Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

"Kana mama mau bicara sama kamu."Ucap mama Tamaya.

"Ma.... Sera mohon jangan bahas hal yang sama lagi. Kana lelah ma."ucapnya letih.

Kana tak ingin Mamanya selalu membahas tentang Deva dan istri keduanya.

"Sayang kenapa kamu nggak suruh Deva ceraikan istri keduanya? Bisa-bisanya kamu menyetujui pernikahan mereka! Gimana kalau papa mu tau?! Apa yang harus mama katakan ke papa-mu?"

Tamaya sangat frustasi sekarang, dia sangat khawatir suaminya tau bahwa Kana dimadu.

Tamaya yakin Deva beserta istri keduanya akan sengsara.

Galuiz bukan orang yang murah hati, apa lagi menyangkut Kana putri kesayangannya.

"Ma... Papa nggak akan tau kalau mama nggak coba ngasih tau!"seru Kana.

Tamaya memandang Kana resah.

Dahinya mengerut sambil memejamkan matanya beberapa detik. "Mama nggak tau lagi mau ngomong apa. Mama harap kamu nggak nyakitin diri kamu Kanastana Morgez"pesan Tamaya.

"Ma... percaya sama Kana—Tiara bukan sekedar istri kedua Deva tapi juga kunci untuk menghancurkan Barbara."desis Kana.

Matanya memancarkan api dendam.

"Bar...ba-ra"bibir Tamaya bergetar saat menyebut nama Barbara. "Siapa Tiara? Jangan bilang—"

"Ya Tiara Lestari cucu dari Barbara Sema... dalang hancurnya keluarga Morgez, Gunadi, dan Stafonso di masalalu.Tiara hanya kunci dan jembatan untuk kami mendapatkan Barbara ma, aku tidak akan melepaskan Barbara sampai kapanpun! Tidak akan. Aku, Sera, dan Deva adalah saksi mata pembantaian itu—karena keserakahan keluarga Sema."mata Kana berkaca-kaca menahan sesak di dalam dadanya.

Tamaya menarik Kana dan memeluknya.

"Maaf mama nggak tau apapun tentang rencanamu. Mama sudah melupakan kejadian itu tapi saat kamu bercerita, kenangan itu masuk kembali."ucap Tamaya lirih, tubuh Tamaya ikut bergetar saat ingatan itu menelusup kembali.

"Mama....."Teriak Stefina Morgez"

Air mata Tamaya tumpah tanpa bisa dicegah.

"hikkssss...hikksss maafin mama Fina."bisik Tamaya lirih.

Kana juga mengingat kembali saat pembantaian keluarga Morgez, Gunadi, dan Stafonso saat itu.

Teriakan, bentakan, suara tembakan menggema di penjuru istana keluarga Stafonso.

Padahal hari itu adalah hari bahagia untuk keluarga Stafonso, perusahaan mereka berhasil mencapai kesepakatan dengan keluarga Trovic.

Sekarang perusahaan Stafonso di ambil alih oleh ayahnya Deva.

Kana curiga semua ini juga ada sangkut pautnya dengan Junes ayah Deva.

Pada hari kejadian Junes tak bisa dihubungi, padahal Deva berulang kali menelponnya.

Disaat keluarga besar ibu dari Deva "Donita sandriana Stafonso" harus meregang nyawa dihadapan mata Deva, dan kejadian itu memusnahkan banyak keluarga Stafonso. menyisakan Deva dan tiga orang sepupu Deva.

Deva tidak ingat semua kejadian itu karena dia syok.

Dokter sudah bilang Deva akan mempercayai apa yang ingin dia percayai.

Sekalipun itu salah, jika Deva percaya itu benar. Maka akan tetap benar dimata Deva.

Yang Deva tau ini dendam Kana dan Sera.

Deva pikir dia adalah pion.

Tapi sebenarnya dendam ini milik Deva sendiri.

Dan tentang ginjal Susan yang ada ditubuh Deva itu adalah kebohongan Susan, Deva tidak tau itu semua.

Kana mengetahui semuanya tapi sengaja merahasiakan ini dari Deva.

Kana takut Deva akan kambuh.

Sedangkan Kana dan orang tuanya selamat tapi kembarannya Stefina Morgez harus tewas ditembak tiga peluru. Di kepala, dada, dan wajahnya.

Dan Sera kehilangan Opa-Omanya.

Maka dari itu ayah Sera menikahkan Sera dengan Robert demi memperkuat keluarga Gunadi.

Sehingga Barbara Sema tak akan berai mengambil langkah gegabah kepada keluarga Gunadi.

Tapi Sera kecolongan. Suaminya Robert malah berselingkuh dengan cucu Barbara.

Maka dari itu langkah ini mereka ambil.

Bagi mereka nyawa harus dibayar dengan nyawa.

Tidak ada kompromi dengan itu semua.

"Aku akan mebunuh Barbara dan seluruh keluarganya dengan tanganku sendiri."janji Kana pada dirinya sendiri.

Kejadian seluruh tahun itu... Masih sangat membekas di hati Kana.

Dia tidak akan lupa.

_____

Sedangkan Tiara saat ini sedang dikediaman Alfon dan Barbara. Ia tengah duduk di ruang keluarga meninggu Omanya.

Semalam dia dipanggil oleh Barbara untuk membahas rencana selanjutnya.

"Tut.. tutt.. Tut.

"Halo babe ucap seorang pria di ujung telpon."Tiara berbisik.

"Ada apa sayang? Kamu kok bisik bisik gitu?"tanya Robert yang mengerutkan keningnya.

"Aku takut Oma denger, males banget di tanya-tanya sama Nini tua yang nggak tau diri kaya dia."maki Tiara lirih yang hanya bisa didengar oleh Robert. "Sayang kamu bisa bantuin aku nyelidikin siapa wanita yang jadi selingkuhannya mas Deva?"sambung Tiara.

"Hahahaha, sayang nggak takut di denger sama Barbara?"ucap Robert. "Oke itu masalah gampang nanti aku kirim via email aja tentang penyeledikannya. "Tapi.... Kamu tau kan babe bayaran nya.

"Nggak takut biarin aja, nenek sihir itu denger. Oke babe aku tunggu, hmmm ya ya ya pasti itu lagi.

"cicit Tiara. Dia sudah paham arah pembicaraan selingkuhan nya itu.

Pasti selangkangan.

"Sayang udah dulu yah si nenek lampir datang, habis ini aku bakalan Video call kamu. Aku kangen bye sayang."pamitnya pada Robert.

Tak... Tak... Tak...

Suara high heels terdengar beradu dengan marmer dilantai.

Barbara mendekat dengan gaun seksi yang melekat ditubuhnya yang sudah tidak lagi muda.

Barbara mendekat dan duduk dihadapan Tiara.

"Kamu habis menghubungi siapa?"tanya Barbara yang merasa curiga.

"Nggak Oma aku nggak menghubungi siapapun. Cuma ngecek Vn dari temen aku di kampus Cila."kilah Tiara. Yang hanya dibalas dengan oleh Barbara.

"Tiara gimana rencana mu selanjutnya?"tanya Barbara.

Matanya memandang Tiara datar.

"Maksud Oma?"jawab Tiara.

"Deva... Apa yang akan kamu lakukan padanya? Kamu masih belum membuat dia jatuh cinta padamu?"tanya Barbara. "Kau terlalu lamban, racuni saja dia"sambung barba santai.

Gigi Tiara bergemeletuk mendengar suara Omanya.

Gila bisa-bisanya Omanya ini menyuruh Tiara untuk membunuh.

Tiara sadar dia ada penyakit mental, tapi dia masih bisa mengontrolnya.

Nggak kaya nenek tua dihadapannya ini.

"Benar-benar gila!-hardik Tiara dalam batinnya"

"Oma jangan aneh deh, ngomongnya."Tiara tersenyum canggung.

"Hmmm... Itu lebih baik dibanding Deva tidak bisa kita tangani dan kamu kapan kamu mendapatkan hatinya? Oma pikir itu hanya mimpi."ucapnya santai.

"Dihhh... Dasar nenek nenek penggila berondong satu ini! Dia yang nggak bisa di tangani malah bilang Deva sulit ditangani."

Lagi lagi Tiara hanya bisa mengumpat dalam hati saja.

"Hmmm...."Tiara tak lagi menanggapi perkataan Barbara.

"Nanti aku yang masuk penjara, Oma pasti nggak akan peduli. Aku harus lepas dari mereka... Tapi gimana caranya? Aku lelah!–pekiknya dalam hati.

"Oma kasih kamu waktu enam bulan lagi. Setelah itu jangan salahin Oma kalau Deva akan tamat ditangan Oma."ucapnya sebelum meninggalkan Tiara sendirian diruang keluarga.

"Hahkkk.... Sialan."umpat Tiara kesal setelah sekian lama menahan diri.

Tanpa Barbara dan Tiara tau ada seseorang yang mendengar seluruh pembicaraan mereka.