"Ada sebuah kisah kuno dari gulungan tua... tentang seekor naga yang tak mati meski semesta memutuskan ajalnya."
Konon, di balik tirai bintang-bintang dan bisikan langit, pernah ada satu makhluk yang tak bisa dikendalikan oleh waktu, tak bisa diukur oleh kekuatan apa pun—Sang Naga Semesta.
Ia bukan sekadar legenda. Ia adalah wujud kehendak alam, penjaga awal dan akhir, dan saksi jatuh bangunnya peradaban langit.
Namun gulungan tua itu juga mencatat akhir tragis:
Dikhianati oleh para Dewa Langit, dibakar oleh api surgawi, dan ditenggelamkan ke dalam kehampaan waktu.
Lalu, ribuan tahun berlalu. Dunia berubah. Nama sang naga dilupakan. Kisahnya dianggap dongeng.
Hingga pada suatu malam tanpa bintang, seorang anak manusia lahir—membawa jejak kekuatan purba yang tak bisa dijelaskan.
Ia bukan pahlawan. Ia bukan penjelajah.
Ia hanyalah reinkarnasi dari sesuatu yang semesta sendiri pun telah lupakan… dan takutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Udara malam di Hutan Kota bergetar, seolah langit sendiri menahan napas.
Ryu menatap sosok itu dengan mata tajam. “Raja? Apa maksudmu? Makhluk apa kau ini, dan kenapa membuat kekacauan di Bumi?!”
Sosok itu melayang sedikit ke depan, api ungu di matanya berkobar. “Aku adalah pelayan setia rajaku. Dia biasa menyebutku… Nebula.”
Kata itu menggema seperti palu yang memukul batin setiap orang di situ. Nebula melayang perlahan, seolah gravitasi tidak berarti baginya.
Semua jenderal Stellaris langsung bersiap. Kang Hyun-jo mengangkat pedang panjangnya, Lee Jae-sung memanggil pusaran energi di meriam bahunya, Han So-min membentuk lingkaran medan gravitasi di sekitar mereka, dan Park Min-ho mengatupkan tinjunya, ototnya menggeliat seperti baja yang hidup.
Nebula berhenti tepat lima meter dari mereka, dan berkata lagi, kali ini suaranya berubah menjadi lebih berat dan dingin.
“Di mana… rajaku?”
Ryu mengerutkan dahi. “Aku tidak tahu apa yang kau maksud!”
Nebula terdiam. Api ungu di matanya meredup sesaat… lalu kembali menyala lebih besar. Aura membunuhnya meledak seperti badai kosmik. “Jangan berbohong, makhluk fana. Aku bisa merasakan jejak rajaku di tubuhmu. Jika kau terus menolak memberitahu… aku akan membunuh kalian semua.”
Tanah di bawah mereka retak-retak, pohon-pohon di sekeliling mulai layu hanya karena tekanan aura itu.
Ryu menghunus pedangnya, aura Star Soul-nya meledak hingga membentuk pusaran cahaya biru keperakan. “Kalau begitu dengarkan baik-baik… Kau adalah ancaman bagi dunia ini, dan kami… akan memusnahkanmu!”
Ledakan Pertempuran
Tak ada aba-aba.
BOOOM!
Ryu langsung menghilang dari tempatnya, muncul tepat di depan Nebula, pedangnya menghantam ke bawah dengan skill ultimate:
“Heavenfall Star Slash!”
Pedang itu memecah udara, meninggalkan garis perak memanjang. Namun… CLANG! Nebula hanya mengangkat satu tangan dan menahan bilahnya dengan dua jari. Tak ada goresan, tak ada luka.
“Lemah,” gumam Nebula sambil mendorong Ryu mundur beberapa meter dengan satu sentakan.
Lee Jae-sung sudah mengunci target.
“Nova Artillery – Stellar Oblivion!”
Meriamnya memuntahkan rentetan sinar plasma bercampur energi bintang, setiap tembakan seperti meteor jatuh. Ledakan mengoyak tanah, cahaya menyilaukan membuat malam berubah siang. Namun ketika debu menghilang, Nebula masih melayang… tanpa sedikit pun goresan.
Han So-min maju, tangannya terangkat tinggi. “Graviton Collapse!”
Medan gravitasi raksasa menelan Nebula, menekan tubuhnya dari segala arah dengan kekuatan yang cukup menghancurkan kapal perang. Tanah di bawahnya terhimpit, membentuk kawah raksasa.
Park Min-ho langsung melompat ke dalam kawah itu, tinjunya menyala dengan api merah. “Quasar Breaker!”
Pukulan itu menghantam dada Nebula dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan gunung.
Namun—
BZZT!
Nebula memandang Min-ho seperti memandang seekor serangga, lalu dengan satu ayunan tangan memukulnya keluar dari kawah. Tubuh Min-ho terbang puluhan meter, menghantam pohon-pohon hingga hancur, darah muncrat dari mulutnya.
Ryu kembali menyerang, kali ini memanggil skill keduanya. “Void Star Severance!”
Pedang membentuk lengkungan energi yang memotong udara menjadi dua. Nebula terhuyung sedikit, tapi luka yang terbentuk di bahunya langsung menutup seperti tidak pernah ada.
“Aku sudah berkata… kalian hanyalah makhluk fana. Serangan kalian… hampa.”
Kang Hyun-jo menyerbu dari belakang, pedangnya menyala dengan ratusan kilatan cahaya. “Astral Mirage – Thousand Starlight Cuts!”
Ratusan tebasan menghujani Nebula dari segala arah, membentuk kubah cahaya mematikan. Tapi Nebula hanya mengangkat tangannya, dan seluruh serangan itu… membeku di udara, sebelum hancur menjadi butiran debu.
Lee Jae-sung menggertakkan gigi. “Sialan, bahkan energi kita… dia hancurkan begitu saja.”
Nebula membuka telapak tangannya, nebula di dadanya berputar cepat. Dalam sekejap, puluhan paku cahaya hitam muncul di udara.
“Stellar Impalement.”
Paku-paku itu meluncur dengan kecepatan cahaya. Han So-min membentuk medan gravitasi untuk menahan, tapi hanya mampu menghentikan setengahnya. Sisanya menembus tubuh beberapa prajurit Stellaris yang ikut bertempur. Jeritan terdengar… lalu sunyi.
Park Min-ho yang baru bangkit kembali menyerang, meski tubuhnya bergetar. “Aku belum kalah, brengsek!”
Ia menyalakan skill pamungkasnya: “Supernova Fist – Final Collapse!”
Tinjunya memukul udara, menciptakan ledakan radial yang melibas semua ke arah pusat. Namun Nebula menahan dengan satu tangan, dan ledakan itu malah tersedot masuk ke tubuhnya, menghilang seolah tidak pernah ada.
Min-ho menatap tak percaya. “Mustahil…”
Nebula menatapnya datar. “Kalian melawan langit… dengan batu kerikil.”
Dengan satu tebasan tangan, ia memotong udara—dan memisahkan tanah sepanjang puluhan meter. Min-ho terhempas lagi, kali ini tak bangun.
Ryu memanggil semua energinya, napasnya berat. “Kalau begini… kita semua akan mati.”
Kang Hyun-jo berdiri di sisinya. “Komandan… aku tidak bisa menahan ini lama lagi. Energi kita diserapnya.”
Han So-min mulai kehilangan kendali medan gravitasinya. “Dia… memakan energi Star Soul kita.”
Nebula melayang pelan, setiap langkah di udara membuat gravitasi di sekitarnya berguncang. “Waktu kalian habis. Katakan di mana rajaku, dan aku akan memberi kalian kematian yang cepat.”
Ryu menggertakkan gigi. “Tidak. Selama aku berdiri, kau tidak akan menyentuh siapapun di dunia ini.”
Ryu memejamkan mata, mengaktifkan skill pamungkasnya. Aura biru keperakan berubah menjadi putih murni—tanda pelepasan Star Soul penuh.
“Celestial Annihilation – White Dusk Blade!”
Cahaya dari pedang itu memecah langit malam, membentuk gelombang energi memanjang. Semua jenderal mundur, memberi ruang.
Nebula menatapnya… lalu tersenyum tipis. “Menarik.”
Ia mengangkat tangan, nebula di dadanya berputar hingga menciptakan lubang hitam mini di depannya.
BOOOOM!
Gelombang pedang Ryu menghantam lubang hitam itu, tapi serangan yang mampu memotong meteor itu tertelan seluruhnya.
Nebula menghilang dari tempatnya, muncul tepat di depan Ryu. Sebelum Ryu sempat bereaksi, tangan hitam itu menembus pelindung aura dan mencengkeram lehernya.
Api ungu membakar kulit Ryu.
“Jejak rajaku… ada di dalam dirimu. Aku akan menemukannya… bahkan jika harus memisahkan tulang dari dagingmu.”
Lee Jae-sung dan Kang Hyun-jo serentak menyerang, tapi Nebula hanya mengibaskan tangannya, melempar Ryu ke tanah lalu menghalau serangan mereka. Tanah bergetar, kawah-kawah baru terbentuk.
Han So-min, wajahnya penuh darah, memanggil sisa tenaganya: “Gravity Singularity – Collapse Zero!”
Medan gravitasi absolut membungkus Nebula, memadat menjadi bola hitam pekat.
Sekejap, semua suara hilang.
Lalu… CRACK!
Bola itu pecah dari dalam, cahaya ungu meledak, menyapu seluruh area. Para jenderal terhempas, tubuh mereka terbentur tanah, beberapa pingsan.
Ryu perlahan bangkit, darah mengalir di pelipisnya. Ia menatap Nebula yang berdiri tak tersentuh, api ungunya membara lebih besar dari sebelumnya.
Medan pertempuran bergetar hebat.
Nebula melayang tepat di depan Ryu, lalu mengangkat satu tangan. Gravitasi di sekeliling langsung melesat naik ribuan kali lipat.
WHUUM!
Ryu terhuyung. Lututnya seketika menekuk. Tulangnya berderak, darah merembes dari sudut bibirnya. Rasanya seperti gunung runtuh di atas tubuhnya.
“Kuagh…!”
Nebula mendekat, matanya yang berapi ungu menatap dingin. “Aku akan bertanya dengan baik sekali lagi… di mana rajaku, manusia?”
Ryu terengah-engah, setiap kata terasa seperti menelan pisau.
“Aku… tidak… tahu… makhluk bajingan… Meski kau… membunuhku… aku… tidak… tahu raja… yang kau maksud!”
Nebula terdiam sesaat, seakan menimbang kata-kata itu. Lalu ia berkata pelan, namun menusuk:
“Kalau begitu… matilah.”
WHUUUUM!
Tekanan gravitasi meningkat drastis. Suara tanah retak terdengar nyaring. Darah mulai menetes dari pori-pori Ryu, tubuhnya bergetar tak terkendali. Ia tahu, satu detik lagi… semua tulangnya akan remuk.
Jauh dari medan pertempuran, di rumah yang dijaga ketat, Elsha sedang menyeduh teh.
Tiba-tiba—
CRASH!
Cangkir di tangannya jatuh dan pecah. Sebuah gelombang tak terlihat membuat jantungnya berdegup kencang.
“Apa… ini?” bisiknya. Perasaannya menjadi gelisah, seolah ada sesuatu yang mengancam keberadaan dunia itu sendiri.
Dari ranjang, Asterion perlahan membuka mata. “Hm…? Aura ini…”
Elsha yang melihatnya bangun langsung memeluknya erat. “Kau pasti kaget, ya, Asterion? Tenang… ibu akan menjagamu dengan baik kali ini.”
Asterion terdiam, menatap ke arah jendela. Dalam hatinya ia bergumam, “Ini… bukankah ini auranya?”
Kembali ke Pertempuran
Ryu sudah setengah pingsan. Pandangannya kabur, napasnya sesak.
“Maafkan aku… semuanya…” gumamnya lirih.
Lalu—
ZWOOOSH!
Sebuah cahaya emas melesat di udara, membelah kabut gravitasi itu. Tombak bercahaya Gungnir menghantam tepat di dada Nebula.
BOOOOOOM!!!
Ledakan energi memekakkan telinga. Tubuh Nebula terhempas jauh, menghantam formasi bebatuan hingga meledak berkeping. Gravitasi yang menekan Ryu lenyap seketika.
Ryu terjatuh, napasnya tersengal, lalu sebuah tangan kokoh mengulurkan diri padanya.
“Kau baik-baik saja, Komandan Ryu? Sudah lama aku tidak melihatmu babak belur seperti ini. Sepertinya makhluk itu benar-benar kuat, ya?”
Ryu menatap orang itu, lalu tersenyum tipis meski wajahnya penuh luka. “Ya… seperti yang kau lihat… General.”
Kedatangan Tiga Petinggi Stellaris
Orang itu adalah General Moon Seok-hyun, legenda hidup Stellaris. Di belakangnya berdiri dua figur lain: Jung Ha-yoon, sang pemanah bintang yang tak pernah meleset, dan Baek Ji-won, sang ratu medan pertempuran.
Gungnir berputar di udara lalu kembali ke tangan Ji-won. Ia meniupkan napas kecil ke senjata itu, lalu berkata, “Sial… dia masih bisa bergerak setelah terkena ini?”
Di kejauhan, Nebula kembali melayang. Ada lubang sebesar kepala manusia di dadanya, namun semua bisa melihat—lubang itu perlahan menutup. Daging dan energi menyatu kembali, meninggalkan kulitnya utuh.
Ji-won mengumpat pelan. “Curang sekali. Bahkan monster galaksi tidak sembuh secepat ini.”
Nebula menatap ketiga petinggi itu, matanya menyipit. “Tak kusangka… manusia bisa memiliki kekuatan seperti itu. Tapi sayangnya… serangan itu masih belum cukup untuk menggoresku.”
Moon Seok-hyun tersenyum tipis, lalu memutar pergelangan tangannya. “Itu karena serangan tadi cuma pemanasan.”
Star Soul Tingkat 6
Aura dari ketiga petinggi itu meledak bersamaan.
BOOOOM!!!
Langit di atas medan pertempuran bergetar. Rasi bintang ungu muncul di belakang mereka, masing-masing membentuk lambang:
Moon Seok-hyun: Orion Celestial Hunt
Jung Ha-yoon: Lyra Void Strings
Baek Ji-won: Andromeda War Empress
Tekanan yang mereka pancarkan membuat tanah retak, udara berdesir, dan sisa-sisa prajurit Stellaris mundur tak mampu menahan intensitasnya.
Moon Seok-hyun mengangkat pedangnya yang bersinar perak. “Mulai dari sini… pertempuran yang sesungguhnya dimulai.”
Pertempuran Memanas
Nebula menatap mereka… lalu tersenyum untuk pertama kalinya malam itu. “Menarik… sangat menarik.”
Ha-yoon sudah bergerak lebih dulu. Dari busurnya, puluhan anak panah energi ungu ditembakkan. Mereka bukan hanya melesat, tapi menghilang di udara, muncul tepat di titik buta Nebula.
“Lyra’s Final Rhapsody!”
Nebula menangkis sebagian, tapi dua anak panah berhasil menembus perisai energinya, menciptakan ledakan kecil di bahunya.
Sebelum debu mereda, Ji-won maju dengan Gungnir.
“Andromeda Spear Art – Spiral Singularity!”
Tombaknya berputar seperti pusaran galaksi, menghantam dari bawah ke atas. Nebula memblokir dengan kedua lengan, namun ledakan dorongan dari pusaran itu mendorongnya mundur.
Moon Seok-hyun tak memberi waktu, melesat di udara.
“Orion Blade – Heavenly Hunt!”
Puluhan pedang cahaya turun dari langit, masing-masing sebesar bangunan. Tanah di bawah pecah berkeping.
Untuk pertama kalinya, Nebula tidak hanya bertahan. Ia mengangkat kedua tangannya, dan bintang-bintang di langit meredup.
“Dark Singularity – Event Horizon.”
Dari telapak tangannya, dua lubang hitam mini terbentuk. Semua serangan yang mengarah tersedot, termasuk beberapa pedang cahaya milik Seok-hyun.
Ha-yoon memekik. “Dia memakan serangan kita lagi!”
Nebula melesat maju, memukul Ji-won dengan kekuatan yang membuat Gungnir terlepas dari tangannya. Ji-won terpental, menabrak dinding batu.
Seok-hyun maju, menangkis serangan Nebula. Benturan mereka memicu gelombang kejut yang membuat medan pertempuran berguncang seperti gempa.
Ryu yang sudah berlutut jauh di belakang hanya bisa menatap. Ia tahu—bahkan tiga petinggi Stellaris harus mengeluarkan semua kemampuan mereka untuk menahan monster ini.