⛔: Ini hanya fiksi, jika terdapat kesamaan nama, tempat atau kejadian, itu hanyalah kejadian yang tidak disengaja.
Wilona percaya ia memiliki segalanya—cinta, rumah tangga yang hangat, dan suami yang setia. Tapi semua runtuh saat seorang wanita datang membawa kenyataan pahit: ia bukan satu-satunya istri. Lebih menyakitkan lagi, wanita itu telah memberinya sesuatu yang tak bisa Wilona berikan—seorang anak.
Dikhianati oleh orang yang paling ia percaya, Wilona harus memilih: terpuruk dalam luka, atau berdiri dan merebut kembali hidupnya.
"Ketika cinta tak cukup untuk setia… akan kau pilih bertahan atau pergi?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaeonni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
"Ayah... Bunda..." Wilona terduduk di antara dua pusaran.
Ia tidak sanggup lagi mendengarkan dongeng kebahagiaan suaminya dengan wanita bernama Amanda itu. Apalagi yang membuatnya semakin terpukul, saat melihat foto kebersamaan antara Aryan, Amanda serta Vania dan Arga.
Jiwa Wilona sangat terguncang mengetahui fakta itu. Sahabat yang dia kira sangat dekat dengannya ternyata sudah mengetahui hubungan suaminya dengan wanita lain, bahkan mereka tampak akrab.
Terlebih mereka sering traveling bersama, tanpa memikirkan dirinya. Lalu, kenapa sahabatnya itu mengatakan tidak mengetahui apa pun tentang suaminya? Apa selama ini hanya Wilona yang menganggap Vania adalah sahabatnya? Sungguh miris nasibnya, dibohongi oleh semua orang terdekat.
Ia tampak bodoh di hadapan mereka. Dirinya seperti badut yang tidak tahu apa-apa.
Oh, satu lagi... Aku dan Mas Aryan lagi program anak kedua loh. Kata Mas Aryan nanti kita akan tinggal satu atap sebagai keluarga rukun. Kita bisa mengurus anak sama-sama. Mbak Wilona bisa menganggap anak aku seperti anak Mbak Wilona sendiri...
Cukup sudah. Wilona langsung memutuskan pergi setelah mendengar itu. Hatinya sudah tidak sanggup lagi mendengar cerita keluarga cemara itu.
Tanpa Wilona tahu, sebenarnya itu hanyalah kebohongan dari Amanda untuk memprovokasi dirinya. Justru yang sebenarnya, Aryan akan menceraikan Amanda dan berniat mengasuh Willy bersama Wilona.
"Ayah... hati Wilona sakit, Ayah. Ayah... tolong peluk Wilona, Ayah. Wilona sendirian, mereka semua jahat..." Wilona meraung-raung memanggil ayahnya, dengan tangisan yang begitu menyayat hati. Tangannya mencengkeram tanah yang mengubur sosok ayah yang tak bisa lagi ia peluk.
"Ayah, bukankah saat aku menangis, Ayah akan memeluk dan menghapus air mataku? Wilo rindu... Ayah..."
"Bunda... bawa Wilo, Bunda. Wilo ingin tidur di pangkuan Bunda seperti dulu..." Wilona beralih memeluk nisan Bundanya.
"Wilo benar-benar bodoh, rela meninggalkan Kakak hanya demi bisa menikah dengan Mas Aryan. Pasti Kakak sekarang membenci Wilo. Ayah, Bunda... pasti kalian juga kecewa, 'kan, dengan Wilo? Bahkan selama menikah, aku tidak pernah lagi datang ke makam kalian."
Sungguh, Wilona sangat menyesali keputusannya beberapa tahun lalu, sebelum ia menikah dengan Aryan. Jika bisa memilih, ia tidak akan pernah mau mengenal sosok Aryan membiarkannya mengisi kesepian di sanubarinya. Hingga dia terperosok dalam cinta yang membutakan.
Kepingan memori itu masih tampak jelas. Bagaimana ia dan Aryan memohon restu pada keluarga Aryan, bahkan sampai rela memutuskan hubungannya dengan kakak satu-satunya.
"Ma... Aryan mohon, restui Aryan menikahi Wilona, Ma."
Aryan terus memohon pada Mamanya untuk bisa menikahi Wilona setelah wanita itu lulus kuliah.
Wilona hanya bisa duduk menunduk dan meremas tangannya. Sejak menginjakkan kaki di rumah keluarga Aryan dan duduk di ruang tamu, Mama Aryan terus menatapnya dengan pandangan sinis. Sangat kentara jika wanita paruh baya itu tidak menyukainya. Namun, ia sudah bertekad untuk mendapatkan restu menikah dengan Aryan.
"Kenapa kamu ngeyel sekali untuk menikahi perempuan ini, Aryan? Apa yang kamu lihat dari perempuan rendahan seperti dia? Ingat, kita ini orang terpandang. Apa kata orang-orang nanti jika kamu menikahi perempuan kelas bawah?" Lita dengan tegas menolak niat Aryan untuk menikahi Wilona. Mulutnya tak henti melontarkan hinaan demi hinaan pada Wilona. Berharap Aryan sadar dan mengurungkan niatnya.
"Karena Aryan mencintai Wilona, Ma. Selama Aryan mengenalnya, dia perempuan yang baik dan tulus. Dia tidak pernah memandang harta keluarga kita, sedikit pun tidak pernah meminta ini dan itu meskipun dia tahu kalau Aryan ini anak orang kaya," jelas Aryan, tetap bersikukuh mempertahankan keinginannya untuk menikahi Wilona.
Wilona yang melihat perjuangan Aryan, tak bisa menahan rasa haru. Cinta pria itu membuatnya semakin yakin, bahwa ia ingin menghabiskan sisa hidup bersamanya.
"Kalau Mama masih tetap tidak merestui pernikahan kami, jangan salahkan Aryan kalau harus pergi dari rumah ini," lanjut Aryan. Suaranya bergetar menahan emosi yang sudah di ambang batas. Ini bukan lagi permintaan, tapi ultimatum.
Lita melotot. Amarahnya membuncah. Ancaman dari anak semata wayangnya itu membuat darahnya mendidih, hanya demi seorang perempuan biasa, anaknya rela melepas semua yang dimilikinya?
Wilona juga tampak syok. "Aryan, apa yang kamu lakukan? Aku nggak mau kamu meninggalkan keluargamu cuma demi aku," ucapnya, panik.
Namun Aryan menatap Mamanya lekat-lekat. "Sekarang keputusan ada di tangan Mama. Restui pernikahan kami atau Aryan akan pergi. Dan Mama nggak akan pernah melihat Aryan lagi."
Seketika ruang tamu itu dipenuhi keheningan yang menyesakkan. Tatapan sinis Lita tertuju pada Wilona, tapi bukan lagi sekadar tatapan. Dalam hatinya, ia ingin mencakar wajah cantik perempuan itu, perempuan yang telah membuat anak kesayangannya menentangnya.
Dengan berat hati, akhirnya Lita membuka suara. "Baiklah, Mama akan merestui pernikahan kalian." Suaranya terdengar dingin, seperti pisau yang menusuk diam-diam.
"Benarkah? Terima kasih, Ma!" Aryan berseru bahagia, memeluk ibunya sejenak sebelum beralih menatap Wilona dengan penuh cinta. Wilona pun tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca karena bahagia.
Namun senyum mereka langsung memudar saat Lita menambahkan, "Tapi dengan syarat."
Seketika suasana menjadi tegang. Wilona menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Tatapan Lita tidak main-main.
"Kalian boleh menikah," ujar Lita. "Tapi setelah itu, Wilona harus memutuskan semua hubungan dengan keluarganya. Mama tidak sudi punya menantu dari keluarga rendahan."
Wilona membelalakkan matanya. Ia sanggup menerima semua hinaan Lita, tapi syarat itu?
"Tapi Tante... apa nggak ada syarat lain?" suaranya lirih, nyaris berbisik. "Keluarga kandung saya cuma tinggal Kakak saya. Ayah dan Bunda saya sudah meninggal. Kakak adalah satu-satunya orang yang saya punya..."
Lita tak menunjukkan empati sedikit pun. "Itu bukan urusan saya. Kalau kamu mau jadi menantu saya, kamu harus patuhi syarat itu. Kalau tidak, ya sudah. Saya justru bersyukur anak saya tidak menikahi perempuan seperti kamu!"
Wilona menunduk. Bibirnya gemetar. Pilihan yang begitu menyakitkan, mencintai pria yang kini siap mempertaruhkan segalanya demi dia... tapi juga meninggalkan satu-satunya keluarga yang tersisa.
Aryan menggenggam tangannya, mencoba menenangkan. "Sayang, pilih aku. Setelah menikah, kita punya kehidupan sendiri. Kakak kamu juga pasti akan punya hidupnya sendiri nanti."
Wilona menatap mata Aryan, dalam. Hatinya masih dilanda kebimbangan. "Tapi, Aryan... walaupun aku udah menikah, aku nggak bisa putus hubungan sama Kakak."
"Sayang... please," lirih Aryan. Matanya memohon, seolah meminta Wilona untuk percaya dan menyerahkan segalanya padanya.
Perdebatan itu berlangsung cukup lama, hingga akhirnya dengan hati remuk, Wilona menuruti permintaan Aryan. Ia mengiyakan syarat gila itu.
Keputusan yang kelak ia sesali seumur hidup.
Karena sejak hari itu, kebahagiaannya mulai dikikis sedikit demi sedikit. Ia tidak pernah benar-benar bahagia. Jiwanya perlahan terkikis oleh perlakuan keluarga Aryan terutama Lita, yang selalu memperlakukannya sebagai orang asing. Seolah kehadirannya adalah aib yang harus segera dienyahkan.
JANGAN LUPA BERI LIKE, KOMEN DAN VOTE
DUKUNGAN TEMAN-TEMAN SEMUA SANGAT BERHARGA.....LOVE YOU ALL.....
Wes to gae duso seng okeh bar iku garek entuk karmane.
ko lek wes miskin po knek penyakit br tau rasa.
bagus bagus biar tmbh hancur nnti.
dah bner si anak dpt wanita baik hidup tertata mlh di hancurkan.
Sekarang balik lagi Aryan suka mabuk dan free sex. sakit kau nnti Amanda kl tau Aryan bgitu 🤣