NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternistakan

Istri Yang Ternistakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Penyesalan Suami
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: F A N A

Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.

Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter -15

“Mengapa pernikahanku jadi berakhir seperti ini ya, Rabb? Apa salahku, sampai engkau memberikanku cobaan yang begitu berat?” Menangis. Dalam langkah terseok menyusuri jalan, Aiza menghentikan langkah menyeka air mata.

Wajahnya bengkak. Sebagian dipenuhi luka lebam akibat kekerasan yang Bachtiar lakukan.

“Salahku di mana? Dosa besar apa yang sudah aku lakukan, sampai hidupku berakhir semenyedihkan ini?!” Kali ini suara Aiza terdengar lebih keras, sampai-sampai mencuri atensi orang sekitar yang kebetulan lewat di depannya.

Lalu lalang kendaraan, khususnya para pemotor ikut menangkap kesedihan Aiza. Kehancuran, betapa mirisnya hidup yang menimpanya bisa ikut mereka rasakan bukan hanya dari tangisannya, melainkan juga dari warna keunguan yang mengukir wajah Aiza beserta lengannya.

Dress bewarna creme yang semulanya cantik, melekat anggun di tubuh Aiza bahkan kini tampak begitu kotor dan lusuh. Tak tampak lagi kemewahan, ke-eleganan yang ditonjolkan oleh dress tersebut yang kini di beberapa tempat bahkan sudah koyak.

Aiza kembali menyeret tas nya. Dengan masih tersedu menangisi kemalangan pernikahannya, wanita muda itu terus melangkahkan kakinya menyusuri tepi jalan, tanpa tahu ke mana arah yang hendak ia tuju?

Pyaaarr!

Lengkingan suara petir mengejutkan Aiza. Reflek melempar tasnya ke tanah, lalu menutupi kedua telinganya dengan tangan. Suara petir yang menggelegar begitu menakutkan bagi Aiza. Bagaikan trauma yang begitu berat, sampai wanita muda yang sedang ditimpa kemalangan luar biasa tersebut berjongkok ketakutan.

“Jangan takut,” sebuah suara terucap begitu berat namun sangat lembut. Mengulurkan tangan kehadapan Aiza. Tapi tidak langsung mendapatkan respon dari wanita muda itu.

Aiza masih belum peka. Suara itu seperti samar di telinga. Hingga akhirnya tangan yang mengulur itu meraih genggaman tangannya, menggenggamnya erat, seperti mengatakan sesuatu jika Aiza akan aman bersamanya.

Seketika itu pula Aiza menengadahkan wajah. Mendapati seiras tampan maskulin berdiri tegap di depannya. Aroma peppermint pun lantas menguar di indera penciuman Aiza, seolah semakin menyalurkan ketenangan di tengah sesak yang saat ini sedang ia rasakan?

Sorot mata itu begitu teduh. Membuat Aiza seakan terlena dalam kelembutannya. Di rangkul sepenuhnya ke dalam tubuh pria itu, menggendongnya masuk ke dalam sebuah mobil. Aiza hanya pasrah tanpa ada sedikitpun penolakan.

Tapi sesaat ketika ia berhasil bebas dari rasa dingin serta sesak yang dirasa. Tiba-tiba saja pandangan mata Aiza mengabur, seiring kesadarannya yang kian turun sampai akhirnya semua menjadi gelap!

***

“Akhirnya … anda sadar juga, Nona.” Sebuah suara menyapa indera pendengaran Aiza begitu ia membuka mata.

Aiza melirik pada sosok yang barusan berbicara padanya. Ia lihat kedua tangan itu sudah terentang ke arahnya, membantu untuk ia duduk bersandar.

“Minum dulu.”

Segelas air disodorkan ke arahnya. Aiza menurut, menempelkan bibir pada gelas tersebut, menyesap sedikit air yang ada di dalamnya.

“Sekarang saya akan siapkan makanan. Nona … tunggulah di sini, jangan melakukan apapun!” ucap sosok itu lagi, lalu bangkit dari tempatnya meninggalkan Aiza yang masih belum sepenuhnya sadar tentang apa yang sudah terjadi padanya.

Aroma peppermint menguar. Aiza menghirupnya dalam-dalam. Terasa menyegarkan, juga membantu merileksasi rasa sakit kepala Aiza yang tadinya masih terasa berat.

Wanita muda itu lalu kembali memejamkan mata, menikmati sensasi mint yang ikut melegakan pernapasan.

“Aku di mana?” Aiza bergumam. Bertanya pada diri sendiri keberadaannya. Membuka mata lebar-lebar memandang ke arah sekitar. Seperti tidak asing, tapi di mana?

Decit pintu terdengar. Sontak membuat Aiza mengalihkan sorot netranya. Mengerling pada pintu kamar yang ditutup secara perlahan. Lalu sepasang kaki yang mengenakan sepatu pantofel itu melangkah maju semakin masuk ke dalam, menuju ke arah Aiza yang sedang duduk bersandar pada dipan  memerhatikan sosok tersebut.

Tatapan teduh. Jas mahal itu bertengger sempurna membalut tubuh tinggi tegap tersebut. Semakin menambah karisma pada si pemakai yang memang sudah memiliki aura maskulin.

Aiza menengadah. Ia teringat akan suatu hal. Sosok ini pernah membantunya, juga ruangan ini merupakan ruangan yang pernah di inapinya.

Perlahan Aiza berhasil mengumpulkan potongan puzzle dalam ingatannya. Tentang mengapa ia bisa ada di sana, apa yang sudah terjadi sebelumnya terhadapnya, sampai akhirnya ia berada di tempat tersebut juga berkat siapa yang sudah menolongnya.

Semua hal terkait tentang peristiwa yang sudah ia lalui tersebut kini kembali terekam jelas di benaknya. Aiza seketika berterimakasih.

“Terimakasih—”

“Untuk?” Pria itu langsung menyela.

“Karena anda sudah menolong saya dua kali,” kata Aiza bersungguh-sungguh dengan suara lemah yang terdengar begitu lembut.

“Tidak perlu, karena sudah seharusnya aku melakukan hal ini untukmu,” ucap pria tersebut.

Pernyataan yang membuat kedua manik Aiza terbelalak. ‘Sudah seharusnya’ seakan-akan apa yang dilakukan pria ini terhadap dirinya merupakan sebuah kewajiban?

“Kau terlihat putus asa dan lemah. Sebagai seorang pria baik yang memiliki hati, sudah seharusnya aku menolongmu. Hal ini berlaku juga pada semua orang yang aku temui dengan keadaan sama sepertimu,” tambah pria itu lagi menyingkirkan rasa penasaran Aiza yang saat ini tampak begitu jelas dari raut wajahnya.

“Aiza Natsuka, apa benar itu namamu?” Pria itu mengernyitkan dahi bertanya. Lalu ia merentangkan satu tangan. “Felix D’Addison. Kau bisa memanggilku dengan sebutan, Felix. Senang berkenalan denganmu, Nona Aiza.” Tanpa menunggu tanggapan dari Aiza, lelaki itu langsung menggenggam telapak tangan Aiza untuk memperkenalkan dirinya.

Sementara Aiza, wanita muda itu hanya terpaku di tempatnya, mendengar serta melihat gerakan pria itu yang memperkenalkan diri dengan cara yang begitu mengherankan?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!