Apa yang akan Luna lakukan jika dia memiliki kesempatan untuk kembali ke tiga tahun sebelumnya?.
Luna: "Aku akan menjauh dan menghindari pria brengsek seperti Julian."
...
Di pemakaman yang sudah sunyi, seorang wanita menatap kosong tiga nisan milik keluarganya, Ayah, ibu dan kakaknya. Semua telah pergi, meninggalkannya sendiri.
Ini semua karena Julian. Obsesinya pada pria itu menghancurkan segalanya. Ia menyakiti Kirana, tunangan Julian, hingga pria itu membalas dengan menghancurkan hidupnya.
"Ini balasan karena menyakiti Kirana," ucap Julian sebelum pergi.
Luna terisak. Julian benar. Dialah yang salah. Dia mencoba membunuh Kirana demi mendapatkan Julian, tapi sekarang, dia kehilangan segalanya, dan itu semua karena dirinya yang membuat Julian murka hingga pria itu membunuh keluarganya.
Bodoh. Aku bodoh, ratapnya dalam hati.
....
Hai jangan lupa beri like dan dukungan kalian untuk cerita ini ya. 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waya520, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Hidup Lagi?
Luna menatap sendu pergelangan tangannya yang kian hari semakin kurus.
Sudah seminggu lebih dia bolak-balik ke makam, tempat dimana keluarganya dimakamkan. Tubuhnya tidak terurus, pipinya yang tadinya chuby kini terlihat tirus. Belum lagi dirinya yang sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi karena rumahnya sudah disita oleh bank, dan itu semua ulah Julian.
"Ayah, ibu, kak Deon, aku minta maaf."
Angin menerpa tubuhnya, meskipun udara mulai dingin, tapi Luna tetap duduk didepan nisan milik keluarganya.
Daun-daun kering mulai berjatuhan, sebagian jatuh ke tanah dan sebagian jatuh di atas nisan pemakaman disini.
Luna merenung. Dirinya benar-benar buta oleh cinta. Selama ini dia terlalu sibuk mengajar cinta Julian, ah lebih tepatnya terobsesi dengan pria yang mungkin tidak pernah menganggapnya ada.
"Bodoh." ucapnya untuk dirinya sendiri.
Luna menatap sendu langit yang perlahan mulai gelap, hari sudah sore dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, tapi dia tidak menghiraukannya, dia lelah bahkan untuk berdiri pun dia tidak mampu lagi.
"Tuhan, maaf jika selama ini aku selalu berbuat jahat pada orang-orang, sudah cukup penderitaan ini. Aku tidak kuat." perlahan Luna mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku celananya. Dirinya sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi disini. Untuk apa dia hidup, tidak ada lagi tempat untuk pulang. Keluarganya semua sudah mati dan tidak ada yang tersisa.
Dia takut sendirian, dia tidak suka sendirian.
"Ayah, ibu, kakak." wanita itu menggantungkan ucapannya. Matanya mulai memanas hingga air matanya perlahan jatuh seiring dengan turunnya hujan.
Luna memejamkan matanya sejenak, menikmati tetesan hujan yang mengguyur sekujur tubuhnya.
"Aku akan menyusul kalian." tanpa ragu, wanita itu langsung menggores pergelangan tangannya.
Sret....
Darah berlomba-lomba keluar dari pergelangan tangannya, perlahan kesadaran Luna mulai menghilang, pandangan matanya juga ikut mengabur.
Bruk....
Tubuh kurus itu langsung ambruk tepat didepan nisan milik keluarganya.
"Seandainya ada kesempatan kedua, aku berjanji akan hidup dengan baik."
....
"WOI LUNA BANGUN!"
Luna perlahan membuka matanya, tubuhnya masih terasa dingin, mungkin efek terkena hujan saat di makam.
Tunggu.
Srak...
Wanita itu langsung bangun dan memeriksa pergelangan tangannya.
Matanya membola saat melihat tangannya yang mulus dan terlihat normal, maksudnya seingatnya, dia kehilangan berat badannya hingga tubuhnya hanya tersisa tulang dan kulit.
Plak....
Seseorang memukul dahinya.
"Cepat bangun, dari tadi dipanggil tapi tidak menjawab." gerutu Deon yang membuat wanita itu terkejut.
Luna dengan cepat menangkup wajah kakaknya. "Kak, kau masih hidup?"
Deon dengan cepat mendorong tubuh adiknya hingga wanita itu terjerembab diatas ranjang.
"Yak!" teriak Luna yang membuat Deon langsung menoyor kepala wanita itu.
"Cepat turun, ayah dan ibu sudah menunggu kita." gerutu pria itu yang membuat Luna diam.
Melihat respon adiknya, Deon berpikir jika wanita itu mungkin sudah gila.
Tidak biasanya Luna diam dan melamun.
"Hey Lun." Deon mengibaskan tangannya didepan wajah wanita itu.
Luna mengangkat wajahnya dan Deon terkejut saat melihat mata adiknya yang sudah banjir air mata. Luna menangis?, seekor ah maksudnya seorang Luna menangis?.
Wah, mengejutkan sekali, dia harus cepat memberitahu orangtuanya.
"Kak."
Grep...
Deon terdiam saat wanita itu memeluk tubuhnya.
"Tuhan, jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku."
....
Mata Luna kembali berkaca-kaca. Saat dia turun kebawah, dia melihat ayahnya yang sedang membaca koran di meja makan, sedangkan ibunya sibuk memasak di dapur dan ditemani oleh pelayan keluarganya.
Matanya melirik ke segala arah, ini rumahnya yang dulu sebelum dihancurkan oleh Julian.
Tunggu!.
Tahun berapa sekarang?.
Deon duduk disamping ayahnya, tapi tatapannya terpaku pada adiknya yang lagi-lagi melamun, malah sekarang wanita itu diam ditengah tangga seperti patung, Sedangkan para pelayan yang ingin pergi ke atas terlihat sungkan untuk menegur wanita itu.
"Hey Luna, menyingkir dari tangga, kau ini aneh sekali hari ini. Apa demam membuatmu tidak waras." ucap Deon yang langsung mendapat pukulan Koran dari ayahnya.
Luna seketika tersadar dan dia terkejut melihat beberapa pelayan yang sudah berjejer rapi didepannya.
Dia segera berjalan menuju meja makan.
Tukk...
Ibunya meletakkan sebuah piring dan beberapa potong buah untuk sarapannya. Ah sudah lama dia tidak merasakan perasaan hangat seperti ini.
Grep...
Wendy terkejut saat anak bungsunya tiba-tiba memeluknya erat.
"Kenapa sayang?"
Luna diam dan menikmati elusan tangan ibunya yang hangat. Ternyata semua ini nyata, sepertinya Tuhan sedang berbaik hati padanya hingga dia diberikan kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya agar bisa lebih baik lagi.
Dia dulu terlalu buta oleh rasa cintanya pada Julian hingga mengabaikan keluarganya sendiri, bahkan dia menumbalkan ayahnya demi bisa dekat dengan pria brengsek itu.
Untuk sekarang. Dia berjanji akan menjaga keluarganya dan juga dirinya dari pria itu. Dia juga berjanji akan menghindar dari Julian dan juga Kirana.
Wendy memeriksa dahi anaknya, untungnya demam anak itu sudah turun.
"Luna mau ikut ayah tidak?, ayah mau menemui Wijaya siang nanti." David menurunkan korannya untuk melihat anaknya yang masih menempel pada istrinya.
Tumben sekali.
Mendengar kata Wijaya. Tubuhnya langsung bergetar, membuat Wendy terkejut dan juga takut. "Hey sayang, kenapa, yah Luna yah."
David dan juga Deon langsung beranjak dan mendekati Luna yang terlihat seperti ketakutan.
"Sepertinya Luna tidak bisa ikut yah." kata Deon yang diangguki oleh David.
Wendy langsung mendudukan anak itu ke atas kursi, dan perlahan tubuh Luna mulai tenang.
"Kau kenapa sih?" Deon tidak bisa menahan rasa penasarannya, sejak adiknya itu bangun tidur, tingkahnya sangat aneh.
"Ibu sekarang tahun berapa?" Luna mengabaikan pertanyaan kakaknya, dia balik bertanya pada ibunya.
"2022." itu Deon yang menjawab.
Luna diam, ternyata dia kembali ke tiga tahun yang lalu. Dan dia ingat kejadian hari ini.
Saat itu dia dengan semangat ikut ayahnya ke rumah pria itu hingga akhirnya dia bisa melihat Julian dari dekat, sayangnya pria itu terus mengabaikannya.
Tapi dia tidak menyerah begitu saja, dia sengaja membuat masalah hingga pria itu geram dan menegurnya.
Bukannya takut saat dimarahi, dia malah memandangi pria itu dengan tatapan cinta.
Sinting. Dia benar-benar sinting saat itu.
....
David dan Wijaya merupakan kolega kerja sekaligus teman saat sekolah dulu, itu sebabnya kenapa mereka terlihat sangat dekat.
"Loh mana anak cantikmu itu." berbeda dengan anaknya, Wijaya sangat menyukai anak dari temannya itu.
"Masih demam." jawab David lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Julian yang duduk disana mengerutkan keningnya. Luna, demam?. Aneh sekali.
Seingatnya meskipun dalam keadaan sakit, wanita itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengannya.
Bukannya terlalu percaya diri, tapi siapapun tahu jika Luna sangat terobsesi padanya. Tapi baguslah jika wanita itu tidak datang, dia bisa santai sejenak. Meski agak sepi.
....
klu dari awal julian jg mengulang wktu kenapa tetap mau di dekatin kirana dn sempat membela kirana wktu ayah julian mengingat julian.
gimana to thor ceritanya gk nyambung.
jngan sampai luna sama julian thor.
terjadit,tunjukin ada bukti kejahatannya merusak rumah tangga org tua athur,bikin gereget kelakuan Kirana dan romi ini,singkirkan para penghianat ayo semangat thorr.