Kirana berusaha menjaga keluarga, sementara Riana menyimpan rahasia. Cinta terlarang menguji mereka. Antara keluarga dan hati, pilihan sulit menanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pusaran Asmara Terlarang
Sejak pertemuan Kirana dan Raka di apartemen Riana, jalinan di antara mereka kian erat. Pertemuan demi pertemuan terjadi secara diam-diam, tersembunyi dari mata Riana. Seperti hari itu, mentari bersinar cerah, memanggil mereka untuk menikmati kebersamaan. Tanpa sepengetahuan Riana, Kirana dan Raka memutuskan untuk menghabiskan waktu di kolam renang sebuah vila pribadi yang disewa Raka. Vila itu terletak di daerah pegunungan yang sejuk, jauh dari hiruk pikuk kota. Pepohonan hijau yang rimbun mengelilingi vila, menciptakan suasana yang tenang dan damai.
Kirana merasa sedikit gugup saat Raka menjemputnya di depan rumah. Ini adalah pertama kalinya mereka pergi berduaan tanpa Riana. Ia mengenakan gaun musim panas berwarna biru muda yang membuatnya terlihat semakin cantik. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai, menari-nari tertiup angin.
Raka tersenyum saat melihat Kirana keluar dari rumah. "Kamu cantik sekali," pujinya tulus.
Kirana tersipu malu. "Terima kasih," jawabnya lirih.
Selama perjalanan menuju vila, mereka berdua hanya diam. Kirana sibuk memandangi pemandangan di luar jendela, sementara Raka fokus menyetir. Namun, keheningan itu tidak terasa canggung. Justru, ada semacam ketegangan yang menyenangkan di antara mereka.
Sesampainya di vila, Kirana terpukau dengan keindahan tempat itu. Vila itu sangat mewah dan elegan, dengan desain interior yang modern dan minimalis. Kolam renang yang terletak di halaman belakang tampak sangat menggoda.
"Kamu suka tempat ini?" tanya Raka, memperhatikan ekspresi wajah Kirana.
"Aku sangat suka. Tempat ini sangat indah," jawab Kirana dengan mata berbinar.
Raka tersenyum puas. Ia senang Kirana menyukai vila yang telah ia sewa khusus untuk mereka berdua. Ia ingin membuat Kirana merasa nyaman dan bahagia bersamanya.
Setelah meletakkan barang-barang mereka di kamar masing-masing, Kirana dan Raka segera menuju ke kolam renang. Kirana membuka gaunnya dan memperlihatkan pakaian renang berwarna merah yang membalut tubuhnya. Raka menelan ludah melihat penampilan Kirana yang begitu seksi.
Tawa Kirana menggema di udara saat Raka dengan sengaja memercikkan air ke arahnya. "Kak Raka, jangan curang!" serunya, berusaha membalas dengan cipratan yang tak kalah heboh.
Raka hanya tertawa, menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Kirana. Di bawah langit biru yang luas, mereka berenang, bercanda, dan berbagi cerita. Tidak ada beban, tidak ada rahasia, hanya ada kebahagiaan yang murni. Mereka berdua seperti anak kecil yang sedang bermain air.
"Aku merasa seperti remaja lagi," ujar Kirana, tersenyum lebar.
"Karena bersamamu, aku juga merasa begitu," balas Raka, matanya memancarkan kehangatan.
Mereka berdua tahu, hubungan ini salah. Riana adalah kakak Kirana, kekasih Raka. Namun, perasaan yang tumbuh di antara mereka terlalu kuat untuk diabaikan. Mereka terhanyut dalam pusaran asmara yang terlarang, menikmati setiap momen seolah tidak ada hari esok.
Setelah puas berenang, mereka beristirahat di tepi kolam, menikmati minuman dingin sambil berbincang ringan. Raka menatap Kirana lekat-lekat, mengagumi kecantikannya yang alami. Kulitnya yang putih bersih terlihat semakin bersinar di bawah sinar matahari. Bibirnya yang merah merona tampak begitu menggoda.
"Kirana," panggil Raka lembut.
"Ya, Kak?"
"Aku... aku tidak tahu bagaimana semua ini akan berakhir. Tapi yang pasti, aku bahagia bersamamu."
Kirana menggenggam tangan Raka, memberikan senyuman yang tulus. "Aku juga, Kak. Sangat bahagia."
Namun, di balik kebahagiaan itu, bayangan Riana selalu menghantui mereka. Mereka tahu, cepat atau lambat, rahasia ini akan terungkap. Dan ketika itu terjadi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Terlebih, Riana adalah kakak kandung Kirana, darah dagingnya sendiri, dan juga kekasih Raka. Pengkhianatan ini akan menyakiti Riana lebih dari apapun.
"Apa yang akan terjadi jika Riana tahu tentang kita?" tanya Kirana, suaranya bergetar.
Raka terdiam sejenak. Ia tahu pertanyaan itu akan datang cepat atau lambat. Ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi jika Riana mengetahui perselingkuhannya dengan Kirana.
"Aku tidak tahu," jawab Raka jujur. "Tapi aku akan melakukan apapun untuk melindungi kamu."
Kirana menatap Raka dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tahu Raka mencintainya, tapi ia juga tahu Raka tidak ingin menyakiti Riana. Ia merasa bersalah karena telah menghancurkan hubungan Raka dan Riana.
"Mungkin sebaiknya kita akhiri saja semua ini," usul Kirana, air mata mulai membasahi pipinya.
Raka menggelengkan kepalanya dengan keras. "Tidak, aku tidak mau. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu."
Raka menarik Kirana ke dalam pelukannya. Ia mencium bibir Kirana dengan penuh gairah. Kirana membalas ciuman Raka dengan air mata yang terus mengalir. Mereka berdua tahu, ciuman ini adalah ciuman terlarang. Ciuman yang bisa menghancurkan segalanya.
Setelah berciuman cukup lama, mereka berdua melepaskan diri. Kirana menyeka air matanya dan menatap Raka dengan tatapan yang penuh tekad.
"Baiklah, aku akan tetap bersamamu," ujar Kirana. "Tapi kita harus berjanji, apapun yang terjadi, kita harus selalu jujur satu sama lain."
Raka menganggukkan kepalanya. "Aku berjanji," jawabnya.
Mereka berdua berpelukan erat, mencoba mencari kekuatan satu sama lain. Mereka tahu, jalan yang mereka pilih ini sangat berbahaya. Tapi mereka berdua sudah terlanjur jatuh cinta dan tidak bisa lagi kembali.
Malam harinya, Kirana dan Raka makan malam romantis di restoran mewah yang terletak di pusat kota. Restoran itu memiliki pemandangan yang indah, menghadap langsung ke laut. Lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di kejauhan menambah suasana romantis.
Kirana mengenakan gaun malam berwarna merah yang membuatnya terlihat semakin menawan. Raka mengenakan jas hitam yang membuatnya terlihat semakin tampan. Mereka berdua tampak seperti pasangan yang sempurna.
Selama makan malam, mereka berdua saling bercerita tentang masa kecil mereka. Kirana menceritakan tentang bagaimana ia selalu merasa iri dengan Riana karena Riana selalu mendapatkan perhatian lebih dari orang tua mereka. Raka menceritakan tentang bagaimana ia selalu merasa kesepian karena kedua orang tuanya selalu sibuk bekerja.
Mereka berdua merasa semakin dekat setelah saling berbagi cerita tentang masa lalu mereka. Mereka berdua merasa seperti telah menemukan belahan jiwa mereka.
Setelah makan malam, Raka mengajak Kirana berjalan-jalan di tepi pantai. Mereka berdua berjalan bergandengan tangan, menikmati angin malam yang sejuk. Bulan purnama bersinar terang di langit, menerangi jalan mereka.
"Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya," ujar Kirana, menyandarkan kepalanya di bahu Raka.
"Aku juga," balas Raka, mengeratkan pelukannya pada Kirana. "Kamu adalah wanita yang paling aku cintai di dunia ini."
Kirana tersenyum mendengar ucapan Raka. Ia tahu Raka tulus mencintainya. Tapi ia juga tahu, cinta mereka adalah cinta yang terlarang. Cinta yang bisa menghancurkan hati banyak orang.
Mereka berdua berhenti di sebuah bangku yang terletak di tepi pantai. Mereka duduk berdua, menikmati pemandangan laut yang tenang. Ombak laut memecah di tepi pantai, menghasilkan suara yang menenangkan.
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu," ujar Kirana, memecah keheningan.
"Tanya apa?"
"Apakah kamu benar-benar mencintaiku?"
Raka menatap Kirana dengan tatapan yang serius. "Tentu saja aku mencintaimu. Aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini."
"Kalau begitu, kenapa kamu masih bersama Riana?"
Pertanyaan Kirana membuat Raka terdiam. Ia tahu pertanyaan itu akan datang cepat atau lambat. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia masih bersama Riana.
"Aku... aku tidak tahu," jawab Raka jujur. "Aku sudah lama tidak mencintai Riana. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara untuk mengakhiri hubungan ini."
"Kamu harus jujur pada Riana," ujar Kirana. "Kamu tidak bisa terus menyakitinya seperti ini."
"Aku tahu," balas Raka. "Tapi aku takut menyakitinya. Aku takut dia akan membenciku."
"Lebih baik dia membencimu daripada kamu terus membohonginya," ujar Kirana. "Kebohongan akan lebih menyakitkan daripada kejujuran."
Raka menghela napas panjang. Ia tahu Kirana benar. Ia harus jujur pada Riana. Tapi ia tidak tahu bagaimana cara untuk melakukannya.
"Aku akan memikirkannya," ujar Raka. "Aku janji, aku akan segera berbicara dengan Riana."
Kirana menganggukkan kepalanya. Ia percaya pada Raka. Ia tahu Raka akan melakukan hal yang benar.
Mereka berdua kembali berpelukan. Mereka berdua berharap, semua masalah ini akan segera berakhir. Mereka berdua ingin hidup bahagia bersama.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*