"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTANYAAN KONYOL
"Kok bisa sih Rey, Kiara panas seperti itu?" tanyanya.
Aku seketika tercengang mendengar penuturan mas Saka. Apakah dia tidak salah bicara? Mengapa mas Saka bertanya seperti itu kepadaku? Harusnya aku yang marah dengan nya, karena gara-gara kemarin dirinya dan mama meninggalkan Kiara di air terjun sendirian.
"Kok kamu malah tanya aku sih mas?" ucapku yang menatapnya dengan lekat.
"Loh, lalu aku tanya ke siapa Rey! Kamu kan yang mengurus Kiara." ucap mas Saka dengan enaknya.
Dia tidak sadar, bahwa apa yang terjadi dengan putrinya adalah salah dirinya.
"Kamu tidak sadar mas, kenapa anak kita bisa sakit seperti itu? tu semua karena gara-gara kamu! Gara-gara kamu Kiara menjadi sakit! Seandainya saja kemarin kamu tidak meninggalkan Kiara, tidak akan mungkin putriku masuk rumah sakit!"' ucapku yang kesal dengan mendorong pelan dada mas Saka.
Ya, aku sangat kesal sekali, sebab baru kali ini mas Saka lalai setelah beberapa tahun menjadi ayah untuk Kiara. Yang aku tahu mas Saka adalah seorang ayah yang siaga. Pasti selalu ada!
Tetapi ini, mas Saka sudah tidak bisa di percaya lagi, aku tidak akan membiarkan mas Saka membawa bawa putriku lagi.
"Rey, kenapa bahas masalah kemarin sih, aku kan sudah minta maaf sama kamu! Dengarkan sekali lagi, aku minta maaf, aku dan mama tidak sengaja!" ucap mas Saka lagi dengan sedikit ketus.
Aku hanya diam sambil langsung membuang muka. Hingga kini aku dan mas Saka saling diam. Tidak berselang lama dokter dan suster pun keluar, aku segara masuk ke dalam ruangan untuk melihat putriku. Terlihat Kiara yang tidak terlelap. Wajahnya sangat pucat sekali. Aku menjadi sangat tidak tega.
"Nak, ya Allah, anak mama. Sakit ya sayang?" ucapku sambil mengusap pelan pucuk kepala Kiara.
"Tidak kok ma. Hanya badan Kiara terasa sakit semua." jawabnya.
"Ya, nanti setelah ini kamu akan segera sembuh." ujarku.
Pintu terbuka, mas Saka masuk dengan wajah yang sok cemas. Entah cemas dan panik sungguhan atau hanya spik saja. Aku tidak tahu.
"Anak papa, ya Allah nak,
maafkan papa ya nak, maafkan papa, kamu malah menjadi seperti ini." ucap mas Saka.
Aku hanya terdiam sambil terus menatap putriku.
"Tidak apa-apa kok pa. Kemarin papa kan tidak sengaja. Kiara hanya takut saja pa, soalnya kemarin disana banyak monyet." ucap Kiara.
Mas Saka mengangguk dengan senyum dan meminta maaf kembali kepada Kiara. Lalu pria yang sudah hidup bersama ku hampir 9 tahun itu mencium kening putrinya.
Kiara langsung menatapku sambil memegangi perutnya.
"Mama. Kiara lapar." ucapnya.
"Lapar ya? Kiara mau makan apa sayang, biar mama belikan ya." ucapku.
"Mau ayam bakar ma. Sepertinya enak!" ucap Kiara.
"Ayam bakar? Emm oke." ucapku mengiyakan.
"Tapi Kiara ingin ayam bakar yang sering oma belikan ma." ucapnya.
Aku menyatukan kedua alis. Kemudian aku dan mas Saka saling tatap. Bukan aku tidak mau membelikannya untuk Kiara, tetapi jarak dari rumah sakit ini sangatlah jauh, dan jika pesan memakai ojek online, juga butuh waktu lama menunggu.
"Tapi nak, ayam bakar yang kamu minta itu jauh? Apa tidak apa-apa kamu menunggu?" tanyaku.
Kiara hanya mengangguk saja.
"kalau gitu biar papa yang membelikan.." ucap mas Saka tiba- tiba.
"Tidak usah! Biar aku yang memesankan melalui ojek online." ucapku datar.
"Rey, biar aku saja. "'ucap mas Saka yang langsung mengambil hp ku.
"Terserah!" ucapku dingin.
"Tunggu ya sayang, papa beli dulu." ucap mas Saka kepada Kiara dan mengecup keningnya kembali.
Setelah mas Saka berlalu, aku mengajak ngobrol Kiara, agar anakku itu tidak merasa bosan. Putriku itu paling tidak betah di rumah sakit, katanya takut suntik dan obat. Aku harus banyak-banyak bersabar untuk menghadapi anak yang sangat susah seperti Kiara.
Hingga satu jam sudah kami menunggu. Mas Saka belum kembali juga. Ya memang aku akui tempat ayam bakar yang Kiara minta lokasinya jauh, bahkan melewati rumah mama. Tetapi jika dari rumah mama jaraknya dekat, tidak harus berputar seperti saat di rumah sakit ini.
"Ma, papa kok lama ya?" ucap Kiara yang sepertinya sudah sangat lapar sekali.
"Sabar ya sayang, kamu sudah sangat lapar ya.. Mama telfon papa dulu." ucapku sambil meraih ponsel.
Namun satu panggilan tidak di jawab, hingga dua, tiga, empat, sampai lima kali panggilan tidak di angkat. Aku menghembuskan nafas dan langsung menghubungi mama. Lebih baik aku menyuruh mama saja. Apa lagi jarak dari rumah lebih dekat ke lokasi ayam bakar. Entah lah, aku tidak tahu mas Saka kemana!
Aku mencoba menghubungi mama. Terhubung, namun sama saja tidak di angkat? Apakah mama tidur? Ya tidak mungkin, apa lagi mama tahu bahwa cucunya sedang berada di rumah sakit. Aku menghubungi mama kembali, sama saja, bahkan sampai tujuh kali panggilanku tidak di angkat. Apakah benar mama tidur.
Akhirnya aku memutuskan untuk memesan ayam bakar di ojek online saja. Tetapi saat aku hendak memesan, Kiara mencekal tanganku, dan berkata jika dirinya ingin boneka panda yang berada di rumah.
Memang boneka panda itu adalah boneka kesukaan Kiara. Tetapi bagaimana? Mas Saka dan mama tidak bisa di hubungi.
"Ma Kiara mau boneka ma. Tidur Kiara gak nyaman di sini," ucap Kiara yang rewel.
Aku benar-benar bingung. Satu kali lagi aku menghubungi mas Saka. Siapa tahu saja kan di angkat.
Tut tut tut.
"Papa tidak mengangkat telfon mama nak. Tidak mungkin mama yang mengambilnya di rumah. Nanti kamu dengan siapa?" ucapku yang tidak mungkin meninggalkan Kiara di rumah sakit sendirian.
"Tapi Kiara mau boneka itu ma. Kalau tidak ada, Kiara mau pulang aja." celetuknya.
Aku menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Jika kamu disini sama suster mau nak? Mama tinggal sebentar buat ambilkan kamu boneka, ya?" ucapku sambil mengelus pelan pucuk kepala Kiara.
Gadis kecilku itu mengangguk. Aku segera memanggil perawat untuk datang ke ruangan Kiara.
"Ada yang perlu saya bantu bu?" ucapnya saat sudah datang.
"Sus. Maaf ini saya mau mengambil sesuatu dulu di rumah. Bisa tidak, saya minta tolong untuk suster menjaga anak saya, sebentar saja." ucapku dengan wajah melas.
"Baik bu, tidak apa.." ucap suster.
Aku pun merasa lega.
"Nak, sama suster dulu ya. Mama akan ambilkan boneka kamu, serta ayam bakar yang kamu mau, tidak lama kok." ucapku sambil mengecup kening putriku.
Aku pun bergegas keluar menuju lobby. Beruntung banyak taksi blue yang sedang berhenti, aku langsung menaikinya dan melaju menuju rumah.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek