Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. BAKU TEMBAK
"Bukankah itu si kepar*at Beno? Kenapa dia datang ke sini?" pimpinan tamu tak diundang yang ada di area hutan merasa heran.
"Bagus, sekali tepuk ... dua lalat mati."
Sekelebat ingatan tentang Beno di waktu lalu membuatnya kembali geram. Rencana tuannya gagal karena dikhianati Beno.
"Segera bereskan, sebelum mereka mengacaukan rencana kita!" perintahnya pada anak buahnya.
Baku tembak pun terjadi ...
Black dan anak buahnya berusaha melindungi Beno dari tembakan musuh.
"Kita dijebak," teriak Beno.
Ketika Beno sedang merunduk, sebuah peluru nyasar di bahu kirinya. Lalu secepat kilat Blue menarik Beno untuk masuk ke dalam villa. Blue tidak benar-benar bermaksud untuk menyelamatkan Beno. Hal itu dilakukannya sesuai skenario Prado saja. Klan Garcia tidak akan membiarkan musuh mereka mati dengan mudah. Dan dengan tindakan penyelamatan itu, akan membuat Beno yakin bahwa klan Garcia ada di pihaknya.
Merasa tuannya sudah aman, Black dan anak buahnya focus berlindung dan sesekali membalas tembakan dari arah hutan.
"Bangs*t ... Siapa yang menyerang kita?" Black mengumpat. Dia yakin bukan klan Garcia pelakunya, karena meskipun belum pernah berhadapan secara langsung, menurut kabar yang didengar, gaya tempur klan Garcia tidaklah seperti ini.
Beruntung mereka sudah menyiapkan amunisi, sebagai antisipasi bila hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Kita harus menghemat amunisi, untuk mengulur waktu sampai mereka kehabisan amunisi dan mendatangi kita."
Black sadar dengan medan seperti ini, musuh lebih diuntungkan, ditambah dengan keberadaan sniper mereka.
Prado sudah menduga, kalau menyangkut keselamatan dirinya sendiri, Beno akan menyiapkan team pengawal yang mumpuni, lengkap dengan amunisinya. Ini pun sudah masuk dalam skenario Prado.
Dari posisi masing-masing, Red, Yellow dan Blue memantau baku tembak itu dengan mode siaga. Mereka saling berkoordinasi dan melapor bila kondisi tidak sesuai skenario.
"Rupanya tuan Harold masih memakai cara kuno." Yellow menggelengkan kepala.
"Itulah kenapa tuan Prado mengundang Beno. Untuk memberinya lawan yang seimbang. Hahaha." Red menyahut.
"Tapi kita tetap tidak boleh lengah." Blue mengingatkan. Begitulah mode asli Blue, tanpa ada unsur melambai yang melekat di tubuhnya.
Para sniper adalah andalan Harold selama ini, karena Harold sendiri adalah seorang sniper handal.
"Dasar pengecut! beraninya sembunyi dan menembak dari jauh." Red ikut menimpali obrolan temannya.
"Jalankan!!!" perintah Red pada anak buahnya.
Di saat kedua musuh saling baku tembak, anak buah Red mulai bergerak. Memindahkan amunisi milik anak buah Harold. Mereka sudah memperkirakan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan peluru yang dibawa masing-masing personil anak buah Harold.
Sementara anak buah Red yang lain tetap siaga di posisi masing-masing. Satu personil sniper anak buah Harold, selalu dibayangi oleh satu personil anak buah Red.
Sesuai perintah Prado, mereka tidak akan membiarkan seorangpun lolos. "Datang tak diundang, pulang nyawa melayang."
Sebenarnya bisa saja klan Garcia menghabisi anak buah Harold. Tapi Prado sengaja mengundang Beno sebagai umpan. Sehingga anak buah Beno dan anak buah Harold akan saling serang dan saling bunuh. Mr. Anthony sangat paham bahwa mereka berdua adalah MLBK alias Musuh Lama Belum Kelar.
Bila anak buah Harold berpikir sekali tepuk, dua lalat mati. Sebenarnya merekalah lalat itu di mata Prado. Memanfaatkan dendam di waktu lalu dari kedua belah pihak. Jadi Prado tidak perlu turun tangan dan mengotori tangannya sendiri.
Ini juga yang dimaksud dengan perkataan Mr. Anthony waktu itu, "Kau lepas dulu semua asesorisnya, beri dia kenyamanan, sampai tanpa disadarinya tiba-tiba dia sudah naked!"
Mereka menyingkirkan anak buahnya terlebih dahulu, tapi sang tuan dibiarkan hidup dengan nyaman, sampai saatnya untuk membalas dendam itu tiba.
Anak buah Blue benar-benar menjalankan peran dengan baik, sehingga baik pihak Beno maupun Harold tidak ada yang mencurigainya. Mereka menilai bahwa memang yang ada di dalam rumah itu adalah pekerja villa, bukan pengawal atau sejenisnya.
Sebenarnya mereka dipersiapkan untuk mengamankan pertemuan Sabda dengan Prada, Love dan Faith, yang akan tinggal selama beberapa waktu di villa itu. Tanpa menimbulkan rasa ketidaknyamanan, terutama untuk anak-anak. Tapi, kedatangan anak buah Harold mengacaukan kejutan yang sudah disiapkan Prado, sehingga harus beralih ke Plan B.
*
Baku tembak masih berlangsung dengan sengit. Meskipun amunisi disabotase, tapi anak buah Harold berhasil mengalahkan anak buah Beno. Secara kemampuan memang mereka masih satu tingkat di atas anak buah Beno. Sehingga sebagian besar anak buah Beno terbunuh dan beberapa lagi terluka parah.
Sementara anak buah Harold yang di garda depan sudah tumbang terkena tembakan anak buah Beno.
Menyisakan sniper yang harus berhadapan langsung dengan anak buah Red. Tentu saja para sniper itu gelagapan, karena tidak mahir bertempur dengan jarak dekat seperti ini.
"Hai." Anak buah Red menepuk bahu salah satu sniper.
"Siapa kau?" Karena sedang berkonsentrasi ke arah anak buah Beno, anak buah Harold belum siap menerima kejutan itu. Mereka merasa di atas angin karena sudah berhasil mengalahkan anak buah Beno.
"Jangan kau pikir kalian sudah menang sebelum menghadapi kami."
Tiba juga saatnya bagi anak buah Harold untuk menikmati hidangan utama yang sudah disiapkan.
"Katakan siapa kalian dan ada di pihak mana?"
"Tak perlu banyak bicara, bersiaplah."
Anak buah Harold merasa kuwalahan. Satu persatu mulai tumbang.
Berbeda dengan anak buah Prado yang sudah terlatih untuk duel satu lawan satu. Adalah tabu bagi mereka untuk melawan musuh tanpa senjata dengan senjata di tangan. Maka mereka akan melemparkan senjatanya dan memilih duel dengan tangan kosong. Ditambah lagi mereka lebih unggul karena sudah mengenal medan tempur terlebih dahulu.
"Cepat bereskan!!!" komando Red mengakhiri pertempuran itu.
*
Setelah pertempuran itu, mereka segera membereskan kekacauan yang ada, termasuk mengevakuasi jenasah. Team Yellow dipulangkan ke markas mereka. Sedangkan team Red masih ada tugas lanjutan, bersandiwara di depan Beno.
"Maaf, kami datang terlambat untuk membantu anda."
"Di mana Black?" Beno panik karena Black tidak ikut masuk untuk mememuinya.
"Kami menyesal, Black tidak bisa diselamatkan," Red menunjukkan raut penyesalan.
Wajah Beno semakin pias.
"Penyusup datang tak terduga. Mereka berencana mengacaukan acara makan siang Anda dengan Tuan Prado." Red kembali menjelaskan.
"Siapakah mereka yang Anda maksud?" Beno semakin penasaran.
"Lalu di mana Tuan Prado?" Beno masih mencoba memahami situasi.
"Harap Anda bersabar Tuan, saya akan menjelaskan pada Anda." Red berusaha menenangkan Beno.
"Tuan Prado sedang dalam perjalanan menuju ke sini, ketika terjadi penyerangan itu. Dan beliau terpaksa harus kembali untuk mengatur bala bantuan ke sini."
"Tentang siapa mereka, mungkin Anda bisa mengenali dari beberapa jenasah yang sudah kami evakuasi."
Sesuai skenario, anak buah Red akan berpura-pura tidak mengenal anak buah Harold.
Lalu ... siapakah Harold sebenarnya?