ada aja kelakuan Tiffany, emm... tapi Kayvan orang yang baik," ucap Narynra, tersenyum sambil memikirkan Kayvan.

"Eh, aduh, ngapain malah jadi bayangin Kayvan sih, Ryn, jangan bilang kamu suka ya sama dia," ucap Narynra pada diri sendiri, sambil menggelengkan kepala dan mencoba menghilangkan pikiran tersebut.

" Tau ah, mending makan aja," ucap Narynra, mencoba mengalihkan perhatiannya ke makanan dan melanjutkan makan dengan fokus.

Setelah beberapa menit Narynra selesai makan, dia lalu pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah selesai, dia kembali ke ranjangnya dan bersiap untuk tidur. Namun, terdengar suara ketukan pintu. Tok... tok... tok...

"Siapa?" tanya Narynra dari dalam kamar.

"Ini Ayah," ucap Edward dari balik pintu.

"Aku mau tidur," ucap Narynra, sambil menguap.

"Buka pintunya, Ayah cuma mau bicara sebentar," ucap Edward, dengan nada yang lembut.

Narynra berdiri lalu membukakan pintu. Pintu terbuka, dan Narynra berdiri di ambang pintu, sambil menatap Edward.

"Kenapa?" tanya Narynra, dengan nada yang sedikit kasar.

"Boleh Ayah masuk dulu?" tanya Edward, sambil memandang Narynra dengan mata yang meminta.

Narynra hanya mengangguk dan mempersilahkan Edward masuk ke kamarnya. Edward masuk dan duduk di tepi tempat tidur, sementara Narynra berdiri di depan Edward, dengan tangan yang terlipat di dada.

"Sini duduk dulu," ucap Edward, sambil menarik tangan Narynra dengan lembut. Narynra pun duduk di sebelah Edward, dengan sedikit ragu.

"Pertama, Ayah mau minta maaf udah salah paham sama kamu," ucap Edward, sambil menatap Narynra dengan mata yang penuh penyesalan. "Yang kedua, tolong jangan tinggalin rumah seperti kemarin, Ayah ga bisa kehilangan kamu," lanjut Edward, dengan suara yang bergetar.

Sementara Narynra hanya menatap Edward, dengan ekspresi yang tidak berubah.

"Kamu mau kan maafin Ayah?" tanya Edward, sambil memandang Narynra dengan mata yang berharap.

"Iya," jawab Narynra singkat, dengan nada yang datar.

"Makasih Naryn, Ayah sayang kamu," ucap Edward, dengan suara yang penuh kasih, sambil membuka lengan untuk memeluk Narynra.

Narynra membiarkan Edward memeluknya, namun tidak membalas pelukan itu. Dia hanya duduk diam, dengan tangan yang terlipat di pangkuan, sambil menatap ke depan dengan ekspresi yang netral.

Cukup lama Edward memeluk Narynra tanpa balasan, Edward sadar kalau anaknya belum sepenuhnya memaafkan dia. Edward pun melepas pelukannya, sambil menatap Narynra dengan mata yang sedikit sedih.

"Ya udah, kamu istirahat, Ayah keluar sekarang," ucap Edward, sambil berdiri dan merapikan pakaiannya.

Edward lalu meninggalkan kamar Narynra, dengan langkah yang perlahan dan sedikit berat. Narynra tetap duduk di tempat tidur, dengan ekspresi yang masih netral, sambil menatap ke depan dengan pikiran yang mungkin masih dipenuhi dengan perasaan yang kompleks terhadap ayahnya.

Setelah kepergian Edward, Narynra terus memikirkan ayahnya, sepanjang malam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Keesokan paginya, setelah bangun tidur, Narynra membawa piring kotornya ke dapur, dengan langkah yang perlahan.

Sesampainya di dapur, terlihat Elisya sedang memasak, dengan aroma makanan yang lezat memenuhi ruangan. Narynra langsung menuju ke wastafel dan mencuci piringnya tanpa menyapa Elisya di sana, dengan gerakan tangan yang cepat dan efisien.

Sementara itu, Elisya yang menyadari kehadiran Narynra, dia menengok ke arah Narynra, dengan senyum yang hangat. "Hari ini kamu pergi ke kampus tidak, sayang?" tanya Elisya, sambil terus memasak.

"Enggak," jawab Narynra dengan singkat, tanpa menoleh ke arah Elisya.

"Nanti setelah sarapan, bisa temenin Ibu keluar?" tanya Elisya, dengan nada yang meminta.

"Ga bisa," ucap Narynra, dengan nada yang masih datar.

"Tolong sekali ini saja, sayang, temenin Ibu," ucap Elisya, dengan suara yang penuh permohonan.

Narynra tampak diam, memikirkan permintaan Elisya, sambil terus mencuci piring. Lalu, dia mengangguk, dengan gerakan kepala yang perlahan. "Oke, sekali ini aja," ucap Narynra, dengan nada yang sedikit lebih lembut.

Mendengar itu, wajah Elisya terlihat sangat bahagia, dengan senyum yang lebar dan mata yang berbinar. "Makasih, sayang," ucap Elisya, dengan suara yang penuh rasa syukur.

Narynra meletakkan piring yang tadi dia cuci, dengan gerakan tangan yang perlahan. "Iya," jawab Narynra singkat, lalu pergi meninggalkan dapur, dengan langkah yang masih perlahan..

Sementara di tempat lain, Kayvan terlihat sedang duduk di ruang kerjanya, dengan beberapa berkas yang tersebar di atas meja. Dia memandang asistennya yang berdiri di depannya, dengan mata yang tajam.

"Sudah semuanya kamu selidiki?" tanya Kayvan, sambil mengetuk-ngetukkan pena di atas meja.

"Sudah pak, semuanya ada di berkas itu," ucap asistennya, sambil menyerahkan berkas yang tebal.

"Oke, oh ya, untuk kedepannya kamu handle semua pertemuan saya, karena saya akan jarang datang ke kantor," ucap Kayvan, sambil memandang asistennya dengan serius.

"Baik pak," ucap asistennya, sambil mengangguk mendengarkan instruksi Kayvan.

"Oke, kamu bisa pergi sekarang," ucap Kayvan, sambil menunjuk ke arah pintu.

Asistennya mengangguk dan pergi meninggalkan rumah Kayvan, dengan langkah yang cepat dan profesional.

Sementara itu, Kayvan tetap duduk di ruang kerjanya, dengan pikiran yang mungkin masih dipenuhi dengan pekerjaan dan rencana-rencana yang akan datang. Dia memandang ke luar jendela, dengan mata yang sedikit kosong, sambil memikirkan tentang Narynra dan perasaan yang mungkin dia miliki terhadap gadis itu.

Tok... tok... tok...

Terdengar suara pintu yang terbuka, dan Kayvan menoleh ke arah pintu. Sasha masuk ke ruang kerja, dengan senyum yang hangat dan membawa beberapa makanan.

Sasha Paramita Pratama, 44 tahun, memiliki tinggi badan 165 cm, dia memiliki rambut hitam panjang, mata coklat ekspresif, dan kulit bersih bercahaya. Sasha di kenal dengan penampilan yang elegan dan profesional, dengan selera fashion yang baik dan aksesoris yang sesuai. Dia memancarkan aura positif dan percaya diri di manapun dia berada.

"Kayvan, Ibu bawa makanan kesukaanmu," ucap Sasha, sambil meletakkan makanan di atas meja.

Kayvan tersenyum, sambil berdiri dan membantu ibunya meletakkan makanan di atas meja. "Terima kasih, Ibu," ucapnya, sambil memeluk Sasha.

Shasa tersenyum, sambil membalas pelukan Kayvan. "Ibu khawatir kamu tidak makan dengan baik, jadi Ibu bawa makanan kesukaanmu,"

Kayvan tersenyum, sambil memandang makanan yang dibawa ibunya. "Ibu tidak perlu khawatir, aku bisa ambil makan sendiri,"

Sasha tersenyum, sambil menggelengkan kepala. "Ibu tahu, tapi Ibu ingin memastikan kamu makan dengan baik,"

"Terima kasih, Ibu," ucapnya, sambil menikmati makanan yang dibawa Sasha.

Kayvan tersenyum, sambil menikmati makanan yang dibawa Sasha. Namun, tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih, dan dia teringat akan adiknya yang sudah meninggal.

"Ibu..." ucap Kayvan, dengan suara yang sedikit bergetar.

Shasa menoleh ke arah Kayvan, dengan mata yang peduli. "Apa, Kayvan?" tanya Sasha.

Kayvan tidak menjawab, dia hanya menatap ke depan dengan mata yang kosong. Sasha tahu bahwa Kayvan sedang memikirkan adiknya, dan dia memahami perasaan Kayvan.

"Ibu tahu kamu masih memikirkan adik kamu," ucap Sasha, dengan suara yang lembut. "Ibu juga masih merindukannya."

Kayvan mengangguk, sambil menelan ludah. Dia masih merasa sedih ketika memikirkan adiknya, dan dia tahu bahwa ibunya juga merasakan hal yang sama.

Shasha memeluk Kayvan, sambil membisikkan kata-kata penghiburan. "Kita akan selalu merindukannya, tapi kita harus terus maju dan menjalani hidup,"

Kayvan mengangguk, sambil membalas pelukan ibunya. Dia tahu bahwa ibunya benar, dan dia harus terus maju dan menjalani hidup, walaupun masih merasa sedih karena kehilangan adiknya.

1
Rien
semangat, 👍
Ignacia belen Gamboa rojas
Sumpah baper! 😭
Blue Persona
thor, bisa bikin sekuelnya? Pengen baca terus nih!
ANGELBRODROIX
Kehabisan kata-kata. 😶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!