NovelToon NovelToon
DIARY OF LUNA

DIARY OF LUNA

Status: tamat
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Cintapertama / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

"Dunia boleh jahat sama kamu, tapi kamu tidak boleh jahat sama dunia."

Semua orang punya ceritanya masing-masing, pengalaman berharga masing-masing, dan kepahitannya masing-masing. Begitu juga yang Luna rasakan. Hidup sederhana dan merasa aman sudah cukup membuatnya bahagia. Namun, tak semudah yang ia bayangkan. Terlalu rapuh untuk dewasa, terlalu lemah untuk bertahan, terlalu cepat untuk mengerti bahwa hidup tidak selamanya baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KABAR AYAH

Selesai dengan pekerjaannya hari ini, Luna menatap jam dinding di toko bunga yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Udara mulai terasa dingin ketika ia keluar, menutup pintu perlahan sambil memastikan kunci tergembok sempurna. Di tangannya, ada tas kecil berisi dompet dan sisa uang hasil kerja hari ini—tidak banyak, tapi cukup untuk membuatnya tersenyum kecil.

Langit sudah benar-benar gelap. Lampu jalan memantulkan cahaya kekuningan di atas aspal yang sedikit lembab oleh genangan air yang entah datangnya darimana. Beberapa kendaraan masih melintas, suara mesin dan klakson bersahut-sahutan membelah udara malam. Luna menarik napas panjang, lalu melangkah pelan di trotoar yang sepi.

Setiap langkahnya terasa berat namun tenang. Ia menatap gedung-gedung di kejauhan—tinggi, berkilau, tapi dingin. Di antara hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur itu, Luna seperti bayangan yang melintas diam-diam, membawa lelah dan sedikit harapan untuk hari esok.

Angin malam menyapu ujung rambutnya, membuatnya merapatkan jaket lusuh yang ia kenakan. Sesekali ia berhenti di bawah lampu jalan, menatap ke arah toko-toko yang mulai tutup, lalu kembali melangkah dengan langkah kecil yang pasti.

“Sedikit lagi sampai rumah. Sedikit lagi…” Gumamnya pada diri sendiri.

Suasana kota malam itu terasa kontras—bising namun kesepian. Tapi di tengah semua itu, Luna tetap berjalan, membawa semangat yang tak pernah benar-benar padam meski hari terasa panjang dan dunia terasa berat.

Langkah Luna semakin pelan ketika ia berbelok ke arah gang kecil yang menjadi jalan pintas menuju rumahnya. Di sana, suasananya jauh berbeda dari jalan besar tadi—lebih sunyi, hanya diterangi beberapa lampu jalan yang redup dan berkedip-kedip.

Ia melewati deretan rumah kontrakan yang sebagian besar sudah gelap. Hanya satu dua rumah yang masih menyalakan televisi, menembus sunyi dengan suara samar sinetron dari balik jendela tertutup tirai.

Luna kemudian menyeberang ke jalan kecil menuju rumahnya, namun langkahnya terhenti ketika sebuah suara dari arah belokan terdengar, memanggilnya cukup keras untuk memecah sunyi malam.

“Luna, Ayah kamu…”

Mendengar nama ayahnya disebut, wajah Luna seketika menegang. Tubuhnya bergetar dengan napasnya yang tersenggal berat. Langkahnya berhenti di tempat, seolah kata-kata itu baru saja menahan seluruh napasnya. Tatapannya berubah—dari tenang menjadi penuh tanda tanya.

Langkahnya spontan berhenti. Suara itu bukan Ayahnya—lebih berat, lebih matang, dan terdengar sedikit terburu-buru. Luna menoleh pelan ke arah sumber suara. Dari ujung gang yang lebih gelap, tampak sosok pria berjaket gelap berjalan cepat mendekat.

"Luna, Ayah kamu..."

“Ada apa dengan Ayah?” Tanya Luna, nadanya rendah, tapi jelas menyiratkan kecemasan. Jemarinya yang menggenggam tali tas mulai bergetar halus.

"Bapak cari kamu kemana-mana, Luna... setelah mendapati Ayah kamu jatuh pingsan di rumah. Untungnya, pintu rumah kamu terbuka. Jadi, Bapak dan yang lain bisa menolong Ayah kamu." Jelas pria paruh baya itu.

"Terus Ayah gimana? Dimana, sekarang?!" Wajah Luna seketika pucat. Nafasnya tersengal, matanya membulat tak percaya.

Pria itu—Pak Rendi, tetangga depan rumah—menghela napas berat. “Sekarang Ayah kamu udah dibawa ke klinik dekat perempatan...” Ia tak melanjutkan kalimatnya, hanya menatap Luna dengan pandangan iba.

Tanpa pikir panjang, Luna langsung berlari. “Aku ke sana sekarang!” Serunya terburu-buru, nyaris tanpa pamit.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!