Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Terlalu Mirip
Amira menarik nafas panjang. Ia berusaha memasang wajah senang dan tersenyum. Ia pun menghampiri Elvaro dan Anya.
"Wahh... mesra banget."
Elvaro segera melepaskan pelukannya karena terkejut dengan kedatangan Amira yang tanpa suara. Amira hanya tersenyum dan terus mengaduk bubur yang ada di panci. Sementara Amira berjalan menuju meja untuk mengambil gelas dan teko air yang sudah disiapkan di sana. Ia menuangkan air dari teko ke gelasnya.
"Maaf, kalau saya mengganggu. Saya cuma mau mengambil segelas air."
"Nggak papah, kok. Kalau begitu saya pergi ke kamar dulu, " sahut Elvaro hendak meninggalkan dapur.
Namun, Amira yang penuh akan akting dan drama. Ia pura-pura tersandung tepat mengarah kepada Elvaro. Amira berharap Elvaro menangkap tubuhnya. Sementara air yang ada di gelas yang digenggam olehnya akan tumpah ke arah Anya dan menyiramnya. Tetapi perkiraan Amira tidak tepat. Elvaro sama sekali tidak memperhatikan dirinya. Melainkan ia malah memperhatikan arah air yang akan tumpah ke wajah Anya. Dengan sigap Elvaro melindungi Anya sehingga punggungnya terkena siraman air tersebut. Dan membiarkan Amira jatuh ke lantai.
Bruuukk!
Amira merintih kesakitan. Sementara Anya sangat tidak menduga tindakan Elvaro. Karenanya Anya tersenyum senang. Ini membuktikan kalau Elvaro lebih mengutamakannya. Dan karena itu juga Anya menjadi sangat yakin bahwa tidak salah baginya untuk menaruh hati pada Elvaro.
"Awww, sakit! " lirih Amira berusaha bangun sendiri.
Amira benar-benar sangat kecewa. Padahal perkiraannya itu sudah sangat tepat. Tapi kenapa malah jadi seperti ini? Pikir Amira.
Elvaro yang menyadari Amira tersungkur ke lantai segera berbalik melihat keadaannya.
"Kamu gak papa? " tanya Elvaro.
"Iyah, gak papa, " balas Amira sedikit ketus karena memang sesakit itu.
Amira melirik kepada Anya yang kini sedang tersenyum senang melihat rencananya gagal. Amira semakin kesal dan membencinya. Tidak lama kemudian, Aiden datang menjemput Amira ke dapur.
"Apa yang terjadi? " tanya Aiden.
"Ah, ini Amira jatuh kesandung. Lagian kamu juga, kenapa biarin Amira mengambil minum sendiri. Seharusnya kamu lebih perhatian padanya, " ujar Elvaro mengomel.
"Iya, Ayah. Maaf, tadi aku ketiduran. Aku semalam kurang tidur. Jadi, aku istirahat sebentar, " balas Aiden.
"Kamu gak papah, kan? " sambungnya bertanya pada Amira.
Amira tidak langsung menjawab dan memasang wajah kesal juga marah. "Iyah, saya gak papah, " balasnya ketus.
"Yaudah, saya antar kamu ke kamar. Nanti biar saya ambilkan kamu minum, " tukas Aiden dengan penuh perhatian.
Lantas, Aiden mengantar Amira ke kamar. Sebelum pergi, Amira melirik tajam kepada Anya sekilas.
"Saya juga mau ke kamar. Sekalian ganti baju, " ucap Elvaro.
Anya mengangguk semangat dengan senyum yang lebar. Elvaro pun berlalu pergi dari pandangan Anya. Sementara, bubur yang ia masak sudah matang dengan sempurna. Ia segera menyajikan satu centong besar memenuhi mangkuk. Tidak lupa ia juga menaburkan daun ketumbar dan bawang goreng diatas buburnya. Untuk topingnya Anya hanya menggunakan satu telur rebus dipotong menjadi dua bagian. Anya membawa bubur itu bersama segelas air putih ke kamar Bima.
Tok... Tok... Tok...
Anya masuk begitu saja karena pintu tidak dikunci. Bima yang terbangun karenanya bangkit dan duduk.
"Makanlah dulu. Biar tenaga kamu kembali lagi. Setelah itu, minum obat dan istirahat, " ucap Anya sambil duduk di samping Bima.
Perkataannya sama persis seperti yang selalu dikatakan Aira ketika sakit. Bima jadi merasa kalau Bundanya memang terlahir kembali dalam wujud Anya. Bima tersenyum dan mengangguk pelan.
"Ini makanlah! " ujar Anya memberikan nampan dengan bubur yang ia buat dan segelas air putih di atasnya.
Anya hendak pergi setelah memberikan memberikan bubur itu, tapi siapa sangka Bima menahannya sambil menatap dirinya penuh harapan.
"Ada apa? " tanya Anya.
"Bisakah kamu tinggal dan menyuapi ku? " jawab Bima.
Anya tersenyum dan duduk kembali. "Dasar anak manja. Baiklah."
Lagi-lagi, kata-kata yang diucapkan nya sama persis. Bima semakin yakin, kalau Anya itu adalah reinkarnasi Bundanya. Anya mengambil mangkuk buburnya dan mulai mengambil sesendok kecil. Karena masih sangat panas dan mengepul Anya sedikit meniupnya.
"Aaaaa~"
Anya memberikan suapan pertamanya kepada Bima. Dengan senang hati Bima membuka mulutnya dan memakan bubur itu dengan hati yang tenang. Bima tidak bisa memalingkan pandangannya dari wajah Anya. Entah bagaimana ia menjadi bersemangat kembali. Dan ia merasa bahagia. Suapan demi suapan sudah ditelan Bima sampai habis. Lalu, Anya memberi segelas air putih untuk minum.
"Sudah habis! Anak pintar! Sekarang tidur dan istirahat, " ucapnya lagi sambil mengacak pelan rambut Bima.
"Iyah.... Mah? " jawab Bima membuat Anya tertegun sebentar.
"Apa?" sahut Anya memastikan kalau dia tidak salah dengar.
"Terima kasih, Mamah, " ucap Bima lagi dengan begitu jelas ia katakan.
Anya jadi malu sendiri dan tertawa canggung karenanya.
"Rasanya aneh. Tidak usah panggil begitu. Panggil saja seperti biasa saja, " balas Anya.
Bima tertawa kecil. "Hei! Bukankah itu yang kamu mau sebelum menikah dengan Ayah? Sekarang malah menyebut ku aneh. Yang aneh itu kamu."
"Masa sih? Kapan aku bilang begitu? " balas Anya pura-pura tidak ingat.
"Sudahlah. Aku mau istirahat. Cepat keluar! " seru Bima sambil tersenyum mengusirnya keluar.
"Baiklah tuan muda. Tidurlah dengan nyenyak. "
Anya pun bergegas pergi ke luar dan membiarkan Bima untuk istirahat. Ia menaruh wadah bekas itu di wastafel dan langsung mencucinya. Setelah itu Anya ke kamarnya. Ia melihat Elvaro sedang bersantai sambil membaca buku. Elvaro menaruh buku yang dibacanya dan menghampiri Anya.
"Sudah selesai?"
"Apa? "
"Membuat buburnya. Kenapa lama sekali? " tanya Elvaro penasaran.
"Oh... tadi Bima katanya pengen makan di sambil disuapi makannya tadi saya agak lama di kamar Bima. "
Elvaro mendengar nya merasa sangat senang dan lega. Ia memeluk Anya lembut.
"Makasih yah, untuk hari ini. Lain kali, saya juga ingin sekali disuapi kamu, " goda Elvaro manja.
"Ish, apaan sih! Kayak anak kecil saja, " sahut Anya seraya mendorong pelan tubuh Elvaro.
Elvaro hanya tersenyum karenanya. Sementara Anya berjalan menuju kursi rias dan duduk di sana.
"Oh iyah, apa anda tahu? Tadi tiba-tiba saja Bima memanggil saya 'Mamah'."
"Oh yah? "
"Iyah. Rasanya aneh banget dia tiba-tiba memanggil saya seperti itu. "
"Aneh kenapa? Bukankah itu bagus. Itu artinya dia sudah mulai menerima kamu. Dan itu artinya kamu berhasil memenangkan hatinya. "
"Bukan itu masalahnya."
"Lalu? "
"Aneh saja, karena kami ini seumuran. Saya merasa sangat canggung. "
Elvaro tertawa kecil dan mendekati Anya. Ia membungkuk sambil memegang kedua tangan kursi untuk menopang tubuhnya. Wajahnya menatap Anya dengan intens. Anya terlihat sangat malu dan pipinya mulai memerah. Lagi-lagi jantung Anya berdebar untuk kesekian kalinya. Mungkinkah, Anya memang sudah jatuh hati pada pria yang ada di hadapannya itu? Pikir Anya.
"Tidak ada yang aneh. Karena kamu sangat istimewa untuk semua orang. "
Deg~
Anya terdiam sejenak. Sementara Elvaro bersiap ingin mencium bibirnya. Perlahan namun pasti. Kedua bibir mereka bertemu secara lembut. Bermain sebentar menikmati sensasinya. Elvaro mengambil kesempatan ini dan menggendong tubuh Anya ke kasur tanpa melepas ciumannya. Ia pun menidurkan tubuh Anya perlahan dan naik diatas tubuh Anya.
Dan begitulah akhirnya kesempatan mereka datang untuk melakukannya pertama kali setelah menikah.