NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat 3

Pewaris Terhebat 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.

Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.

Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?

Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.

SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Larson tiba di sebuah rumah sakit, memasuki sebuah ruangan. Ia duduk di sisi ranjang, menatap seorang pria tua yang terbaring lemah.

Larson tertawa ketika pria paruh baya di ranjang mulai membuka mata. "Kau tampak gagah dan kuat saat muda, tapi sekarang kau tidak lebih dari pria tua menyebalkan yang membuatku kerepotan. Kapan kau mati?"

"Dasar brengsek! Jaga mulutmu sampah sialan! Aku membiarkanmu hidup setidaknya untuk menjagaku saat aku kesulitan seperti sekarang!" Pria tua di ranjang memekik, terbatuk beberapa kali setelahnya.

Larson tertawa lebih keras, tak memperdulikan hinaan ayahnya. Ketika ia masih mendengar cibiran dari pria tua itu, ia masih lega karena ayahnya masih baik-baik saja. "Kapan kau akan meninggal? Aku sangat bosan mendengar teriakan dan hinaanmu hampir setiap hari! Apa kau takut jika neraka tidak menerimamu?"

"Kau tidak akan mendapatkan apa pun jika aku mati brengsek! Kalaupun aku pergi ke neraka, kau pasti tidak akan segan untuk mengikutiku."

"Kau harus ingat jika akulah yang sudah membesarkan kelompokmu. Aku tentu berhak mewarisi kelompok ini beserta kekayaannya. Setelah kau mati, aku akan membuat pesta mewah dan memajang fotomu untuk membuatmu iri."

"Akulah yang membangun kelompok ini sampai sebesar ini. Kau hanya bisa menyumbangkan beberapa koin uang! Camkan itu sialan!"

Seorang dokter memasuki ruangan, memeriksa Larvin.

Larson mengembus napas panjang. Meski tampak baik-baik saja, ia melihat dengan jelas kondisi fisik ayahnya yang semakin menurun. Dokter mengatakan jika usia Larvin tidak akan lama lagi karena penyakitnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat mengkhawatirkan keadaan ayahnya.

Dokter keluar dari ruangan setelah selesai memeriksa.

"Jangan memasang wajah lemah di hadapanku sialan! Kau sama saja mendoakanku cepat mati!" Larvin kembali terbatuk. "Dokter sialan itu merasa lebih pintar dari Tuhan, padahal dia hanya kutu buku sialan tak berguna!"

"Jika dokter itu bodoh, aku kesulitan untuk menyebutmu apa. Kau tentu tahu aku selalu mendoakanmu mati." Larson tertawa.

"Dasar brengsek!"

Suasana mendadak hening. Detak jarum jam bersahutan dengan suara batuk Larvin.

"Aku mendengar kau mendapatkan sebuah tugas," ujar Larvin dengan tatapan tertuju ke langit-langit ruangan.

"Ini tugas tersulit yang harus aku tangani. Aku diminta menyingkirkan orang terkaya di negara Vistoria yang sudah mengalahkan tiga gabungan kelompok pembunuh bayaran dari tiga negara. Hal yang membuatku jengkel, aku harus bekerja sama dengan orang lain."

"Suaramu terdengar sangat ragu. Jika kau ragu, kau tidak akan bisa melakukan tugasmu dengan baik. Selain kemampuan dan persiapan, kepercayaan diri adalah salah satu hal penting untuk menyelesaikan tugas.”

"Kau benar." Larson mengepalkan tangan erat-erat. Tugas menyingkirkan Xander adalah tugas sangat sulit karena pria itu memiliki segalanya dalam genggamannya. Ia merasa sulit menemukan jalan untuk menyentuh Xander.

"Bagaimana dengan tugasmu yang lain? Apa kau sudah menemukan orang yang aku cari-cari selama ini?"

"Aku sudah mendapatkan informasi dari bawahanku jika adikmu dibawa oleh sebuah kelompok ke Vistoria saat kau dan dia terpisah karena tragedi kebakaran. Bawahanku sedang mencari informasi mengenai siapa kelompok yang membawa adikmu"

"Dasar lambat! Kau membuatku harus berada dalam keadaan menyedihkan seperti ini. Jika kau ingin melihatku mati, kau harus segera menemukan adikku atau setidaknya keluarganya atau pusaranya."

"Kau memang menyedihkan sejak dulu." Larson berdiri dari kursi, berjalan menuju jendela, menatap pemandangan kota. "Kau seharusnya menjalani kehidupanmu dengan baik tanpa bayang-bayang adikmu. Kau tampak cengeng dan menjengkelkan. Kini aku percaya jika seseorang akan kembali menjadi anak-anak di usia tuanya."

"Setidaknya aku bisa mati dengan tenang jika aku sudah mengetahui kabar adikku. Apa permintaan itu memberatkanmu?"

Larson berbalik, mendekat pada Larvin. Ia memegang tangan ayahnya ketika pria itu menangis tanpa suara. "Aku berjanji akan menemukan adikmu. Aku mohon bersabarlah."

Di tempat berbeda, Xander tengah mempelajari informasi yang diberikan oleh Miguel beberapa waktu lalu. Ia segera mengumpulkan seluruh pemimpin utama untuk membahas beberapa rencana

Semua pengawasan sudah diperketat, dimulai pengawasan keluarga Ashcroft, keluarga Voss, seluruh perusahaan, pasukan Edward dan yang lain serta seluruh mitra bisnis.

"Tuan, aku mendapatkan pesan dari Ezra. Dia ingin menemui Anda besok siang," kata Govin setelah rapat selesai.

"Ezra?" Xander bangkit dari kursi. "Baiklah, aku akan menemuinya.”

"Aku sepertinya tahu tujuan Ezra menemuiku."

Xander memasuki kamar setelah rapat selesai. Ia melihat Lizzy tengah menatap sebuah foto. "Apa yang sedang kau lihat?"

Lizzy tersenyum, menahan tangis. "Aku hanya sedang melihat foto ayahku. Aku selalu berpikir jika dia pasti akan sangat bahagia jika tahu kini sudah memiliki satu cucu laki-laki dan satu cucu lain."

Lizzy menyeka tangis yang perlahan turun. "Apa aku terlihat lemah?"

Xander duduk di samping Lizzy. "Tentu saja tidak. Kau hanya sedang merindukan ayahmu. Bagaimanapun juga sosok ayahmu tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun. Kita akan pergi ke pusaranya esok pagi."

Lizzy menyimpan pigura di lemari, tersenyum. Waktu terasa berjalan dengan cepat baginya. Ia merasa dunianya hancur setelah ayahnya meninggal dalam tugas. Bertahun-tahun hidupnya dihabiskan untuk berlatih, menjalani tugas membosankan menjaga sebuah Villa hingga akhirnya bertemu dengan Xander dan berada di posisinya saat ini.

"Apa kau masih ingin meneruskan pencarian keluarga ayahmu?" tanya Xander.

Lizzy diam beberapa waktu. "Aku tidak ingin membebanimu. Kau memiliki banyak tugas penting yang harus kau lakukan."

Hari berganti pagi. Xander, Lizzy, dan Alexis menziarahi pusara Larvino di pemakaman para pengawal yang gugur dalam tugas.

Alexis tampak semangat menabur bunga dan membersihkan nisan. "Aku akan menjaga Ibu dengan baik, Kakek. Kau tidak boleh bersedih dan mengkhawatirkan Ibu. Ibu adalah wanita yang kuat. Dia bahkan sudah mengajariku beberapa jurus."

Alexis bersiap-siap. Xander dan Lizzy tersenyum.

"Aku akan menunjukkan sebuah tendangan berputar." Alexis menendang ke depan, memutar tubuhnya meski setelahnya hampir terjatuh.

Alexis dengan cepat memeluk Lizzy karena malu dilihat orang-orang. "Aku sepertinya harus lebih giat berlatih."

"Kau masih harus mempelajari banyak hal, Alexis," ujar Xander.

Lizzy mengelus nisan Larvino, memanjatkan doa terbaik. Meski kebersamaan mereka singkat, tetapi ia tetap bersyukur memiliki ayah yang begitu peduli padanya.

Xander menemui Ezra di sebuah gedung sesuai perjanjian. "Apa yang kau ingin bicarakan, Ezra?"

Xander melihat Ezra tampak berbeda dibandingkan penampilan pria itu sebelumnya. Ia mengira jika hal ini adalah hubungannya dengan terbongkarnya status Edgard yang merupakan putra dari Edward.

"Terima kasih karena bersedia menemuiku, Tuan Alexander. Jika Anda keberatan, aku membutuhkan bantuan Anda." Ezra tampak ragu.

"Katakanlah. Aku harap aku bisa membantumu."

"Aku ingin menemui Edward Graham. Ada sebuah urusan yang harus aku selesaikan dengannya," ujar Ezra dengan penuh penekanan.

1
Suris
Good.. Lanjut thor... /Good/
Suris
Lanjutkan thor
Ablay Chablak
keren thor....sayangnya cm 2 bab sehari
MELBOURNE: insyaallah kalau ada waktu luang kita kasih bonuss
total 1 replies
Ablay Chablak
cm 1 bab doang thor....
Wulan Sari
ceritanya bener2 cip 👍 trimakasih salam sehat selalu ya Thor semangat 💪❤️🙂🙏
MELBOURNE: kakaknya jugaa sehat sehat jugaa
semangat juga bacanya😘😘
total 1 replies
Suyudana Arta
kau bukan orang jahat. karena berani mengaku kalah.
bahkan ada keluarga yg sudah kalah tapi gak mau mengakui kekalahan.
Suyudana Arta
belum juga perang, sudah kalah😂😂😂
Ashwarya
keren thor... 2 bab ini yg aq tunggu. pengen tau endingnya ketika akhirnya keluarga serravia bertemu😍
MELBOURNE: semangat terus bacanya KK😘😘
total 1 replies
Ablay Chablak
sempurna ini cerita... klw dibuat film kayanya bagus jg...
MELBOURNE: disupport terus ya kk
total 1 replies
cokky
up thor
cokky
seeuu
cokky
seruu
cokky
🔥🔥🔥🔥🔥
Rocky
Luar biasa alur cerita yang terangkai Thorr..
Sungguh di luar prediksi pembaca..
Tetap semangat & sehat selalu Thorr...
MELBOURNE: terimakasih support nya kk
total 1 replies
Akta Fernanda S
👍👍👍
Suyudana Arta
nah kan, sodaraan larvin x larvino.
livy sepupu larson
Ashwarya
keluarga serravia muncul. bagaimana nanti Larsson pas ketemu govin sama Lizzy? nantikan kelanjutannya pemirsa... hahahaaa
MELBOURNE: terimakasih kak
tetap saksikan teruss
total 1 replies
Rocky
awal dari permasalahan muncul dengan pertanyaan Ezra Blair 🤣🤣🤣
Rahmat BK
nah looooo...ruby jelasin
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!