Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XV CINTA ITU EMAS
Hari itu niat baik seorang Bakrun akan terucap lewat seorang ibunya yang akan menyampaikannya kepada seorang wanita idaman tiada lain adalah Neli. Segalanya telah dipersiapkan semua, banyak tetangga yang membantu keluarga ibu Sukesih yang akan melamar Neli. Sementara itu, sahabat dan kerabat dari Bakrun sudah hadir untuk datang ke rumah Neli sebagai wakil dari keluarga Bakrun.
Waktu yang telah ditentukan saat itu tampak pak Yudi beserta istri dan anaknya Mira bersama Heru sudah hadir, juga Lukman bersama Mirna juga hadir serta Heri sahabat kecil Bakrun sudah hadir pula. Semua sudah siap untuk berangkat ke rumah Neli.
Beberapa menit kemudian, datanglah utusan dari pihak Neli menjemput perwakilan keluarga Bakrun, mereka datang di rumah ibu Sukesih menaiki motor yang berjumlah 4, sementara di rumah Bakrun sudah siap untuk berangkat. Lalu di antara kedua belah pihak saling memberi kesepakatan, dan berangkatlah semuanya dalam barisan pengantar pengantin, padahal waktu itu niatnya hanya sebatas lamaran, namun pak Yudi sebagai atasan Bakrun bertanggungjawab sepenuhnya.
Iring-iringan itu akhirnya sampai juga di rumah mempelai wanita yaitu Neli. Karena acara dirubah secara mendadak, sehingga semua berjalan apa adanya. Pihak Bakrun diwakilkan kepada pak Yudi, sedangkan dari pihak Neli dipercayakan kepada pak Cusno selaku Kaur Kesrah kelurahan. Pak Dulhamid saat itu tidak ada di rumahnya.
" Alhamdulillah, semuanya telah sampai di rumah keluarga bapak Dulhamid dan Ibu Lia, hari ini adalah hari dimana nanti kita akan menjadi saksi atas sah dan tidaknya pernikahan ini. Untuk itu, saya akan menanyakan kepada bapaknya Neli selaku wali dan orang tua yang bersangkutan, mana bapaknya ?" kata pak Cusno.
Semua yang hadir saling pandang, sementara ibu Lia merasa gelisah sebab suaminya tidak berada di situ. Beberapa orang disuruh mencarinya, namun sudah setengah jam tak kunjung ketemu. Sedang bingung mencari pak Dul, tiba-tiba seseorang berteriak ;
" Ini pak Dul...ini pak Dul...." katanya sambil menunjuk ke dalam sumur.
Sebagian orang menuju ke arah orang itu, ternyata benar, pak Dul sedang berada di dalam sumur, sambil berpegangan batu bata penyangga, juga tubuhnya kelihatan merasa kedinginan.
" Pak Dul.....apakah pak Dul ?" tanya orang di atas yaitu pak Cusno.
" I....ya..ding...ngin...to...long..." kata pak Dul.
Karena banyak yang merasa iba, akhirnya diangkatlah tubuh yang tambun itu, karena berat , sehingga mereka memanggil tukang derek yang kebetulan sedang mengerjakan proyek pasang tiang listrik. Tubuh itu di derek ke atas dan setelah 2 jam lebih, tubuh pak Dul terangkat juga.
" Alhamdulillah pak Dul selamat ya pak " , kata pak Yudi.
" Iya....tapi saya pengen di dalam sumur," kata pak Dul sambil menggerutu.
" Kenapa pak ?" tanya Heru.
" Benci sama siapa tadi nama calon suami Neli, siapa ?" tanya pak Dul.
" Bakrun pak, nama aslinya Marta Bakrun," jawab Ibu Lia.
" Oh....jadi namanya Martabak Run....Martabak Run.....apa nggak ada Tahu gejrot apa nasi lengko , begitu ya ", celoteh pak Dul.
" Sudah lah pak Dul, anda siap dan wajib jadi wali atas Neli," kata pak Yudi dengan hati sedikit dongkol.
" Iya...iya, martabak run.....Martabak Run....he...he..he...Martabak Run..." celoteh pak Dul sambil nyinyir sinis.
Akhirnya, sah juga Neli menjadi istri Bakrun. Kini mereka resmi menjadi suami istri yang sah. Walaupun pak Dul rupanya tidak setuju, tapi Neli memaksanya.
Di hari pertama menjadi pasangan suamj istri, Neli begitu berbakti kepada suaminya, mungkin suatu kewajaran mana kala sebagai pengantin baru. Tapi bagi Bakrun yang menjadi menantu pak Dul terasa hidup penuh hinaan dan cacian.
"Nel, coba suruh si Martabak itu mengangkat kayu dan ditumpuk di bawah pohon mangga," suruh pak Dul kepada anaknya.
" Iya nanti pak, kang Bakrun habis pulang kerja, pak", jawab Neli.
" Bakrun....Bakrun...apa.....Mar.... Ta...Bak....paham", kata pak Dul sambil sinis.
Hal itu sering didengar Bakrun saat berada di rumah, dan herannya lagi kalau sedang di rumah. Ini yang membuat Bakrun menjadi risih berada di rumah. Bahkan ketika Neli mengandung anaknya yang pertama. Pak Dulhamid semakin menjadi-jadi ucapannya.
" Eh Nel.....kamu itu bodoh amat sih, sama Mar ta bak aja mau, sudah malas, melarat, keturunan orang susah itu...", kata pak Dul.
" Sama bapak juga ya," jawab Neli.
" Hey.....hey...Neli, dengar ya....dengarkan ya.....kamu tahu kan itu mobil....motor...yang ada di jalan raya itu punya siapa...itu punya siapa hey...?" tanya pak Dul.
" Punya siapa sih pak," kata Neli.
" Itu mobil yang bagus-bagus ....motor juga bagus-bagus...itu punya orang Nel," kata pak Dul sambil ngakak.
" Ya iya lah punya orang, bapak sih punya nggak ?" tanya Neli sambil cekikikan lihat bapaknya mengacungkan jarinya lalu diantup tawon.
" Waduuuuuuuh...ini sakit ...aduuuh sakit...", jerit pak Dul.
Setiap hari hinaan itu selalu terucap dari mulut pak Dul kepada Bakrun. Tapi karena bukan bapaknya yang terasa berat, sedangkan istrinya begitu menerima dirinya, hal itu yang membuat Bakrun kuat menjalani hidup di rumah itu.
Hingga usia kandungan Neli sudah 4 bulan, waktunya adat di daerah itu biasanya mengadakan acara 4 bulan atau Ngupati. Di acara adat itu biasanya tuan rumah yang sedang memiliki kandungan 4 bulan, membagikan ketupat kepada warga, yang setiap bungkusan isinya 1 ketupat, 1 lontong, 1 leupeut serta sekantung plastik sayur sop kadang juga opor ayam.
Begitupun Neli, hari itu keluarga dari Bakrun dan Neli bantu membantu membuat acara adat tersebut. Setelah jadi lalu dibagikan kepada para saudara dan tetangga serta kerabat dekat.
Begitu acara selesai, pak Dul yang semula juga merasa tidak cocok, sama pernikahan itu, akhirnya pergi dan tidak ada di rumah hingga acara selesai. Ternyata beliau sengaja pergi ke sawah. Pas pak Dul pulang, nasibnya naas juga, beliau terperosok di selokan berlumpur hitam. Sehingga pas pulang kelihatan hitam semua, membuat saudaranya dan juga para undangan makan ketupat menertawakannya. Malu setengah mati.
" Eh kang...." kata istrinya " itu balasan manusia durjana yang sombong dan tak punya malu", sambung ibu Lia, istrinya.
" Biarin ya....Mar ta bak....run....maratabak....martabak..." celoteh pak Dul.
Neli dan ibunya kadang dibuat kesal sama pak Dul yang orangnya itu suka menghina Bakrun. Tapi mau dikata mereka biarkan saja , toh nanti juga akan sadar suatu saat.
Usia kandungan Neli kini sudah menginjak usia 5 bulan, namun tingkah pak Dul masih juga seperti itu. Bahkan pak Dul jarang pulang ke rumah. Hingga suatu saat Bakrun memberi hadiah. Apa tanggapan pak Dul ?