Menukar Permata Dengan Batu Kerikil

"kamu itu masih istri saya Jasmine! Apa pantas kamu bermesraan dengan adik saya yang merupakan adik ipar kamu?!" ucap Pras dengan marah.

"bermesraan?! Bermesraan seperti apa yang mas maksudkan?! Dan apa tindakan mas Bima itu bisa dikatakan sebagai sikap mesra terhadap lawan jenis?!" Jasmine menghela nafas untuk mengatur emosinya.

"mas, asal mas tahu saja, aku ini perempuan yang tahu batasan. Aku bisa membedakan mana yang benar dan salah, aku juga tidak akan mungkin melewati batas dengan melakukan hal tidak terpuji dengan ipar sendiri. Aku bukan perempuan seperti itu mas, dan sikap mas Bima itu hanyalah sebuah kebaikan yang dia tunjukan sebagai anggota keluarga. Tidak lebih mas!" Jasmine menekankan ucapannya ada kalimat terakhirnya.

"APA!! Sikap baik kamu bilang, apa hal seperti itu hanya sebuah kebaikan di mata kamu?! Sadar Jasmine... Adik saya itu juga laki-laki normal, mana ada seorang adik ipar yang memperlakukan kakak iparnya dengan begitu perhatian, sampai-sampai harus membukakan pintu untuk kakak iparnya dan bersikap semesra itu pada istri kakaknya. Bagaimana mungkin adik saya yang terkenal dingin dan pendiam itu bisa bersikap seperti itu tanpa alasan?! Dia pasti juga punya perasaan terhadap kamu" ucap Pras menuduh.

"gila ya, kamu mas. Bagaimana bisa kamu berpikir sejauh itu terhadap adik kamu sendiri, mas Bima membukakan pintu untuk aku.. itu karena pintu mobilnya rusak dan tidak bisa di buka dari dalam, makanya mas Bima membukanya dari luar agar aku bisa turun dari mobil hanya itu saja mas" kata Jasmine memberi penjelasan.

"rusak..!! Kamu bilang pintunya rusak?! Seorang Bima yang memimpin perusahaan konstruksi terbesar di negara ini.. Pintu mobilnya bisa rusak! Kamu percaya apa yang dia katakan?! Bukankah hal itu hanya alasan dia untuk menarik perhatian kamu! Pikir dong Jasmine.. Dimana akal sehat kamu yang katanya punya kecerdasan tinggi.. Semua itu hanya alasan klise seorang laki-laki untuk menggoda lawan jenis yang dia sukai. PIKIR DONG KAMU" Pras terus melangkah maju mendekati Jasmine sambil menunjuk-nunjuk ke arah wajah Jasmine.

Hal itu membuat Jasmine terpojok sampai tubuhnya menabrak tembok di belakangnya, namun Pras bukannya berhenti melangkah tapi justru dia semakin mendekat ke arah Jasmine hingga tubuhnya semakin menempel dengan Jasmine. Jasmine menghela napas pasrah dituduh seperti itu oleh suaminya, dia memilih untuk tidak membalas ucapan Pras yang menuduhnya bermesraan dengan Bima. Namun ketika Jasmine diam Pras malah semakin memojokan nya dan membuat Jasmine semakin geram dengan prasangka Pras yang tidak berdasar.

"CUKUP MAS!! Cukup, dengan semua tuduhan kamu yang tidak berdasar itu, aku muak mas! Aku muak selalu kamu salahkan atas apa yang aku lakukan, sebab semua yang aku lakukan selalu salah di mata kamu. Aku capek.. Mas, aku.."

Belum sempat Jasmine melanjutkan ucapannya, Pras secara tiba-tiba menarik cadar yang di kenakan oleh Jasmine hingga wajahnya terlihat jelas. Lalu kemudian secara cepat Pras mencium bibir Jasmine untuk membungkamnya, ciuman itu tidak hanya sekadar ciuman sekilas namun Pras semakin memperdalam ciuman tersebut hingga membuat Jasmine kesulitan untuk bernapas.

Jasmine pun mencoba untuk berontak dan melepaskan diri dari kungkungan Pras, namun tenaga Pras lebih kuat dari pada Jasmine sehingga Jasmine merasa kesulitan untuk lepaskan diri dari Pras. Ciuman Pras pun semakin liar dan menuntut, salah satu tangan Pras memegang tangan Jasmine sedangkan tangan satunya memegang tengkuk leher Jasmine . Ciuman itu pun semakin lama semakin panas dan penuh nafsu.

Ketika Pras dan Jasmine melakukan hal itu, Viona pun turun dari lantai atas dan tidak sengaja melihat adegan tersebut. Hal itu tentu saja membuat Viona terhentak kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Viona membungkam mulutnya karena merasa hatinya hancur dan sangat sakit serta membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Pras sekali lagi telah membuat Viona sakit hati dan menghancurkan hatinya, Pras telah mengingkari janjinya terhadap Viona untuk tidak lagi menyentuh jasmine. Namun nyatanya semua itu telah Pras langgar dan membuat Viona semakin kecewa.

"MAS..!!" teriak Viona dengan begitu kencang sampai membuat Pras reflek melepaskan ciumannya.

Viona pun berjalan mendekati tempat Pras dan Jasmine berdiri dengan penuh emosi dan amarah yang membara di wajahnya. Kemudian Viona menunjuk-nunjuk dengan jari tangannya ke arah Pras dan Jasmine.

"kamu ini apa-apaan mas! Beraninya kamu melakukan itu di depan aku mas! Kamu sudah berjanji padaku untuk tidak akan mengulangi perbuatanmu dengan Jasmine, tapi apa..!! Nyatanya kamu malah melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya, bahkan saat aku berada di rumah. Pembohong kamu mas! Dasar pengkhianat!" teriak Viona semakin kencang.

Pras hanya bisa diam tanpa melawan ucapan Viona, pikirannya seakan kacau dengan perasaan yang tidak menentu. Napasnya pun masih memburu sisa ciuman yang dilakukan dengan Jasmine barusan. Sementara Viona terus memukuli dada Pras untuk melampiaskan emosinya.

"tega kamu mas.., tega.. Kenapa kamu melakukan hal itu di belakangku dengan Jasmine ?! Kenapa..?!" Viona pun menangis di pelukan Pras karena merasa kecewa.

Sementara Jasmine masih terpaku di tempat setalah apa yang dilakukan Pras terhadapnya, merasa tidak mau terlibat lebih jauh dengan emosi Viona Jasmine pun memilih untuk meninggalkan mereka berdua di ruang tamu. Jasmine mengambil cadarnya yang di lepaskan oleh Pras secara kasar ke lantai dan juga tasnya lalu berjalan menuju anak tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sedangkan Pras membiarkan Viona menangis meraung di pelukannya sambil terus memukul dada Pras. Merasa kepalanya terasa berdenyut Pras pun melepaskan pelukan Viona dan meninggalkan dia sendiri di ruang tamu yang masih menangis. Pras berjalan ke luar menuju halaman belakang sambil mengacak rambutnya dengan kasar karena merasa frustasi dengan keadaan saat ini.

"ARGHHHH...!!" Teriak Pras ketika dia sudah berada di halaman belakang rumah untuk melepaskan emosinya.

"kenapa semuanya jadi kacau seperti ini.. Hah..! Arghhh... SIAL!! Apa yang sebenarnya terjadi dengan perasaan aku sekarang?!" Pras melayangkan pukulan ke udara dengan kesal.

Pras pun mulai mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau balau. Pras tidak mengerti mengapa dia sampai melakukan itu pada Jasmine hanya karena melihat Jasmine diantar pulang oleh Bima adiknya. Logikanya mengatakan bahwa tindakan Bima tidaklah salah, namun hatinya menolak untuk menerima perlakuan khusus adiknya terhadap Jasmine. Pras merasa emosi ketika melihat perlakuan istimewa yang di lakukan oleh adiknya terhadap Jasmine, namun Pras masih tidak mengerti dengan apa yang dirasakan oleh hatinya saat ini.

Apakah Pras merasa cemburu melihat kedekatan adiknya dengan Jasmine?! Ataukah hanya tindakan impulsif yang datang karena dorongan amarah?! Entahlah.. Pras tidak bisa menjawab pertanyaan dari dalam hatinya. Sebab saat ini Pras logika dan hatinya tidak berjalan sinkron sesuai keinginannya. Namun yang jelas Pras merasa tidak menyesal dengan tindakannya terhadap Jasmine, karena dia merasa bahwa dia masih berhak terhadap Jasmine sebagai suaminya yang sah.

Hari pun segera beranjak malam dan adzan magrib pun berkumandang, Jasmine lekas membersihkan diri dan melaksanakan sholat Maghrib di kamarnya. Sedangkan Pras melakukan sholat sendiri di mushola belakang rumah, suasana rumah pun terasa dingin karena tidak ada percakapan ataupun obrolan hangat antara ketiganya. Semua larut dengan pemikirannya masing-masing, menghasilkan keheningan yang terasa menusuk hati masing-masing. Makan malam pun selesai dengan penuh ketegangan diantara mereka bertiga sampai tiba waktunya untuk tidur.