NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEJAK KAKI

William nampak kaget mendengar ucapan John lalu melihat ekspresi mereka yang nampak curiga dengan matanya yang terbelalak.

Dia berdehem dan kembali duduk sembari menenangkan diri lalu tersenyum.

"hemmmm saya cuma kaget, saya rasa pembahasan ini terlalu privasi dan mohon maaf jika saya harus mendengar tanpa sengaja," ucap William penuh rasa bersalah dengan sedikit menganggukkan kepala.

Clarisa nampak tersenyum kemudian mencondongkan wajahnya ke arah Devandra.

Sementara John hanya diam tanpa sepatah kata pun mencoba untuk bersikap normal dengan keadaan tersebut.

Sedangkan Devandra mengangkat tangan seolah memberi pertanda bahwa tidak masalah jika hal tersebut di dengar oleh William.

Mereka berempat nampak terdiam, suasana di kantin terasa sepi dengan pikiran mereka masing masing.

William merasa gelisah atas apa yang dikatakan Devandra tadi bahkan dia mulai menerka bahwa yang dia maksud wanita keji itu adalah Aurora.

Dia mulai mengingat saat dia melihat laki laki yang menangis saat wanita yang dia tabrak bersimbah darah dulu.

'Iya,,,, dia adalah laki laki yang aku lihat dulu, gak salah lagi sekarang aku baru ingat' batin William dalam hati sambil mencuri pandang ke arah Devandra.

Clarisa merasa sakit hati, melihat Devandra nampak belum move on dengan kepergian Casandra, tangannya mengepal erat.

William melirik sekilas tingkah laku Clarisa yang mengepalkan tangan kemudian pura pura untuk tidak melihat.

"Aku pergi dulu," ucap Clarisa berdiri dari duduknya kemudian melangkah pergi tanpa mendengar jawaban dari ketiga cowok di depannya.

Sementara William juga meminta izin untuk pergi kembali ke ruangannya.

Devandra dan John menatap kepergian mereka berdua dengan segala rasa yang berkecamuk di dalam hati masing masing.

Devandra yang memikirkan wajah Casandra sementara John merasa ada sesuatu diantara mereka berdua.

William sampai di ruangannya dengan tubuh yang lemas dan bergetar, dia mengepalkan tangan dan bergumam

"Aku harus cari cara agar Devandra tidak tau bahwa yang melakukannya adalah aku, gimana kalau sampai mereka tau bahwa aku adalah pelakunya, bisa hancur semuanya,"

ucap William memukul pelan meja di depannya, matanya tajam namun hatinya bergemuruh takut dan gelisah.

Tiba tiba dia teringat dengan Aurora yang sudah menggantikannya untuk menjalani hukumannya selama 5 tahun, karena dia tidak mau Aurora curiga kepadanya, dia mulai teringat akan janjinya yang dia tawarkan bahwa dia akan menelpon Aurora untuk Hamida.

William segera keluar kantor dan berjalan cepat, bahkan dia tak menyadari bahwa dia melewati John.

John ingin menyapa, tapi karena William terlihat terburu buru John mengurungkan niatnya untuk menyapa, padahal mulutnya sudah terbuka.

Sementara Aurora sangat bahagia karena rindunya terobati hanya dengan mendengar suara neneknya.

"Ra ,,,, nenek kangen Ra,,, gimana kabarmu,,,?" ucap nenek Hamida pelan dan lirih karena sangat merindukan cucunya yang selama ini tidak pernah jauh darinya.

"Aurora baik nek,, sehat,, sekarang badan Aurora saja makin gemuk nek," Aurora nampak meneteskan air mata sambil melihat perutnya yang semakin buncit.

William nampak membelalakkan matanya saat Aurora mengucapkan sesuatu di luar dugaan tersebut, namun William yakin Aurora tidak akan mengatakan yang sebenarnya.

"Bagus Ra kalau tambah gemuk, itu artinya kamu disana bahagia," ucap Hamida yang nampak tersenyum tipis.

"Kira kira kamu kapan nengok nenek Ra?, kalau libur pulang ya Ra," imbuh Hamida nampak penuh pengharapan.

Mendengar hal tersebut Aurora mencengkeram tangannya, pandangannya nanar tenggorokan seakan tercekat tak bersuara, dia menelan ludah yang terasa pahit.

Rasanya dia tidak mau berbohong untuk kesekian kalinya, namun dia juga tak mau jika sampai neneknya tahu keadaan dia sekarang, Dia terlalu takut dengan keadaan neneknya pasca dia jujur.

Aurora menarik nafas panjang dan mencoba untuk menahan air matanya.

"Doa kan Aurora ya nek, agar Aurora bisa dapat izin cuti segera, mengingat Aurora kan karyawan baru disini," ucap Aurora sambil menutup mulutnya mencegah suaranya yang lagi terisak.

Hamida merasa lega setelah mendengar hal tersebut, walaupun belum tentu Aurora bisa pulang Hamida merasa Aurora sedang mengusahakannya.

"Nek,,, udah ya,, Aurora mau balik kerja lagi, nenek jaga kesehatan, Aurora sayang banget sama nenek," ucap Aurora duduk dengan lemas.

Sebenarnya Hamida masih ingin mendengar suara Aurora namun Hamida sadar Aurora sedang bekerja, sebenernya Hamida merasa curiga kenapa William tidak video call dengan Aurora, namun dia mengindahkan fikiran negatifnya, yang penting baginya Aurora sehat dan masih bisa dengar suaranya.

Hamida menutup telponnya dengan perasaan kecewa, dia menatap William yang dari tadi duduk di sampingnya.

"Will, besok besok bisa video call kan?, nenek pengen lihat wajahnya," ucap Hamida sambil menyerahkan ponsel bewarna hitam tersebut ke arah William.

Mendengar hal tersebut William nampak tersenyum simpul lalu mengernyitkan dahi sambil menerima ponsel dari Hamida.

William mengangguk lalu berkata

"Iya nek,,, kalau Aurora pas libur pasti akan video call nenek, Aurora pastinya juga kangen banget sama nenek, nenek sabar ya" timpa William yang terlihat sedih dan mengusap pundak Hamida.

William pamit karena akan bekerja kembali, dia memeluk erat Hamida dan sedikit iba.

Dia berjanji akan kembali lagi menengok Hamida.

Semetara Hamida menatap nanar kepergian William yang perlahan hilang dari pandangannya.

Sementara duli kantor

Devandra seakan melupakan Aurora yang berada di penjara dengan kesibukannya.

Hal itu bukan tanpa alasan, ini semua dia lakukan agar dia bisa mengumpulkan rencana demi rencana untuk membalaskan dendam atas perbuatannya.

Devandra tidak lupa, bagaimana Aurora meninggalkan Casandra yang terkapar tidak berdaya dibawah guyuran hujan yang deras.

Padahal dari investigasi, faktanya ada jejak kaki disebelah tempat Casandra, itu artinya setelah mengecek ada yang tertabrak Aurora langsung melarikan diri.

Mengenangnya membuat Devandra bergidik ngeri. Dia mengepalkan tangan sambil berbicara sendiri,

"Lihat saja setelah kamu bebas, akan aku tunjukkan bagaimana neraka itu,"

"Aku sangat merindukanmu Cas," imbuh Devandra sambil melihat foto kebersamaan mereka berdua dulu.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!